60 - Antara Perasaan dan Kenyataan

669 40 0
                                    

HALLO GUYS!!! PA KABAR KALIAN???
SEMOGA SEHAT DAN SELALU BAHAGIA YA
AAMIIN

SESUAI DENGAN UCAPAN AKOH,
AKOH UPDATE LAGI HARI INI YAA
AKU UPDATENYA JAM SEGINI AJA
TAKUT BELUM JADI TUNUTAN AKU
HAHAHAH

JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN KOMEN YAA
TRIMAKASIH OLL

💫💐HAPPY READING💐💫




Matahari telah tenggelam saat Aldo menyalakan mesin motornya, bersiap mengantar Nazwa pulang. Perjalanan mereka berlangsung dalam keheningan, namun bukan karena kecanggungan. Keduanya masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi, percakapan dengan Clara yang menimbulkan banyak emosi.

Sesampainya di depan rumah Nazwa, Aldo membantu Nazwa turun dari motor. "Makasih, Al," kata Nazwa, berusaha tersenyum.

Aldo membalas senyum itu, meskipun di matanya ada sorot kekhawatiran. "Naz, kamu yakin baik-baik aja?"

Nazwa mengangguk. "Aku baik-baik aja, Al. Mungkin ini bakalan makan waktu, tapi aku percaya kita bisa lewatin ini sama-sama."

Aldo meraih tangan Nazwa, mengeratkannya. Kemudian menatap Nazwa sambil berkata, "Aku juga percaya. Aku selalu ada di sini, apa pun yang terjadi, aku selalu ada buat kamu,"

Mereka saling menatap, membiarkan perasaan hangat itu menyelimuti sebelum akhirnya berpisah. Nazwa melangkah masuk ke dalam rumahnya, sementara Aldo tetap berdiri di depan pagar, mengawasinya hingga ia menghilang di balik pintu.

Namun, begitu ia memasuki ruang tamu, Nazwa terkejut melihat sosok Andra sedang duduk di sofa, berbincang dengan Nina, ibunya. Wajah Andra langsung berubah ketika melihat Nazwa masuk, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan namun tertahan.

"Eh, Nazwa, kamu udah pulang," sambut Nina dengan senyum.

"Andra datang tadi, katanya mau mampir sebentar. Lama nggak ketemu, ya?"

"Iya, Bu," jawab Nazwa datar, berusaha menormalkan suaranya meskipun hatinya mulai berdebar tak karuan. Padahal baru kemarin ia bertemu dengan Andra ketika sedang bersama Aldo.

Andra berdiri, menatap Nazwa dengan tatapan lembut. "Hai, Naz. Gimana ujiannya tadi?" tanyanya, mencoba memulai percakapan.

"Baik, udah selesai juga akhirnya," jawab Nazwa singkat. Ia melirik ibunya yang tampaknya tidak menyadari ketegangan di antara mereka.

Nina tersenyum, tak menyadari dinamika yang terjadi. "Kamu beruntung sekali punya teman seperti Andra, sayang. Dia selalu perhatian, ya. Tadi bahkan dia bawa buah tangan buat kita."

Nazwa melirik meja dan melihat keranjang buah yang dibawa Andra. Sesaat hatinya terasa berat, mengingat kembali betapa Andra selalu ada untuknya, bahkan saat ia tidak meminta. Di saat yang bersamaan, perasaan yang ia miliki untuk Aldo muncul kembali, menyadarkan dirinya tentang apa yang benar-benar ia inginkan.

"Nazwa," panggil Andra pelan, memecahkan lamunan gadis itu. "Boleh kita bicara sebentar? Di luar saja."

Nazwa mengangguk ragu, dan setelah meminta izin pada Nina, ia mengikuti Andra keluar rumah. Di halaman, mereka berdiri berdua dalam keheningan, hanya ditemani suara angin malam yang berhembus lembut.

"Ada apa, Ndra?" Nazwa bertanya, mengatur suaranya agar terdengar tenang.

Andra menatap Nazwa, lalu menarik napas panjang. "Aku cuma... Aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja, Naz. Kemarin kan aku lihat kamu sama mantan kamu lagi berdua. Terus tadi juga aku lihat kamu dianter sama dia."

PACARKU CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang