26. Tidur

191 19 1
                                    

Setelah akad keluarga Atika kembali pulang ke rumah Abimana, bukan lagi di rumah penginapan pondok. Atika merasa berat hati merelakan Abi dan kakaknya pulang, namun mulai sekarang ia akan menetap di rumah suaminya.

Dan kini Atika telah berada di kamar Abdurrahman, ia baru saja selesai mengantar keluarganya hingga ke parkiran. Tentu dilengkapi drama tangis dari Atika yang sejauh ini belum pernah berpisah dengan Abimana pada waktu yang lama.

"Adek ganti baju dulu ya, jangan mandi tapi bersihin riasan sekalian wudhu aja ya," dengan lembut Abdurrahman meminta istrinya ke kamar mandi di kamar Abdurrahman, sambil jongkok dihadapan istri yang duduk di kasur Abdurrahman mengelus khimar Atika.

'Ya Allah, jujur Atika belum pernah sedekat ini dengan laki-laki selain Abi. Ini pertama untuk Atika, kenapa rasanya begitu membuat jantung berkerja keras? Ya Allah tolong jangan wafatkan Atika terlebih dahulu, Atika merasa kasihan pada mas Abdurrahman jika harus menjadi duda secepat ini. Eh kamu kok mikir gitu sih tik? Astagfirullah maafkan Atika ya Allah' gumam Atika dalam batinnya.

"Dek?" panggil Abdurrahman yang merasa tak mendapat respon dari Atika.

'Eh tadi mas Abdurrahman bilang apa ya? Oh iya minta aku mandi. Tapi aku mandi dimana? Aku malu. Terus selesai mandi pake baju ini lagi?' pikir Atika lagi di dalam hati.

"Istriku?" kembali Abdurrahman menyadarkan Atika dari lamunan, dan kini ia bisa melihat istrinya merona karena panggilannya.

"Em--mm A-adek kesini lupa bawa baju mas, lagi pula dari kemarin memang gak bawa baju dari rumah. Hanya saja meminjam baju Fatimah dari Umi," jawab Atika dengan sedikit pelan sambil menunduk dan memainkan jari tangannya, tanda bahwa ia gugup.

"Jadi sedari tadi adek memikirkan hal kecil itu?" dijawab Atika dengan anggukan cepat dan Abdurrahman terkekeh melihat itu.

'Gemas, ingin ku peluk. Eh astagfirullah, tapi kan sudah halal. Yaudah sih ya udah halal mah bebas mau ngapain aja' batin Abdurrahman.

"Yasudah begini saja, kamu masuk dulu ke kamar mandi lepas gaun ini sekalian bersihin make up terus wudhu. Selagi adek dikamar mandi, mas akan pinjam baju ke Fatimah buat adek. Gimana?" tawar Abdurrahman dengan lembut, berusaha membuat Atika senyaman mungkin dengannya.

"Iya mas" jawab malu-malu itu mampu membuat Abdurrahman puas dan kini ia berdiri serta berjalan ke lemari untuk mengambil handuk, diberikannya handuk itu kepada Atika.

"Ini handuknya, mas keluar dulu ya," pamit Abdurrahman yang diangguki oleh Atika, lalu ia keluar setelah mencium puncak kepala istrinya.

Atika kembali merona mendapat perlakuan kecil tapi begitu romantis dari suaminya, namun dengan cepat Atika berlari kecil ke arah kamar mandi untuk menjalankan permintaan Abdurrahman tadi.

Setelah 20 menit, akhirnya Atika keluar kamar hanya menggunakan handuk. Sebenarnya ia sudah selesai dari 15 menit lalu, namun tak berani keluar karena ia tak hanya menggunakan handuk dan pakaian dalam saja. Dan setelah menunggu selama 5 menit Atika bisa mendengar ada orang masuk dan tak lama keluar kembali dengan bunyi pintu tertutup kembali setelah dibuka dari dalam, barulah ia mulai mengintip dari celah pintu dan ia dapat melihat di atas kasur sudah ada baju untuknya.

Dengan cepat Atika keluar kamar mandi untuk mengambil baju tersebut dan kembali lagi masuk ke dalam kamar mandi. Pada akhirnya ia bisa nyaman dengan pakaian yang lebih santai dari gaun tadi, hanya saja tak ada khimar. Ia malu jika ada yang melihat rambut panjangnya, namun kembali Atika berpikir jika saat ini Abdurrahman telah manjadi suami sahnya.

Abdurrahman sendiri sudah ingin masuk ke kamar, namun ia ingin menjaga privasi Atika saat berganti baju senyaman mungkin walaupun kini ia masih menggunakan baju pengantin. Setelah menunggu selama 10 menit diluar kamarnya, akhirnya ia berniat masuk kamar. Bingung kembali melanda Abdurrahman, ia berpikir harus mengetuk pintu atau tidak?

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang