Setelah menjadi ketua dari sebuah organisasi mafia di Italia, Wang Yibo kembali ke Zhuhai, tanah kelahirannya, untuk satu tujuan. Di kota itulah semuanya justru dimulai. Dia bertemu sesosok muda mempesona yang memiliki kesamaan nama dengan saudara y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kapal pesiar berwarna putih itu melaju pelan di atas perairan Pearl River, membelah permukaannya yang kebiruan. Satu kapal berukuran besar selalu dijadikan transportasi laut dari Zhuhai yang ingin bepergian dengan menikmati lautan menuju Macau. Dengan kecepatan sedang, para pelancong dan turis bisa mencapai Macau dan Hongkong dalam waktu dua hari sambil menikmati hidangan lezat di dalam kapal pesiar. Kendaraan besar itu akan berhenti sesaat di pelabuhan Gongbei, Macau, dan lanjut berlayar menuju Hongkong. Begitu seterusnya ketika kapal itu kembali berputar untuk menuju sebaliknya. Ada satu restoran yang menjadi daya tarik kapal pesiar tersebut, bahkan nama kapalnya disesuaikan dengan nama restorannya yang lebih terkenal karena itulah yang diincar oleh para penumpang yang menaiki kapal.
Robuchan au Dome, tempat makan yang menyajikan pemandangan laut dengan sisi restoran yang terbuat dari kaca membentuk simetris yang cantik. Kilau air laut di malam hari terlihat indah terkena sorot lampu yang menyala terang dari atas kapal. Restoran itu terletak di bagian sisi, diterangi lampu kekuningan, alunan musik jazz klasik mengiringi pengunjung yang sedang menikmati makan malam. Kelezatan aroma rosemary dan truffle asap menumbuhkan keinginan untuk mencicipi makanan lebih banyak lagi. Gaung obrolan samar-samar menyelingi denting sendok dan garpu. Banyak pasangan yang menempati meja berwarna hitam mengkilap. Nuansa emas dan cokelat menjadikan restoran itu terasa mewah dan hangat. Lampu gantung berbentuk segitiga memenuhi langit-langit memendarkan cahaya kuning keemasan, bahkan lantainya dilapisi karpet bergaris hitam warna cokelat terang.
Salah satu pasangan yang menikmati suasana romantis itu adalah Wang Yibo dan Xiao Zhan. Keduanya duduk pada kursi warna abu tua berlapis busa empuk tepat di sisi kaca yang berbentuk simetris. Di depan mereka sudah terhidang makanan pesanan dari salah satu menu favorit restoran. Sambil menikmati lezatnya makanan Prancis yang menggoyang lidah. Xiao Zhan benar-benar terhibur oleh situasi yang diciptakan Wang Yibo. Menaiki kapal pesiar dan bermalam selama perjalanan, sedikit banyak melupakan kesedihan karena ingatan tentang masa lalu. Matanya yang bening kini menatap melalui kaca segitiga dibingkai dengan aluminium yang dicat warna emas. Mata itu berbinar-binar, ungkapan dari suasana hati yang bahagia, menyaksikan riak air laut yang bergelombang.
“Kau senang?” Sentuhan dari tangan Yibo yang terulur mengenai pipinya. Ia menoleh, memberikan senyuman bahagia pada pemuda tampan yang sedang memandanginya.
“Sangat senang,” sambutnya hangat.
“Syukurlah,” Yibo membalas senyuman sambil menurunkan tangan. “Mau menambah hidangan?” Ia melirik atas meja yang menyisakan dessert berupa Eclair dengan vla vanila dan Creme Brulee, sup krim susu dilapisi karamel yang dibakar.
“Rasanya sudah cukup, dessert ini akan menambah kadar gula di dalam tubuhku.” Bibir tipis Xiao Zhan membentuk sedikit pout.