⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶
HAPPY READING
⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶"Kamu ngomong dong, Naz. Jangan cuek kayak gini. Katanya mau selesaiin masalah kita. Jangan ngambek mulu dong." ucap Aldo dengan terus mengelus puncak kepala Nazwa.
"Ya udah jelasin!" ucap Nazwa akhirnya bersuara. Ia tidak mau membuang-buang waktu untuk membiarkan jantungnya berdisco.
Aldo menghembuskan nafasnya perlahan. Kemudian cowok itu menarik telapak tangan Nazwa untuk ia genggam.
"Nazwa, foto itu, emang benar itu aku dan Clara yang sedang berpelukan. Tapi, jangan kamu berasumsi kalau aku peluk cuma-cuma." ucap Aldo.
Nazwa mendengarkan dengan baik dengan tatapan datar yang ia berikan pada cowok itu. Tidak ada niat untuk memotong ucapan Aldo.
"Tujuan awal aku ke rumah Clara itu buat negur dia karena udah nge bully kamu. Waktu aku tegur, dia malah marah-marah ke aku. Katanya aku jadi berubah semenjak pacaran sama kamu. Dia jadi bukan prioritas aku lagi. Dia iri sama kamu." lanjut cowok itu.
"Kamu nggak mau tanya?" ucap Aldo di sela-sela cerita kepada pacarnya.
"Gak! Selesaiin dulu!" balas Nazwa cuek.
"Saat itu, dia ngomong ke aku kalau dia suka sama aku. Di situ aku syok. Aku bener-bener nggak nyangka, kalau ternyata dia beneran suka sama aku." lanjutnya.
Nazwa tersenyum hambar. Aldo yang melihat pacarnya tersenyum seperti itu, tau dengan jalan fikir cewek itu.
"Aku nggak seneng sama sekali kalau dia suka sama aku. Di situ, aku bilang kalau aku nggak bisa balas perasaan dia. Karena apa? Karena aku cuma sayang, suka dan cinta sama kamu, bukan yang lain" ucap Aldo.
"Bohong!" gumam Nazwa lalu mendatarkan raut wajahnya.
Ia mendatarkan raut wajah karena menahan salting. Salting, ia salting mendengar itu. Tapi, jangan terbang terlalu tinggi, karena kalau jatuh, akan sangat terasa sakit.
"Aku nggak bohong, Naz. Aku serius. Terus, tiba-tiba waktu aku bilang nggak bisa bales rasa dia, dia langsung terlihat kecewa sama aku. Matanya udah berkaca-kaca. Terus, dia langsung meluk aku gitu aja. Ya, aku nggak akan bisa nolak pelukan itu, setelah aku nolak perasaannya dia."
"Aku nganggep dia sebagai sahabat sekaligus saudara doang, Naz. Nggak lebih dari itu semua. Aku mohon kamu percaya sama aku. Foto itu? Aku gatau sama sekali siapa yang motret" lanjut cowok itu.
Aldo mengeratkan genggaman tangannya dengan tangan pacarnya. Menatap lekat manik mata cewek itu.
"Please, you believe in me. You are the only girl I love after my mother. You are my everything and only one. I love you very much"
Blush
Merah sudah pipi Nazwa. Kenapa cowok cuek, kalau sudah seperti ini sangat membuat salting?.
Cewek itu meneguk ludahnya yang sudah tertampung di mulut. Ia tidak bisa berkata-kata lagi pada Aldo untuk saat ini. Ingin menangis? Tentu saja. Namun, ia tidak akan mau menangis di tempat ini.
Aldo memeluk erat tubuh Nazwa. Cowok itu sangat menyayangi dan mencintai seorang Nazwa. Namun, sebagian orang pasti menganggap caranya kurang tepat. Ia selalu menjadi cowok cuek supaya pacarnya tidak manja seperti cewek lain.
"Nazwa, tolong percaya sama aku. Nggak ada secuil rasa cinta untuk Clara. Aku cuma cinta sama kamu. Maafin aku." ucap cowok itu.
"Aku udah maafin kamu. Tapi, soal percaya? Aku masih butuh waktu buat kembali percaya sama kamu. Menumbuhkan rasa percaya kepada orang yang udah kita percaya, akan sulit ketika kita sudah pernah diberi kekecewaan" balas Nazwa.
Pelukan mereka berdua terputus. Aldo menatap Nazwa dan kembali melayangkan ucapan. "Aku harus apa supaya kamu bisa percaya sama aku lagi?" tanyanya.
"Masih belum tahu." jawab Nazwa sekenanya.
"Udah kan? Aku mau pulang dulu. Kamu hati-hati kalau mau pulang. Mau mlipir ke rumah sahabat juga boleh, boleh banget palahan." ucap Nazwa lalu berdiri.
"Udah dong, Naz. Aku nggak ada rasa apapun sama dia kok, beneran deh. Sekarang kamu pulang aku anter ya, nggak ada penolakan pokoknya." balas Aldo.
Nazwa memutar bola matanya malas. "Katanya, kalau masih punya kaki yang lengkap, harus jal---" ucapnya terpotong karena pacarnya.
"Kali ini nggak!" sangkal Aldo.
Cowok itu menuntun Nazwa untuk sampai ke tempat motornya berada. Tujuan dia saat ini adalah rumah pacarnya untuk mengantar cewek itu pulang. Nazwa hanya mampu menurut saja karena sekarang Aldo sedang cosplay jadi cowok pemaksa.
Sampainya di rumah tujuan, mereka berdua turun dari atas jok motor. Nazwa memberikan helm milik pacarnya dan berniat untuk masuk rumah. Namun, suara berat milik Aldo terdengar di telinga cewek itu.
"Nggak pamitan dulu?" tanya Aldo.
"Emang perlu? Biasanya juga kamu yang selalu minta langsung pulang tanpa adanya pamit-pamitan" sinis cewek itu.
Aldo menghembuskan nafasnya perlahan. "Yaudah, terserah kamu aja. Aku pulang dulu, ya. Jangan lupa bersih-bersih dulu sebelum tidur" ucap Aldo.
Nazwa mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Sedangkan Aldo berjalan meninggalkan rumah pacarnya menuju rumah sendiri.
***
Di cafe ada tiga cewek yang sedang duduk di meja nomor 01. Mereka bertiga hendak makan bersama untuk merayakan hari bahagia Clara karena cewek itu berasumsi kalau Nazwa dan Aldo akan putus.
"Gue bener-bener nunggu momen mereka berdua putus, beneran. Kalau mereka putus, kan gue bisa deketan lagi sama Aldo." pekik Clara di sela-sela makan.
Riska dan Raisa tersenyum melihat Clara yang sedang bahagia. Mereka sangat senang jika Clara bisa senyum kembali seperti dulu. Ya walaupun mereka tau, kalau dengan cara seperti ini, mereka salah. Tapi, bagaimana lagi?.
Clara pernah trauma soal percintaan. Pacarnya dulu selingkuh dengan wanita lain dan selalu kasar pada cewek itu. Akibatnya, Clara depresi karena di putuskan dan selalu diperlakukan kasar oleh cowok tersebut.
Aldo, orang itulah yang menjadi sahabat Clara ketika ia sedang terpuruk. Aldo selalu ada ketika Clara dalam masalah. Maka dari itu, setiap perhatian berupa kasih sayang layaknya teman, Clara selalu berfikir, kalau perbuatan itu dilakukan atas dasar lebih dari sahabat.
Dari perhatian-perhatian kecil yang Aldo berikan pada cewek itu, mampu menumbuhkan rasa cinta dan rasa sayang di hati Clara.
Sifat yang dulu pernah dilakukan oleh mantan pacar, kini dirinya lakukan. Sifat keras kepala, main tangan, selalu ingin menjadi nomor satu, dan yang lain lainnya ada dalam diri cewek itu. Apabila salah satu keinginan belum terwujud, pasti akan berbuat nekat demi bisa mewujudkan keinginan tersebut. Walaupun dengan cara yang kotor sekalipun. Seperti apa yang sudah dilakukan mantan pacarnya dulu.
Pelan-pelan, Riska dan Raisa akan meluruskan jalan pikiran sahabatnya. Membawa cewek itu ke jalan yang lurus. Sebenarnya mereka tidak mau melakukan hal-hal ini, tapi mereka ingin sekali melihat Clara bahagia.
"Makasih banyak ya kalian udah mau bikin gue seneng banget" ucap Clara sekali lagi.
"Iya sama-sama. Kira-kira yang buat lo bahagia lagi, ada ngga selain mau misahin mereka berdua?" tanya Raisa.
"Em, gaada" balas Clara.
Riska dan Raisa menghembuskan nafasnya perlahan. Apa sih, sebenarnya yang bisa membuat sahabatnya ini mampu tersenyum bahagia tanpa adanya derita orang lain?.
⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶
BERSAMBUNG
⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶MASIH STAY? HEHEHE MAAF BARU BISA UPDATE
GIMANA NIH? BINGUNG PARAH SAMA ALURNYAMINTA TOLONG POLLOW IG KU DONG, ADA DI PROPIL
BYE BYE SEE YOU SEMUANYA

KAMU SEDANG MEMBACA
PACARKU CUEK
Fiksi Remaja"Aldo tungguin ih!" "Lelet." *** "Aldo bantuin, berat." "Manja." *** "Aldo, Nazwa pusing." "Lemah." *** "Aldo, kaki Nazwa kesleo. Kamu bisa nggak papah Nazwa sampe ke depan kelas?." "Ck! Nyusahin!" *** "Aldo, Nazwa capek." "Istirahat." *** "Aldo, Na...