DA | 38

146 41 167
                                    

Malamnya Ayara memutuskan untuk kembali ke apartemennya, ia tidak ingin bertemu dengan siapapun terutama Alaric. Ponselnya pun di matikan setelah mengabari saudara kembarnya dan memintanya untuk tidak mengganggunya.

Permintaannya memang di turuti oleh Ayasa malam itu namun pagi harinya pria itu segera menemui saudara kembarnya terlebih melihat keadaan Alaric yang kacau semalam, ia yakin keduanya tidak baik-baik saja.

Pagi-pagi buta Ayasa sudah datang ke apartemen yang di tempati oleh Ayara setelah berkeliling ke beberapa apartemen milik orang tuanya dan tidak menemukan Ayara disana membuat Ayasa panik, ia takut Ayara kembali pergi dan menghilang. Namun ia bisa bernafas lega saat mendapati Ayara di salah satu apartemennya yang berada di daerah Tangerang. Cukup jauh memang dari kediaman keluarga besarnya.

Unit itu tampak sepi karena sang pemilik masih nyaman dengan selimutnya. Sampah tisu berserakan di lantai menandakan gadis yang tengah tertidur itu menangis semalaman bahkan Ayara masih mengenakan outfit kemarin saat ia mengantarkan Ayara ke restoran.

Ayasa pun menarik tirai di kamar yang cukup luas itu membuat Ayara mengeliat karena terusik dengan sinar matahari yang sudah mulai terang. Ayasa pun mendekati ranjang Ayara sebelum mengusap puncak kepala Ayara yang mengembul di balik selimut.

"Sampe kapan lo mau tidur, hm?"

Ayara hanya menggumam pelan dan semakin merapatkan selimutnya.

Ayasa masih terus mengucap puncak kepala Ayara. "Lo tidur jam berapa?"

"Empat." Jawab Ayara dengan suara seraknya.

"Nangis?"

Ayara hanya terdiam, enggan menjawabnya.

"Mandi sana! Setengah jam lagi gue mau sekolah."

"Ya udah sana sekolah!! Gue mau tidur!"

"Ralat! Maksud gue, kita ke sekolah."

Ayara segera menyingkap selimutnya dan menatap Ayasa bingung. "Gue udah lulus btw, kalo lo lupa."

Ayasa mengusak gemas rambut Ayara. "Lo datang sebagai pemilik sekolah bukan murid."

Ayara menggeleng kuat. "Gue gak mau!! Gue ngantuk!! Jangan ganggu gue!!" Finalnya sebelum kembali membungkus dirinya dengan selimut.

Ayasa mengernyit heran setelah sadar Ayara menggunakan 'gue-lo' ini bukan Ayara yang ia kenal. Sebenarnya apa yang terjadi kemarin?

Mengabaikan itu semua Ayasa terus membujuk Ayara untuk ikut ke sekolah milik orang tuanya. Namun dengan tegas Ayara kembali menolaknya.

"Gue semalem susah tidur, gue juga baru tidur beberapa jam yang lalu setelah subuhan. So let me sleep now!"

Ayasa menghela nafasnya dan menatap jam dinding di kamar. Padahal ia sengaja mencari Ayara supaya bisa pergi bersamanya ke sekolah bersama tapi karena keadaan Ayara yang tidak memungkinkan, mau tidak mau ia pun berangkat sendiri. Lain kali ia akan berhasil membawa Ayara ke sekolahnya.

Bukannya bergegas pergi, Ayasa justru melepas seragamnya dan ikut masuk ke dalam selimut kemudian memeluk Ayara erat.

"Kenapa ikut tidur? Gak sekolah?"

Ayasa menggeleng pelan. "Gue pikir gue juga kurang tidur dan masih ngantuk karena tadi bangun pagi-pagi banget buat nyari lo buat ngajak lo ke sekolah."

Ayara mencebik pelan. "Bilang aja males sekolah dan mau bolos."

Ayasa hanya terkekeh pelan sebelum mengeratkan pelukannya. "Udah tidur aja. Lo cerewet!"

Ayara memukul pelan punggung Ayasa sebelum membalas pelukan saudara kembarnya membuat pria itu terkekeh pelan. "Sleep tight, twins!"





Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang