Last Extra Part

367 33 167
                                    

Pagi harinya Arthur bersama keluarga kecilnya berniat menuju ke kediaman mertuanya setelah mendapat kabar jika Alice sudah pulang ke sana. Dadanya semakin sesak mengingat selama seminggu ini ia tidak pernah mengunjungi putri bungsunya di rumah sakit setelah mengeluarkan kata-kata yang menyakiti putri cantiknya itu. Bahkan ia pun tidak tahu jika Alice sudah pulang ke rumah mertuanya, pertanyaannya siapa yang menjemput dan mengantarnya??

Namun sebelum mereka datang, Arkano telah tiba di sana terlebih dahulu. Dia bolos sekolah.

"Assalamu'alaikum." Salam Arkano saat pintu terbuka.

Munculah wanita Paruh baya yang masih cantik di usianya. Meski kulitnya sudah mulai keriput namun aura kecantikannya selalu terpancar di wajahnya. Wanita itu pun tersenyum antusias.

"Wa'alaikumsalam. Arkan? Mau jenguk nenek atau mau ketemu Alice?" Goda sang nenek.

Arkano tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dalam hati ia meringis, mengingat jika dia jarang mengunjungi sepasang lansia itu bahkan saat jadwal perkumpulan dengan keluarganya pun ia akan mengeluarkan seribu jurus untuk menghindari perkumpulan itu. Lebih baik ke tempat tongkrongan bersama teman-temannya pikirnya.

"Dua-duanya nek. Nenek apa kabar?" Tanya Arkano basa basi setelah menyalimi tangan yang mulai keriput itu.

Rachel menggiring sang cucu masuk ke dalam. "Baik, kamu apa kabar? Cukup lama kamu tidak mengunjungi wanita tua ini." Godanya lagi.

"Alhamdulillah baik juga nek. Maaf nek aku sibuk, maklum anak muda." Kekeh Arkano.

Rachel terkekeh memaklumi cucunya yang sudah remaja itu. "Kamu gak sekolah? Udah sarapan belum?"

Arkano menggeleng singkat. "Aku mau ketemu Alice, nek. Dan aku udah sarapan."

"Oh ya udah kamu ke kamar lantai atas dia ada di kamar samping tangga."

Arkano mengangguk singkat lalu segera pergi ke kamar yang di tempati Alice saat ini. Berkali-kali Arkano menelan salivanya kasar bahkan tangannya mengepal kuat menatap pintu bercat putih di depannya ini. Dengan sisa keberanian yang ada ia pun mengetuk pintu itu hingga sahutan dari dalam menghentikan aktivitasnya. Bahkan saat ini Arkano sudah berkeringat dingin seraya membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti penolakan dari Alice contohnya.

Namun ia bertekad akan mengakui semua kesalahannya dan berusaha sekuat mungkin untuk mendapat kata maaf dari adik kembarnya itu.

Sementara di lain sisi Alice yang baru saja selesai dengan kegiatan mandinya dan tengah menyisir rambutnya mengernyit bingung karena pintunya terus di ketuk tanpa ada suara yang memanggilnya, mungkin itu sang nenek yang akan mengajaknya untuk sarapan, pikirnya.

"Tunggu sebentar!!" Serunya seraya terburu-buru berjalan untuk membukakan pintu.

"Kena___"

Senyumnya pun luntur seketika melihat siapa yang terus mengetuk pintu kamarnya. Wajahnya pun kian mendatar.

Sementara Arkano melihat sosok yang dia caripun tersenyum sendu, sorot penyesalan begitu mendominasinya.

Keduanya terdiam dan saling bertatapan dengan tatapan yang berbeda. Arkano dengan kerinduan dan penyesalannya sementara Alice menatapnya dingin namun tergambar jelas sorot kekecewaan di mata hazelnya.

"Al ...."

Yang di panggil pun hanya mengangkat satu alisnya.

Mata Arkano sudah memerah dan berkaca-kaca, bahkan pria remaja itu tengah menggigit bibirnya untuk menahan isakannya. Sementara Alice yang melihat itu pun segera mengalihkan pandangannya, entah mengapa melihat saudaranya seperti itu hatinya pun ikut sakit dan ingin menangis saat ini juga.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang