38.Tindak

87 6 1
                                    

Pak Kyai datang ke rumah anaknya lebih awal dari yang di katakannya pada Umi, pria tersebut berniat mengajak Abdullahnya sholat berjamaah dimasjid kemudian ia ingin berbicara secara pribadi. Ketika ingin mendekati tempat tujuannya, pak Kyai di buat bingung dengan adanya suara saling tertawa, padahal jika lebih di telaah lagi saat ini telah menunjukkan waktu petang dan 10 menit lagi akan adzan magrib.

"Siapa yang bisa bersenda gurau saat akan menjelang magrib?" pak Kyai menggelengkan kepala dan tetap meneruskan perjalannya.

Bukannya semakin reda suara-suara itu justru semakin terdengar di telinga pak Kyai, semakin curiga pria itu kepada pemilik suara. Saat tepat di depan rumah, dengan sengaja pak Kyai tak langsung mengetuk pintu. Ia ingin menjaga privasi anaknya, namun mau tidak mau pak Kyai menjadi semakin curiga.

"Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah jika memang suara ini dari anak dan menantu saya tolong ampuni keduanya."

"Hahahahah sudah mas, sudah! Tolong hentikan. Adek sudah lelah hahahahah."

Kembali pak Kyai mendengar suara yang ia yakini bahwa suara Atika, menantunya. Karena tak ingin mengganggu urusan yang entah penting atau tidak disamping kewajiban sholat, pak Kyai memutuskan untuk segera bergegas ke masjid tanpa mengajak anaknya.

"Baiklah aku kembali saat selesai dari masjid saja."

*****

Di sisi lain, Atika dan Abdurrahman sedang berada di ruang tengah rumahnya masih pada posisi yang sama seperti tadi siang. Bedanya jika saat ini Atika terus saja menggeliat karena merasakan efek geli dari tangan suaminya yang terus jail menggelitik perut wanita itu.

"Hahahahah sudah mas, sudah! Tolong hentikan. Adek sudah lelah hahahahah."

Abdurrahman menghentikan aksinya saat di rasa istrinya sudah lemas karena terlalu banyak tertawa, ia kembali pada posisi duduk dengan tegak namun arah mata tetap pada Atika. Kembali laki-laki itu mengucap syukur dalam hati karena telah mendapat anugerah begitu indah dari Allah yang begitu indah untuk dimilikinya.

Atika sendiri merapikan kembali kerusakan yang terjadi pada pakaiannya dan berusaha untuk duduk dengan benar, efek kegelian ternyata memang besar baginya. Merasa di perhatikan wanitu itu menoleh pada sumber yaitu suaminya.

"Ada apa?"

Abdurrahman bukannya menjawab malah merespon dengan memeluk istrinya dengan senyaman mungkin, Atika merasa suaminya memang sedang manja-manjanya.

"Apa masih terasa sakit?" mencoba perhatian, Atika mengusap lengan suaminya yang memeluk dari samping.

"Aku sudah sehat."

"Alhamdulillah."

Keduanya mengheningkan suasana dengan merasakan rasa saling sayang. Entah sudah berapa lama mereka pada posisi itu hingga sang laki-laki dapat memejamkan matanya, karena efek tenang atau memang tertidur karena usapan istri di lengannya. Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu mengetuk dari luar.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum."

Atika yang mendengar terlebih dahulu dengan segera membangunkan suaminya karena posisi yang ia rasa tubuhnya tertimpa badan Abdurrahman.

"Mas.. mas.. bangun," Atika mengguncang tubuh disampingnya namun tak mendapat respon.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum Abdullah Atika."

Kembali terdengar suara bass khas laki-laki, dan Atika semakin gusar karena membangunkan suaminya cukup sulit.

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang