Extra Part 5

139 30 170
                                    

Pagi harinya Alice dengan seragam sekolahnya menatap datar kakak sulungnya yang masih bergelimung dengan selimut tebalnya lalu menutup pelan pintu kamar Aluna dan melangkah menuju dapur untuk mengambil sarapannya. Beruntung tidak ada kedua orang tuanya hingga Alice cukup menghadapi Arkano saja pagi ini.

"Una mana?"

"Gak masuk."

"Kenapa?"

"Sakit."

Arkano sontak membulatkan matanya dan hendak melangkahkan kakinya menuju kamar Aluna.

"Mau kemana?" Cegat Alice.

"Nengokin Una bentar."

"15 menit lagi masuk, keburu telat. Gue mau berangkat sekarang." Alibi Alice, ia tidak ingin Arkano melihat keadaan Aluna yang sebenarnya.

Arkano melihat arlojinya lalu mengangguk pelan, jika melihat Aluna terlebih dahulu pasti akan ada drama lainnya dan kemungkinan mereka telat lebih besar lagi, mungkin sepulang sekolah ia akan menjenguknya sekaligus membelikan makanan kesukaan kakaknya itu, pikir Arkano.

"Ya udah gue lihat sepulang sekolah aja. Ayo berangkat!" Ajak Arkano sebelum memasukan suapan terakhir sarapannya.

Sementara Alice sudah memegang selembar roti di tangannya yang di oleskan selai cokelat kesukaannya, melenggang terlebih dahulu ke depan rumah menunggu Arkano mengeluarkan mobil dari garasi rumah.

Keduanya pun pergi dengan Arkano yang mengemudi dengan kecepatan tinggi dan tepat 3 menit sebelum bel masuk mobil itu telah memasuki parkiran sekolah.

"Lo duluan, gue mau nunggu temen-temen gue." Ujar Arkano seraya melepas sealbet-nya.

Alice hanya mengangguk pelan sebelum keluar dari mobil dan melenggang pergi mengabaikan sekitarnya. Tak lama kemudian bel pun berbunyi nyaring membuat gadis cantik itu buru-buru ke kelasnya mengingat jam pertama hari ini adalah pelajaran Fisika dengan guru terkiller di jurusannya.

Dan tepat saat Alice baru saja duduk di kursinya, seorang pria dewasa berusia 30-an masuk ke kelasnnya.

"Selamat pagi anak-anak! Kumpulkan PR kemarin yang saya berikan sebelum kita melanjutkan materi kita hari ini!"

🧸🧸🧸

Jam istirahat berbunyi nyaring namun tidak membuat segerombolan anak nakal pergi dari tempatnya yang sedari tadi mereka tempati saat membolos pelajaran.

"Gengnya Jeky nantangin kita lagi bro!" Ujar Raka dengan logat bataknya.

"Ngajakin war di mana mereka?" Tanya Gilang, lelaki berdarah jawa.

"Di jalan Angsa deket gang Kamboja."

"Itu bukannya arah ke rumah lo ya Ar?" Tanya Geo yang sedari tadi diam.

Yang di tanya pun mengangguk membenarkan.

"Wah bisa gawat kalo ketahuan Alice apalagi kalo bokap lo tau, Ar!!" Seru Gilang.

"Mau gimana lagi?!! Tapi sebisa mungkin jangan sampe ketahuan lah."

"Gue gak ikutan ya kalo lo ketahuan." Ujar Raka.

"Bener tuh! Gue juga gak mau kena amukan Alice! Kapok gue!!" Ujar Gilang dramatis.

"Jadi kapan?" Tanya Arkano mengabaikan protesan mereka.

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang