Setelah menjadi ketua dari sebuah organisasi mafia di Italia, Wang Yibo kembali ke Zhuhai, tanah kelahirannya, untuk satu tujuan. Di kota itulah semuanya justru dimulai. Dia bertemu sesosok muda mempesona yang memiliki kesamaan nama dengan saudara y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
___ Love in Zhuhai by AR Yizhan ___
Suara tembakan yang bersahutan memekakkan telinga, tubuh yang berjatuhan ke lantai yang dipenuhi darah dan cairan menyengat hidung. Wang Yibo berusaha untuk bangun, susah payah merangkak untuk menggapai tepian meja yang menutupi tubuhnya. Wajahnya babak belur, lecet di bagian pipi dan sudut bibir. Ia tidak memedulikan rasa sakit yang menyerang bahkan ketika kakinya nyaris tak bisa digerakkan. Sepasang mata hitamnya hanya membelalak shock melihat dua tubuh orang terdekatnya yang tergeletak tak bernyawa diatas lantai.
Dia hampir saja menyerbu ke depan sewaktu jilatan api dari luar menerobos masuk, membakar seluruh tempat yang berbau bensin. Gerakannya tertahan oleh tarikan tangan kuat yang menyeret tubuhnya ke belakang. Ia berontak, berusaha menendang dan berteriak histeris melihat tempat itu dilalap api dengan beberapa tubuh yang terbaring di dalamnya.
Meski seluruh tubuhnya terasa sakit, ia masih mengerahkan tenaganya dan mengamuk ingin melepaskan diri dari cengkeraman kuat lengan yang membawanya dari bangunan yang diselubungi kobaran api.
“Yibo, hentikan! Kau tidak akan bisa menolong mereka!”
Satu suara bernada prihatin terdengar di dekat telinga.
“Lepaskan! Aku tidak akan pergi! Aku harus mengeluarkan mereka! Lepaskan!”
Teriakan histeris Yibo dan amukannya membuat dua orang yang memegangi sedikit kerepotan.
“Buat dia pingsan! Dia akan terus berontak jika dibiarkan sadar!”
Seiring satu perintah yang menggema, pukulan keras seketika mengenai tengkuknya. Kesadarannya langsung terbang seiring tetesan airmata yang mengalir dari sudut mata.
🤍🤍🤍
Tengah malam, Yibo terbangun dengan seluruh tubuh basah oleh keringat. Matanya terbuka nyalang dengan nafas cepat. Perlahan ia mengangkat tubuh dan duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Tangannya terangkat mengusap keringat yang membasahi kening dan leher. Sesaat menyandarkan kepala seraya memejamkan mata, kemudian menggapai gelas minum berisi air putih pada meja nakas.
Mimpi buruk itu terus menghantuinya, selalu membayangi tidurnya yang gelisah. Semua kejadian tentang kehancuran keluarganya, kematian orangtua dan saudara. Hal yang mengubah drastis kehidupannya, menjadikan dirinya seorang pendosa yang menghabisi puluhan orang karena dendam.
Yibo meletakkan lagi gelas setelah menyegarkan tenggorokan. Alih-alih meneruskan tidur yang terganggu, ia justru bangkit dan menyalakan lampu, lantas berdiri di dekat jendela yang tertutup pitrase. Malam ini ia masih menempati presidential suite untuk terakhir kalinya sambil menunggu villa miliknya layak untuk ia tempati. Ia sudah meminta pada Haoxuan untuk mengurus segala sesuatu yang harus diselesaikan.