02. Abe?

319 29 1
                                    

Sepi

Itulah suasana halte saat ini, dan sudah 1 jam Atika menunggu bis yang tak kunjung tiba.

'Sudah jam 12 siang dan aku belum sholat, sebaiknya aku sholat aja di masjid depan komplek' Atika membatin sambil melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

*****

Memang benar sekali, setelah sholat membuat hati lega. Atika mengemasi peralatan sholatnya, lalu mengambil ponselnya pada saku depan tasnya.

To : Abi
Assalamu'alaikum Abi, maaf Atika belum pulang. Tadi jam 11 sudah keluar pesantren, hanya saja bisnya belum datang Bi. Sepertinya Atika akan pulang terlambat, sekali lagi maaf Abi.

Setelah mengirim pesan itu, Atika meletakkannya pada saku depan tasnya lagi dan menyiapkan kerudungnya agar terlihat rapi serta memasukkan kembali mukenahnya kedalam tas.

Ting!

Ada pesan masuk dari ponsel Atika, segera dia membukanya dan ternyata pesan dari abi.

From : Abi
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Abi akan menjemputmu. Sekalian Abi mengantar teman Abi

To : Abi
Baiklah Abi, maaf merepotkan. Atika ada di Halte depan jalan masuk pesantren, terima kasih Abi.

From : Abi
Oke, tunggu Abi.

Atika tersenyum, dia berpikir 'jika yang lain mesra dengan pacarnya, aku mesra dengan Abi'.

Atika berjalan kembali kearah halte, sebenarnya dari arah halte ke masjid cukup jauh dibanding ke arah pesantren. Tapi tidak mungkin jika harus kembali ke pesantren karena dia tadi sudah izin pulang ke beberapa orang, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke masjid saja yang notabenenya lebih jauh.

Sebelum menapak di bawah teduh halte, langkah Atika seketika lebih berat karena ada 2 orang datang dari arah depan sengaja menghentikan langkah Atika. Atika berhenti melihat pasang kaki di depan, lalu dia mendongak. Ralat, bukan lagi 2 tapi tujuh.

'Astagfirullah, aku lupa membaca doa tadi saat keluar masjid dan berjalan hingga sini' batin Atika.

"Assalamu'alaikum" kata satu orang laki-laki yang berdiri paling depan.

'Ya Allah Atika harus bagaimana?, oke jawab aja Atika toh mereka masih sopan' pikir Atika.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Wow suaranya lembut sekali, pasti dari pesantren sini. Santriwati atau jangan-jangan Ustadzah?" tanya laki-laki itu lagi.

'Oke ini mulai tidak sopan, tapi aku harus bagaimana? Ya Allah tolong kirim malaikat untuk Atika' rapal Atika dalam hati.

Belum sempat Atika menjawab, dia harus menutup mulutnya lagi karena ada lebih banyak laki-laki yang datang dari arah belakang tubuhnya.

Ternyata bukan hanya Atika yang menyadari itu, tetapi gerombolan laki-laki didepannya juga merasakan hal yang sama.

"Hei Abe, lama juga gak ketemu" sapa laki-laki yang sedari tadi mengajak ngobrol Atika, oke lebih tepatnya yang menggoda Atika.

"Gua gak akan muncul kalo lo bisa turutin peraturan" jawab orang yang diketahui bernama Abe.

"Aturan mana yang gua langgar hah?" tantang lawan Abe.

"Heran gua, lo ternyata bego ya. Cih. Aturan nomor 22, kalo kalian gak boleh ganggu orang diwilayah gua" jawabnya.

"Cih. Wilayah lo? heh hampir sejogja juga wilayah lo kali"

"Karna emang gua lebih andil daripada lo, buktinya gua bisa memperluas wilayah gua haha"

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang