Setelah menjadi ketua dari sebuah organisasi mafia di Italia, Wang Yibo kembali ke Zhuhai, tanah kelahirannya, untuk satu tujuan. Di kota itulah semuanya justru dimulai. Dia bertemu sesosok muda mempesona yang memiliki kesamaan nama dengan saudara y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di kala suara sirine semakin dekat, Yibo berpikir cepat dan menyuruh Haoxuan untuk masuk ke dalam mobil.
“Kita berpencar dan hubungi ketua Ma!”
Suaranya masih terdengar sebelum ia membanting pintu mobil. Bunyi mesin dan gerungan dari dua knalpot yang mengeluarkan asap menjadi pengiring melesatnya mobil sport yang ia kemudikan. Ia sengaja menyambut ke arah datangnya sirine untuk memudahkan Haoxuan melarikan diri.
“Sial!”
Haoxuan yang ikut menyalakan mesin mobil sendiri kini mengemudi ke arah lain. Debu kotor beterbangan tercipta dari gesekan tanah kering dan roda mobil yang berputar cepat. Dia menginjak gas dan melaju ke jalanan sepi yang berlawanan arah dengan Wang Yibo. Sambil memegang kemudi, satu tangannya berusaha menggapai ponsel dari jok samping. Fokusnya berusaha ia jaga sambil mencari nama ketua Ma dari daftar kontak.
Sosok berkharisma itu sedang duduk bercengkerama dengan sang putra di ruang samping yang pintunya terbuka, tembus ke tebing yang berbatasan dengan pantai Xinglu. Ia baru saja meletakkan cangkir setelah menyesap teh Chamomile sewaktu pengawalnya menghampiri dan menyerahkan ponsel yang berbunyi.
“Dari Tuan Muda Haoxuan,” pengawal itu berkata.
Ketua Ma mengangguk dan menerima ponsel. Senyumnya tersungging saat ia mendekatkan benda tersebut ke telinga.
“Haoxuan—”
“Ketua Ma, Yibo dikejar polisi.”
Nada cemas Haoxuan yang menyela ucapan membuat senyum ketua Ma sirna. Mata hitamnya melirik ke arah Xiao Zhan yang sedang menikmati teh hangat.
“Di mana kalian?” tanyanya.
“Kami berpencar. Dia menuju ke jalan Bihai. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba ada polisi,” jawab Haoxuan.
“Kau hubungi Theo, sepertinya tawanan yang ia tahan lepas. Aku tunggu kabarnya.”
Ketua Ma menurunkan ponsel dan beranjak bangun.
“Ada apa?” tanya Xiao Zhan, merasa ada sesuatu melihat sikap ayahnya.
“Sepertinya ada yang melaporkan tindakan Yibo. Polisi ikut turun tangan.”
“Polisi?” Xiao Zhan terlonjak bangun dari kursi.
“Aku curiga Zhang Ji Su lolos dari pandangan Theo. Aku akan menyusul.” Ketua Ma menduga-duga tentang peristiwa yang terjadi.
“Aku ikut!”
“Kau lebih aman di rumah ini,” bantah ketua Ma.
“Tidak tanpa kepastian tentang Yibo. Ayah tahu aku tidak akan berdiam diri.”
“Baiklah,” desah ketua Ma yang akhirnya menyerah karena hafal sifat putranya. Ia pun melangkah lebar diikuti Xiao Zhan.
Hanya dalam waktu lima menit, dua mobil hitam berturut-turut keluar dari halaman luas mansion.