13. Jangan suka bercanda

192 24 8
                                    

"Sungguh saya merasa dunia semakin sempit, jika kemarin dan saat ini adalah takdir kita bertemu maka saya harap pertemuan ketiga adalah takdir kita untuk bersatu"

Atika masih melamunkan perkataan itu hingga saat ini, bahkan dia mendadak bisu saat datang ke rumah melewati Abinya yang menyapa kepulangan Atika.

Dan kini waktu untuk Atika tidurpun tak bisa barang sedetik menghentikan pikiran itu selalu terbayang dibenaknya. Apalagi kalimat setelah ucapan itu.

Flashback On.

"Haha jangan suka bercanda" nada yang berawal dari tawa garing itu berakhir dengan muka Atika yang tampak serius.

Abdurrahman hanya tersenyum, dan hal itu justru membuat Atika merona membuat Abdurrahman terkekeh. Apalagi Atika sangat terlihat salah tingkah dengan air muka yang tadinya serius menjadi malu-malu menundukkan wajah.

'Imutnya, jadi gemes. Eh Astagfirullah ampuni hamba ya Allah yang belum bisa menundukkan padangan' batin Abdurrahman.

Dan untuk menutupi kegugupannya, Atika kembali memasang wajah garang.

"Ekhem, ucapan adalah doa. Jadi saya mohon, ucapkan yang baik apalagi berhubungan dengan orang lain".

Lagi, Abdurrahman tersenyum.

'Aduh, ga kuat' batin Atika.

"Jika ucapan adalah doa, maka saya harap ucapan saya tadi bisa di ijabah"

Benar-benar, Atika semakin merona bahkan seperti tomat busuk. Eh seperti tomat merah.

Dan lagi Atika tak bisa menahan diri untuk tidak tersipu malu, lagi pula bukankah itu respon tubuh? parahnya kita tidak bisa mengendalikan seperti apa tubuh merespon saat dalam keadaan cepat, bukan?

"Ekhem" ada deheman yang seketika membuat Atika merasa lega.

Bukan karena Abdurrahman yang tiba-tiba sakit atau terkena santet, eh astagfirullah. Sekali lagi bukan. Bahkan itu bukan dari mulut Abdurrahman, melainkan dari Ilham.

"Jadi kalian sudah saling kenal?"

Pertanyaan Ilham dapat menginterupsi keduanya untuk mengalihkan fokus mereka.

"Iya pak, kebetulan ketemu di pinggir jalan"

'Kok rasanya ga enak ya di bilang ketemu di pinggir jalan, beneran loh di pinggir jalan tapi dipikir lagi emang iya sih' batin Atika.

"Oh iya, tadi ngobrolin apa?" Ilham bertanya dengan sesekali melihat antara Abdurrahman dan Atika bergantian karena memang posisinya yang berada di tengah keduanya.

Jika ada laki-laki dan perempuan berduaan bukan mahrom, maka yang ketiga adalah ...

Setan

Eh astagfirullah

"Tadi cuma sedikit bercanda pak" jawab Abdurrahman sambil melihat kearah Atika, ada satu raut muka yang tersirat sesuatu yang kurang jelas. Dan bisa dirasa Abdurrahman, itu adalah raut muka kecewa.

Atikapun hanya bisa terdiam, bahkan mengangkat wajah saja dia tak sanggup.

'Kok sakit ya? tapi ga ada darah sih. Tapi perih, disini di ulu hati' lagi Atika membatin.

"Yasudah kita masuk dulu. Abdurrahman, KTP kamu ada pada Atika" ucap Ilham sambil berlalu masuk kedalam memimpin dua jenis manusia di belakangnya.

Atika hanya menggangguk dan mengekor dibelakang Ilham melewati Abdurrahman yang masih diam di tempat. Dan ketika badannya sejajar dengan Abdurrahman, Atika kembali di buat memerah karena ucapan Abdurrahman.

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang