DA | 48

158 37 188
                                    

Dengan langkah riang dan wajah sumringah, Ayara memasuki hunian sederhananya yang berada di pinggiran kota. Waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 malam namun gadis itu tidak menunjukan raut lelahnya setelah berjalan kaki menuju pusat kota.

Ceklek

"Ara cantik pulang!" Serunya.

Greb

Tubuh Ayara terhuyung ke belakang karena tidak siap dengan serangan mendadak yang ia dapatkan. Ayara mengerjap pelan hingga suara lirihan menyadarkan rasa terkejutnya.

"Dari mana aja, hm?!! Kenapa keluar gak ada ngabarin dulu?!! Ini juga udah tengah malam kenapa baru pulang?!! Aku khawatir, Ara!"

Ayara terseyum manis sebelum mengalungkan tangannya di leher kekasihnya. "Maaf buat kamu khawatir, tadi aku jalan kaki jadi lama terus tadi gak sengaja ketemu baba! Aku seneng banget Ar!! Gak nyangka banget kalo baba masih hidup!" Ujar Ayara antusias dengan mata berkaca-kaca.

Arthur mengernyitkan dahinya bingung. "Baba?!! Siapa?!!" Tanya Arthur menuntut.

"My dad! Dari kecil kami terbiasa memanggilnya baba kata mema biar beda, kearab-araban gitu." Kikik Ayara.

Arthur menghela nafas panjangnya. "Aku kira siapa." Gumamnya.

Ayara memanyunkan bibirnya seraya mendorong pelan tubuh Arthur. "Kenapa?!! Kamu gak suka orang tua aku masih hidup?!!" Tuding Ayara.

Arthur mengusak kasar wajahnya sebelum menarik Ayara untuk masuk dan mendudukannya di sofa depan. "Bukan gitu!! Aku kira pria yang berpotensi ngambil kamu dari aku. Jujur aku seneng denger berita itu! Aku gak nyangka kalo orang tua kamu masih hidup, terus gimana ceritanya orang tua kamu masih hidup?"

Raut kesal Ayara berubah seketika menjadi sumringah. "Aku gak sengaja ketemu. Tadi aku buru-buru pulang karena udah malem, eh taunya aku gak sengaja nabrak orang dan ternyata orang yang aku tabrak itu orang tua aku."

"Terus giman ceritanya orang tua kamu ada di sini? Kalian udah hampir 8 tahun terpisah kan?"

"Sorry." Lirihnya pada si penabrak.

Tak ada jawaban hingga uluran tangan menyambut di depan wajahnya. Cukup lama ia menatapnya hingga perlahan ia mengangkat wajahnya. Seketika matanya terpaku pada sosok di depannya. Air matanya menetes saat sosok di depannya tersenyum manis dan menatapnya lembut. Reflek ia bangkit dan melompat kedalam pelukannya.

"BABAAA!!!!" Jika ia bermimpi ia berharap jika ia tak bangun dari mimpi indahnya ini.

Pria dewasa itu dengan sigap menangkap putrinya dan memeluknya erat hingga keduanya sama-sama menangis saling meluapkan kerinduannya.

"Finally, i meet you, baby girl!"

Ayara memeluk erat tubuh tegap orang tuanya, tubuh yang masih kekar sama seperti 8 tahun yang lalu, hanya saja sudah terdapat sedikit uban mewarnai rambut hitamnya.

"Baba masih hidup?"

Maximilliam Stone menatap sendu seraya mengangguk dan memeluk haru putrinya, akhirnya hari yang ia tunggu tiba juga. Sudah lama ia menunggu hari ini. Andai situasinya tidak rumit sudah pasti ia sudah menemui putra-putrinya sedari dulu. Tapi sepertinya takdir masih ingin membuatnya lebih sabar dengan berbagai cobaan yang ia terima selama 8 tahun belakangan ini.

"Maaf baru bisa menemuimu, maaf sudah membuatmu terluka begitu banyak dan maaf tidak bisa melindungimu putriku."

Ayara menggeleng ribut. "No!! Don't say it!! Baba udah banyak berkorban untuk kami, tugas Ara hanya melindungi saudara-saudara Ara untuk tetap hidup damai tanpa ada pertumpahan darah lagi. Cukup baba dan mema yang pergi, Ara gak mau kehilangan mereka juga."

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang