Assalamu'alaikum temen-temen, maaf untuk bab 52 ada dua, dikarenakan bab 46 ternyata terselip. tapi untuk keseluruhan alur cerita tetap sama kok. Selamat membaca.
Semangat menempuh ending. Abdurrahman sudah mulai muncul nih.
*****
"Gimana tadi di kafe?" tanya Atika yang sedang mengamati adik iparnya sedang melipat mantel hujan.
Fatimah baru saja pulang siang ini dari kafe, karena hujan ia pulang dengan mengenakan mantel hujan. Ia juga sedikit menghentakkan sepatunya agar becekan yang terdapat pada sepatu bisa terlepas. Ia tersenyum dan mengucapkan salam kepada Atika.
"Assalamu'alaikum Kakak," Atika meringis malu.
"Hehe wa'alaikumsalam" Atika terus saja mengekor masuk kedalam rumah dengan mengapit lengan Fatimah
"Kabar kafe baik-baik aja kok kak. Kalau kabar dedek bayi gimana? Udah mau keluar belum?"
"Tadi sedikit nyeri tapi cuma bentar, habis itu gak sakit lagi. Tapi frekuensinya lebih sering sih dibanding kemarin" lapor Atika yang mulai terbuka dengan Fatimah. Atika berpikir bahwa ia akan membutuhkan Fatimah saat persalinan nanti, maka mulai saat ini ia harus terbuka apa saja yang sudah ia rasakan.
"Apa itu yang dinamakan krontraksi ya kak?"
Atika mengangkat bahu samar, "entahlah, ini juga yang pertama buat Kakak."
"Mau tanya Umi?"
"Gausah deh, nanti juga bakal ketahuan sendiri. Kita nonton TV aja yuk" Atika yang mulai manja segera mengarahkan Fatimah keruang tamu. Ia mulai menyukai kegiatan santainya dengan Fatimah.
"Boleh boleh"
"Diluar masih hujan banget dek?"
"Huum ini aku ganti baju dulu ya kak, nanti Kakak ikutan basah loh"
"Oke deh, aku juga ambil camilan"
Keduanya berpisah arah, Fatimah yang menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan Atika yang menuju meja makan untuk mengambil kue kering buatannya.
"Sekalian makan siang yuk kak," ajak Fatimah yang sudah selesai kepada Atika yang sedang menata sofa untuk ia tempati.
"Boleh banget," Atika tersenyum hangat.
"Mau makan apa nih?"
"Terserah dek, seadanya aja"
"Oke"
Fatimah yang mendengar jawaban kakak iparnya segera pergi ke dapur untuk memasak sesuatu yang bisa mereka jadikan sebagai makan siang. Ia membuka lemari pendingin dan menemukan ayam yang telah dimarinasi.
"Hmm ini marinasi bumbu apa ya? Kayaknya asin-asin biasa deh," monolog Fatimah.
"Yaudah deh aku bikin ayam geprek aja, sederhana tapi tetep enak."
Fatimah mulai mencari tepung serbaguna yang sudah terdapat bumbu dan mulai mengolah ayam hingga berbentuk krispi. Selanjutnya ia mengupas bawang putih dan cabe untuk ia jadikan sebagai sambal geprek.
Dilain sisi dengan Fatimah, terdapat Atika yang sedang tiduran santai dihadapan televisi. Ia sedikit cemberut sambil terus mengalihkan channel televisi yang bisa menarik hatinya. Namun sudah 15 menit ia masih saja belum menemukan acara yang membuatnya menetap untuk menonton.
"Jam berapa sih ini? kok gaada yang bagus."
Hingga tangan Atika berhenti karena pegal dan juga jenuh, tidak sadar ia berhenti pada acara berita. Walau ia tidak sepenuhnya suka namun Atika mencoba untuk masuk dalam acara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abdurrahman X Atika Zaman Now
Espiritual[Selesai] Ini bukan cerita cinta dalam diamnya Ali dan Fatimah, bukan pula cerita tentang Khadijah atau Aisyah dengan Rosulullah saw. Tapi ini cerita tentang kakak dari Aisyah yaitu Abdurrahman dengan istrinya, Atika. Ini bukan cerita masa lalu atau...