26 - Malu, Fin?

37K 1.3K 46
                                        

HI SOBAT PC! APA KABAR KALIAN SEMUA?

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA YA!!!

*. : 。✿ * ゚ * .: 。 ✿ * ゚ * . : 。 ✿ *
HAPPY READING
*. : 。✿ * ゚ * .: 。 ✿ * ゚ * . : 。 ✿ *

Di lapangan futsal, Fina masih setia menonton siswa sekolahnya bermain futsal. Cewek itu sangat serius memandangi wajah Aldi yang tampan itu. Keringat yang bercucuran seakan-akan menambah aura tampan di wajah cowok itu. Rambut yang tuing-tuing membuat Fina klepek-klepek sendiri.

Aldi sedang mengutak-atik bola, dan detik kemudian, goll. Cowok itu berhasil menendang bola ke arah gawang lawan. Setelah menendang bola, Aldi mengedipkan salah satu matanya ke arah Fina. Akibat dari itu, karena bahagia dan senang serta ketar-ketir menjadi satu, Fina berteriak histeris.

"WOOOO!!!! AAAAA!!!!!!!" Teriak Fina yang langsung mengundang pasang mata untuk melihat ke arahnya.

Karena malu, Fina menyenderkan kepala ke pundak Nazwa dengan tangan yang menutup muka, berharap bisa menutup dan menghilangkan malu. Namun, bukan reda malu yang ia dapat, malah semakin malu yang ia dapat. Ia malah terjungkal dan nyungsep ke samping lalu ke bawah karena tidak ada tumpuan di sampingnya. Hilang sudah citra kewibawaan seorang Fina.

Karena jatuh mengakibatkan dirinya menanggung sakit serta malu menjadi satu, Fina berkomat-kamit menyumpah serapahi seorang Nazwa yang pergi tanpa bilang-bilang. Ia pun harus mencari keberadaan cewek itu yang entah kemana. Akibat terlalu fokus dengan satu hal membuatnya lupa kalau ada teman yang tadi menemani, tapi sekarang sudah tidak ada dan sampai dirinya malu sampai ubun-ubun.

"Ini si Kupret kemana sih? Kok malah udah nggak ada di sini?" Ucap Fina.

"Awas aja kalo ketemu, gue gaplok lu! Gue malu Nazwa, malu ampun deh!" Lanjut Fina.

Cewek itu berdiri dan melihat sekitar. Kemudian ia melihat Dion yang sedang berjalan menuju dalam lapangan. Sebelum laki-laki itu masuk, Fina berusaha mencegat dan menanyakan apakah cowok itu melihat Nazwa atau tidak.

Fina menghampiri Dion sembari berlari sekencang mungkin. "Yon! Dion! Yon! Woy! Dion! Bangke lo di panggil kagak nengok!" Kesal Fina setelah sampai di samping Dion.

Dion berhenti dari jalan ketika mendapati teriakan dari mulut Fina. Kemudian laki-laki itu menengok ke arah belakang. "Ngape lu?" Tanya Dion.

"Lo, huft, lihat Nazwa nggak?" Tanya Fina tersenggal-senggal karena nafasnya belum beraturan akibat berlari tadi.

"Lah napa tanya gue? Bukannya lo temennya, kok malah tanya gue?" Balas cowok itu.

"Bangs---sa dan negarrrra!!! Dion, gue tanya baik-baik ya, lo lihat Nazwa kagak?" Tanya Fina dengan muka yang dibuat semanis mungkin dan nada yang dibuat sehalus mungkin.

"Kagak!" Sengit Dion.

Fina terkejut. Sudah diberikan ucapan yang manis dan tidak ngegas, malah dibalas seperti itu. Memang harus dikasih hukuman ini orang. "Yang ben--" Tanya Fina untuk memastikan terpotong karena Dion.

"Di kelas." Jawab Dion.

Mendengar jawaban dari Dion, buru-buru Fina berlari ke kelas. Sebagai manusia yang kelihatannya sedang tidak mempunyai hati, ia tidak berterimakasih terlebih dahulu kepada Dion.

Diabaikan seperti itu, tentu saja membuat Dion kembali jengkel. Dasar wanita.

"Udah dikasih tau, kagak ada terimakasih-terimakasihnya banget deh. Mau kagak gue kasih tau, nanti toa nya keluar." Ucap Dion.

PACARKU CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang