55 - Janji di Tepi Danau

729 50 3
                                    

BAAAAAAA

💐💫HAPPY READING💫💐




"Kalau gitu, kenapa kita nggak buat kenangan baru?" ucap Aldo, bersemangat namun juga cemas.

"Hah? Maksudnya?" tanya Nazwa, tersentak dan sangat penasaran dengan maksud ucapan Aldo barusan.

"Enggak, bukan apa-apa kok. Udah malam, pulang ya?" ajak Aldo.

"Aneh banget," lirih Nazwa.

Mereka berjalan menuju motor dengan langkah yang lambat, udara malam yang sejuk terasa semakin menenangkan hati. Nazwa masih memikirkan ucapan Aldo tadi, seolah ada sesuatu yang ingin dia katakan tapi menahannya. Dia menatap punggung Aldo yang berjalan di depannya, dan tanpa sadar menghela napas panjang.

"Kenapa kamu tiba-tiba bilang begitu?" tanya Nazwa ketika mereka sampai di depan motor Aldo. "Tentang membuat kenangan baru?" lanjutnya.

Aldo terdiam sejenak, seperti sedang mencari kata-kata yang tepat. "Aku cuma... ingin kita nggak terjebak di masa lalu, Naz. Aku tahu, apa yang kita punya dulu mungkin nggak akan pernah sama lagi, tapi aku ingin mencoba membuat sesuatu yang lebih baik. Sesuatu yang bisa kita kenang tanpa rasa sakit."

Nazwa menggigit bibirnya, hatinya berdebar mendengar pengakuan Aldo. "Tapi… kamu tahu kan?" tanyanya pelan. "Aku takut kalau kita gagal lagi. Aku takut hal-hal kemarin terjadi lagi."

"Iya," Aldo mengangguk jujur. "Aku tahu, Naz. Tapi aku juga lebih takut kehilangan kesempatan buat buktiin ke kamu kalau aku bisa melakukan yang lebih baik kali ini."

Nazwa menunduk, merenungi kata-kata Aldo. "Jadi, apa yang kamu mau dari kenangan baru itu?" lirihnya.

Aldo tersenyum tipis. "Aku pengen kita melakukan hal-hal yang dulu belum sempet kita lakuin, Naz. Aku pengen nge-habisin waktu sama kamu tanpa perlu mikirin apa yang akan terjadi nanti. Aku pengen kamu bahagia, Nazwa. Tanpa beban, tanpa rasa sakit dan rasa takut seperti dulu."

Nazwa mengangkat pandangannya dan bertemu dengan mata Aldo. Ada kehangatan dan ketulusan yang begitu nyata di sana, membuat hatinya kembali bergetar. "Kamu tahu, itu nggak mudah," ucapnya lirih.

"Aku tahu," jawab Aldo, "Tapi aku pengen mencoba, Naz. Mulai dari sekarang, setiap hari, sampai kita bisa benar-benar yakin dengan apa yang kita rasakan."

Nazwa terdiam, sejenak. Ia juga masih kepikiran tentang Aldo dan Clara. Ia takut kalau mereka berdua belum selesai. "Apa kamu udah selesai sama Clara? Kalau belum, maaf banget aku nggak bisa, Al. Aku tahu dan kamu pun tahu itu, kalau dia suka sama kamu, dia cinta sama kamu. Clara juga orang yang nekat, dia bisa lakuin apapun yang menghalangi jalannya seperti dulu dia memperlakukan aku. Aku masih trauma sama itu semua."

Aldo terdiam, menatap Nazwa dengan tatapan penuh penyesalan. Ia tahu pertanyaan itu masih dan akan terus muncul, dan ia tidak bisa menghindarinya. "Aku paham," ucapnya pelan, suaranya sedikit bergetar. "Aku tahu betapa sulitnya buat kamu percaya sama aku lagi, terutama setelah semua yang aku lakukan ke kamu. Dan untuk perbuatan Clara memang fatal, akupun kecewa sama dia, dia begitu tega sama kamu. Aku minta maaf."

"Jadi?" desak Nazwa, matanya menatap Aldo dengan keraguan. "Apa kamu udah selesai sama dia?"

"Iya," jawab Aldo tegas. "Aku udah jelasin semuanya ke Clara. Aku nggak pernah punya perasaan lebih ke dia, dan aku juga udah bilang kalau kita nggak bisa lebih dari sekadar teman. Tapi… dia masih nggak mau menerima itu."

Nazwa menghela napas berat, rasa takut dan cemas masih menyelubungi hatinya. "Kamu yakin dia nggak akan ganggu lagi?" tanya Nazwa, nada suaranya masih dipenuhi kekhawatiran. "Aku nggak mau lagi melalui drama seperti dulu, Al. Aku capek. Badan dan pikiran aku bener-bener terkuras habis. Aku nggak mau ulang kesalahan yang sama, aku nggak mau ngerasain hal yang sama."

PACARKU CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang