DA | 40

177 38 145
                                    

Suara ramai serta sorak sorai terdengar di aula setelah berjam-jam setelah menunggu siswa-siswi di dalam ruangan sana yang sudah berjuang dengan soal-soal olimpiade yang mereka ikuti, tak seramai pertandingan olahraga fisik memang tapi para pendukung mereka entah keluarga, sahabat, maupun orang terdekat selalu setia menunggu mereka berjuang di balik ruangan sana. Dan disini semua peserta sudah menunggu hasil mereka dan beberapa dari mereka membaur bersama pendukung mereka dari sekolah masing-masing begitu pun sebaliknya.

Sama seperti Ayara yang diam dan terima saja saat di tarik oleh sahabatnya -Mouwretta- ke tempat dimana Ayasa berada. Sedari tadi mereka menunggu Ayasa bersama beberapa siswa-siswi dari SMA Galaxy, berbeda dengan Mouw yang menunggu Ayasa keluar dari ruangan itu, Ayara justru sibuk dengan tab yang ia bawa. Karena hingga saat ini Ayara masih mencari wanita yang mengusik keluarganya di bantu oleh Mattew dan Andrew di seberang sana.

"Ini .... buat lo." Ujar Mouw dengan menyodorkan minuman isotonik pada Ayasa.

Ayara terus menatap saudaranya yang masih membisu dan menatap datar sahabatnya sementara Mouw terus menatap Ayasa penuh harap.

Ayara mendengus pelan. "Kalo belum bisa nerima perasaannya, setidaknya jangan tolak pemberiannya." Celetuk Ayara seraya menatap Ayasa tajam.

Dengan wajah datarnya Ayasa pun mengambil minuman itu tanpa mengalihkan pandangannya dari Mouw.

"Kak Ayas, ini____" ucapan Clarista menggantung saat melihat Ayasa yang tengah menatap wanita mungil di depannya dengan botol minuman di tangannya.

Ayasa pun menoleh begitu pun dengan Mouw yang mengalihkan atensinya dari pria di depannya. Berbeda dengan Ayara yang menatap gadis itu tak suka bahkan tatapannya pun semakin menajam.

"Apapun hasilnya tetap semangat ya." Celetuk Mouw dengan senyum manisnya pada Ayasa sebelum melenggang pergi.

Ayara masih menatap Clarista tajam kemudian melenggang pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun membuat Ayasa terus menatap kepergian kedua gadis itu.

"Kak____"

Ucapan Clarista kembali menggantung karena Ayasa yang ikut pergi meninggalkan gadis itu sendiri membuat gadis itu menggerutu pelan.

⚔⚔⚔

Terpaksa Ayara menarik Mouw tanpa menunggu Ayasa setelah melihat pemandangan yang membuat Ayara geram dan pastinya membuat sahabatnya terluka. Ayara tidak ingin melihat adegan selanjutnya yang mungkin membuat Mouw lebih sakit hati lagi. Setelah mengantar Mouw pulang, Ayara pun langsung kembali ke mansion, ia butuh istirahat. Namun niatnya terganti saat melihat sang oma tengah melamun di balkon kamar Ayana, sementara sang pemilik kamar tengah tidur siang.

"Oma~"

Wanita paruh baya itu pun menoleh dan tersenyum menyambut kedatangan cucu perempuannya yang tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik.

"Bagaimana hasilnya?" Ujar Rina seraya duduk di sofa yang berada disana.

Ayara tersenyum lebar. "Alhamdulillah menang, oma ngelamun lagi?"

Rina mengambil kedua tangan cucunya dan menggenggamnya erat. "Oma masih belum rela jika harus melepaskan opa mu, mengingat perjalanan panjang kami hingga saat ini terlalu sayang jika harus berakhir dengan sebuah perpisahan. Jika itu memang benar tak salah kan kalo oma memaafkan dan berdamai dengan keadaan lalu memberi opa mu kesempatan?"

Ayara tersenyum tipis. "Memang tidak seharusnya kalian berpisah."

Rina mengernyit bingung sementara Ayara menepuk pelan punggung tangan sang oma. "Oma Ara udah punya beberapa rencana, oma mau kan bantu Ara?"

Dᴀɴɢᴇʀᴏᴜs Aʏᴀʀᴀ (#SFS3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang