Assalamu'alaikum.
Bismillah, Menjemput Up Sebelum Lebaran.
Untuk bab ini silahkan ditinggalkan bagi yang kurang dari 17 tahun, bisa lanjut ke bab selanjutnya yang insyaallah aku up besok.
Jangan lupa al Kahfi, jaga selalu pahala sholat, muliakan ramadhan dengan membaca al Quran.
Oke silahkan baca, semoga bisa dapat feelnya.
*****
Bukan hal yang mudah bagi Abdurrahman menuruti permintaan Uminya untuk tidak menghubungi sang istri, mungkin ketika ia masih sendiri sudah terbiasa beraktivitas seperti biasa namun berbeda ketika ia sudah memiliki istri. Ia merasa berat menjauhkan diri dari perempuan tercinta yang selama ini memang ia sebut dalam do'a, alhamdulillah telah dikabulkan Allah SWT.
Seminggu ini bahkan Abdurrahman merasa uring-uringan sendiri, padahal ia sudah berusaha mencuri waktu untuk menghubungi Atika hanya saja ponsel istrinya juga disita oleh kakaknya. Memang Umi sangat totalitas menjauhkan kedua pasutri itu.
Kini keduanya sudah bisa bertemu, di atas kuade ini keduanya selalu dianjurkan tersenyum. Pasutri itu sudah bertemu, namun rasanya sekadar bertutur sapa saja belum sempat. Berakhir Abdurrahman masih saja rindu dengan istrinya, sedangkan Atika harus berusaha kuat mengacuhkan suaminya karena rasa malu yang mendominasinya.
Hingga acara selesai, barulah Abdurrahman bisa mengajak Atika berbicara. Itu saja hanya sekadar bertanya apakah Atika lapar?
Atika hanya menggelengkan kepala, ia turun dari kuade dan berjalan menuju keluarganya.
"Sudah 1 minggu, ingatlah Atika akan selalu menjadi putri cantik Abi. Sekarang berbaktilah pada suamimu, jika Atika kangen masih bisa kerumah kakakmu," kata Abimana yang melihat Atika berjalan kearahnya.
Atika hanya tersenyum, entah kenapa rasanya begitu berat namun ia merasa lebih ringan melepaskan Abinya. Ia memeluk Abinya seraya mengucapkan, "Hati-hati Abi, jangan khawatirkan Atika disini karena Atika yakin pilihan Abi memang yang terbaik."
Abimana merasa lebih lega saat Atika sudah bisa menerima semuanya, ia merasa tak berat lagi meninggalkan putrinya. Ia melepas pelukan Atika dan beralih memeluk menantunya.
"Abi titip padamu, kali ini tidak ada lagi selain kamu yang menemaninya," ucap Abimana dengan melepas pelukan.
"Insyaallah Abi."
Selanjutnya Atika berpamitan dengan kakaknya dengan aksi peluk dan pemberian nasihat untuk menjadi istri yang sholehah, hingga keluarga Atika benar-benar telah pergi dengan mobil.
"Waktunya pulang sayang," Abdurrahman menggenggam tangan istrinya, membuat Atika menoleh dan tersenyum pada suaminya.
'Sejak saat inilah kehidupan pernikahanku akan dimulai. Bismillah,' batin Atika.
"Ayo mas."
Keduanya pulang dalam satu mobil, sedangkan Umi Bapak dan yang lainnya berada pada mobil lain.
*****
"Loh? Kenapa kita turun disini mas?" tanya Atika pada suaminya.
Ia bukannya berada di kediaman pak Kyai malah didepan rumah entah milik siapa, namun yang pasti rumah itu masih satu daerah dengan pondok.
"Kita akan memulai kisah kita berdua disini, sayang" jawab Abdurrahman sambil menuntun istrinya masuk kedalam.
"Ayo masuk."
Atika hanya mengekori suaminya, ia masih terpana dengan rumah ini. Sebenarnya tidak besar namun juga tidak kecil, ia justru merasa tersanjung dengan keseriusan Abdurrahman hingga air mata haru tak bisa ia bendung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abdurrahman X Atika Zaman Now
Spiritual[Selesai] Ini bukan cerita cinta dalam diamnya Ali dan Fatimah, bukan pula cerita tentang Khadijah atau Aisyah dengan Rosulullah saw. Tapi ini cerita tentang kakak dari Aisyah yaitu Abdurrahman dengan istrinya, Atika. Ini bukan cerita masa lalu atau...