29. Pingit

160 20 2
                                    

Assalamu'alaikum.

Bismillah, Mengejar Up Sebelum Lebaran.

Selamat membaca, tentu dahulukan membaca al Quran.

*****

"Iya, sama-sama" jawab Abdurrahman seadanya.

Sebenarnya Abimana ingin sekali mengingatkan putrinya agar tetap mendampingi suaminya dimanapun dan kapanpun, namun sendirinya ia belum rela sepenuhnya menitipkan Atika pada Abdurrahman. Setidaknya ia masih punya waktu satu minggu.

Tiba-tiba saja Harun datang untuk berpamitan pada semua anggota keluarga, ia harus segera berangkat agar tidak kesiangan.

"Maaf semua mengganggu waktunya sebentar, saya harus pamit sekarang" kata Harun yang membuat Ashila spontan berdiri.

"Ayo mas, Ashila antar kedepan. Oh iya Husna mana?" ucap Ashila sambil mengaitkan tangan pada lengan suaminya.

"Husna sudah tidur tadi, mungkin kekenyangan" jawab Harun sederhana, lalu ia menghampiri Abimana dengan melepas tangan istrinya sejenak serta mencium tangan Abi sambil berjongkok. "Abi, kulo pamit."

"Iya, hati-hati dijalan. Ayo kedepan, Abi juga ingin pergi ke rumah pak RT untuk membicarakan acara pindah rumah."

Setelahnya hanya ada Atika dan suaminya disana, di ruang tamu.

"Mas?"

"Iya dek?"

"Adek tau kalau sebenarnya Abi ingin menegur Atika, hanya saja mungkin tidak dihadapan mas," Atika mengucapkan hal itu dengan menunduk, namun perlahan ia menggenggam tangan suaminya sambil menatap mata yang bingung akan ucapan Atika itu.

"Tapi sebelum Abi menegur adek, adek sudah merasa bersalah dan tidak enak. Karena seharusnya memang kini adek harus selalu berada disamping mas dan mengabdi pada mas, namun adek masih belum cukup puas bersama Abi. Untuk itu, tolong ridhoi adek untuk seminggu ini menginap disini dan insyaallah setelah ini adek milik mas seutuhnya."

Abdurrahman masih menatap mata istrinya yang begitu teduh dan tersirat makna ketulusan di dalam sana, ia berusaha mengerti maksud Atika walaupun ia juga merasa berat berjauhan dengan istrinya.

"Adek, mas memang berat berjauhan dengan adek. Tapi mas sangat tau jika perlu hati besar meninggalkan keluarga untuk menjalin hubungan baru dengan keluarga yang belum ia kenal lama, mas hargai itu. Insyaallah mas ridho dan ikhlas adek sementara waktu menginap disini, tapi.." Abdurrahman menjeda ucapannnya dengan menyentil hidung istrinya, Atikapun dibuat penasaran.

"Tapi kenapa mas?"

"Tapi kita harus tetap berkomunikasi, adek hukumnya wajib angkat telepon dari mas."

"Siap bos."

"Harus tetap menjaga pandangan."

"Siap mas."

"Harus jaga hati."

"Siap suamiku."

Baik Abdurrahman maupun Atika sama-sama terkejut, Abdurrahman yang merasa merona karena panggilan itu bahkan sang pembicara juga sama terkejutnya atas ucapan yang ia lontarkan sendiri. Hening sejenak untuk mereka saling tatap, lalu tiba-tiba tawapun menggema dari keduanya.

*****

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam Abi," jawab Atika dengan antusias, bersamaan dengan Abdurrahman.

"Loh mau kemana?" tanya Abimana pada menantunya yang akan beranjak pergi.

"Kebetulan Abi sudah pulang, saya harus pulang dan putri kesayangan Abi ini tidak mau ditinggal sendirian," jelas Abdurrahman.

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang