"Sekarang aku bahagia, sangat! Dan biarkan aku tertidur dalam pelukanmu, Ara. Aku .... lelah."
Reflek Ayara langsung memeluk Albara erat. "Jangan pergi Bara! Tetaplah disini bersamaku! Kau boleh beristirahat jika kau lelah tapi jangan pernah tinggalkan aku Bara!! Jangan tinggalkan aku ..." Racaunya di sela-sela isaknnya.
Albara terdiam tak menjawabnya, cukup lama Ayara menunggu hingga ia sadar jika pelukan Albara sudah melemah, Ayara pun menatap wajah damai Albara yang tengah tersenyum dengan mata yang tertutup rapat. Seketika Ayara panik dan menepuk pelan pipi Albara namun tidak ada pergerakan sedikit pun dari pria tampan tersebut. Ayara semakin panik dan melepaskan pelukannya kemudian mendudukan tubuhnya seraya menggoyangkan tubuh Albara berharap pria itu akan terusik dan membuka matanya. Namun sayang tidak ada satu respon pun dari Albara yang kini justru sudah terkulai lemas membuat Ayara menangis dan meraung memanggilnya.
"BARAAAA! BANGUN BARA!!!!!!!"
"BARAA KAMU GAK BOLEH PERGI!! KAMU GAK BOLEH TINGGALIN AKU SENDIRI DISINI!! KAMU UDAH JANJI BARAAA!!! Bahkan kita masih punya mimpi yang belum kita raih." Lirih Ayara di akhir kalimatnya.
Alaric yang sedari tadi terdiam pun kini berjalan mendekati Ayara kemudian memeluknya erat. Begitupun para orang tua yang menunggu di depan kamar langsung memasuki kamar inap Albara dengan tergopoh-gopoh. Tidak ada satu pun yang tidak menangis, semua menangisi kepergian pria tampan bernetra abu-abu itu.
"Al bilang sama gue! Bara cuma lagi tidur kan?!! Bara gak mungkin ninggalin gue disini kan?!! Ngomong Al!!! JAWAB GUE!! JAWAB!!!" Raung Ayara seraya mencengkram kuat kaos Alaric.
Alaric menatap sendu Ayara dan menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Ayara. "Ikhlasin ya Ra .... biarkan Bara tenang di alam sana. Lo jangan kayak gini, lo jangan buat Bara sedih dengan keadaan lo yang kayak gini. Dan gue .... juga benci lihat lo yang rapuh kayak gini." Lirih Alaric.
Seketika rahang Ayara mengeras kemudian mendorong kuat Alaric membuat pria itu mundur beberap langkah. Ayara menatap pria itu nyalang. "Lo benci sama gue?!!" Seru Ayara seraya menunjuk dirinya sendiri kemudian mengangguk singkat. "Fine!!! Lo bisa pergi dari sini! Dan jangan pernah deketin gue lagi!"
Alaric menggeleng panik seraya berusaha menggapai tangan Ayara namun di tepis kuat oleh gadis cantik tersebut. "Bukan gitu maksud gue Ra! G-gue____"
Ayara mengangkat tangannya dan memberi isyarat supaya pria itu tidak melanjutkan kalimatnya. Ayara pun kembali menatap Albara yang sudah mulai mengkaku. "Pada akhirnya satu per satu orang-orang yang gue sayang pergi ninggalin gue sendiri." Lirih Ayara dengan suara seraknya.
Alaric semakin panik dan segera memeluk Ayara kuat. "Bukan itu maksud gue Ra! Gue cuma gak mau lihat lo sedih kayak gini. Gue benci lihat air mata kesedihan lo karena hati gue lebih sakit lihat lo kayak gini Ra." Lirih Alaric.
Ayara terdiam dan terus menangis di pelukan Alaric. William pun yang menyaksikan betapa hancurnya gadis yang di cintai putranya itu, dunia kadang memang sekejam itu, setelah mendapatakan apa yang telah lama di perjuangkan harus berakhir dengan saling meninggalkan dan merelakan. Tak mudah memang.
William pun menghampiri Ayara dan mengambil alih tubuh Ayara untuk di peluknya. Mungkin di antara semua orang yang bersedih, keduanya adalah orang yang paling bersedih dan tidak rela dengan kepergian Albara. "Maafin Bara ya sayang. Terimakasih karena kamu telah mewujudkan impian terakhir Bara. Semenjak dia di diagonis terkena kanker darah, di balik perjuangan untuk keinginannya supaya sembuh, Bara terus berceloteh ingin menghabiskan hari terakhirnya bersamamu dan pergi di dalam pelukanmu."
Ayara memeluk William kuat dan semakin meraung di dalam pelukan pria dewasa itu. "Dad Bara gak mungkin pergi kan?!! Bara udah janji gak akan biarin Ara sendiri disini, Bara juga janji gak akan pernah pergi lagi." Isak Ayara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]
Ação#𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 3 𝕲𝖊𝖓𝖗𝖊 : 𝕽𝖔𝖒𝖆𝖓𝖈𝖊 - 𝖆𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓 - 𝖙𝖊𝖊𝖓𝖋𝖎𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓 ⚠️ 𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 ⚠️ 𝑨𝒚𝒂𝒓𝒂 𝑲𝒆𝒚𝒍𝒂 𝑺𝒕𝒐𝒏𝒆, dunia gadis cantik, cerewet dan manja itu berubah seratus...