Lover's Road '55

420 61 12
                                    

___ Love in Zhuhai by AR Yizhan ___
🤍🤍🤍

Peristiwa di klub menjadikan tempat itu ditutup sementara waktu selama proses renovasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peristiwa di klub menjadikan tempat itu ditutup sementara waktu selama proses renovasi. Semua hal yang terungkap menjadi satu kejelasan bagi pihak tertentu dan untuk beberapa waktu emosi sebagian pihak sedang mengalami penurunan. Seperti halnya Xiao Zhan, yang kini ditemani ayah kandungnya mengunjungi kuburan kedua orangtua asuhnya di Coloane Village. Saat itu sore cukup cerah di hari kedua setelah huru hara yang menghancurkan isi klub dan merenggut beberapa nyawa anak buah kedua belah pihak.

Berdiri dalam balutan serba hitam, jari Xiao Zhan menyentuh sisi kacamata hitam yang ia kenakan. Ia baru saja meletakkan seikat bunga daisy pada pusara kedua orangtua asuhnya. Dalam suasana hening sore hari, tubuhnya yang dibalut lagi mantel hitam panjang hanya diam memandangi dua makam yang dihias dengan mewah. Desau angin dari pepohonan dan suara burung kecil yang bersahutan menjadi teman dalam renungan yang mengembalikan ingatannya.

Bayangan ayah ibunya yang penuh kasih sayang melintas di kepala sewaktu mengamati dua foto yang menghias batu nisan hitam mengkilap. Jika saja ayah kandungnya tidak memberikan dirinya pada keluarga Xiao, mungkin ia tidak akan pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Setidaknya, meski hanya beberapa tahun, ia menikmati pelukan dan cinta sang ibu, membuatnya mengerti bagaimana lembutnya seorang ibu dalam mengayomi anaknya. Tanpa terasa, helaan napasnya berhembus panjang.

Ketua Ma melirik, seakan mengerti apa yang dirasakan oleh sang putra. Tangannya bergerak mengusap punggung Xiao Zhan seiring suara beratnya yang mengalir lambat,

“Maafkan ayah, jika saja ayah tidak pergi, mungkin mereka masih ada bersamamu saat ini.” Nadanya penuh penyesalan.

Xiao Zhan menarik napas dalam, menghirup udara segar dari pepohonan hijau yang menaungi area pemakaman.

“Tidak ada yang tahu kapan kematian akan menjemput. Semua sudah takdir, jalan untuk menyatukan kita sebagai keluarga sedarah dan jalan kehidupanku dalam membangun sikap dewasa,” ia menjawab. “Sebenarnya, aku cukup beruntung karena sempat merasakan kasih sayang seorang ibu. Aku bahkan tidak sempat memanggil ibuku ‘mama’. Aku pun baru melihat betapa cantiknya ibu yang melahirkanku.”

“Kau memiliki kecantikan itu. Ibumu pasti ikut bahagia melihatmu yang sekarang. Kau sudah mulai bisa menerima semuanya? Bagaimana perasaanmu sekarang?” Ketua Ma merangkul bahu putranya.

“Aku baik,” sahut Xiao Zhan, tersenyum di kala menoleh, menatap sang ayah yang sedang memandangi pusara di depan. “Ayah sendiri? Apakah sekarang sudah benar-benar bebas setelah semuanya kini terungkap?”

“Ayah hanya ingin kau bahagia, Sean.”

Usapan ketua Ma kini mengenai kepala, membelai rambut hitam Xiao Zhan. Wajahnya yang cerah melemparkan senyum lembut melihat sang putra yang akhirnya kini ia miliki seutuhnya dan memanggilnya ayah.

“Ayah masih memanggilku Sean?” Xiao Zhan menerima genggaman hangat sang ayah.

“Ah, ayah masih belum terbiasa.” Ketua Ma menggelengkan kepala.

𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓲𝓷 𝐙𝐇𝐔𝐇𝐀𝐈 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang