Hilang.
Miliknya yang paling berharga hilang.
Alysia menatap kotak kayu putih yang sudah tergeletak kosong di depannya. Yang telah dia sambunyikan selama bertahun-tahun.
Di sebuah kamar luas di kediaman Leviathan. Alysia terus berjalan dengan gelisah, menunggu seseorang masuk kedalam kamarnya.
Tak lama pintu kamarnya terbuka, menampilkan Diane dengan bunga ditangannya.
"mama sudah tau tentang ini kan?"
Diane tetap bejalan tegak mengabaikan pertanyaan Alysia, tangannya tengah sibuk mengganti bunga yang telah layu dengan bunga segar ditangannya.
"mama!" teriak Alysia tak sabar.
"ya mama tau" jawab Diane dengan tenang.
"dan yang di pestaku kemarin. Itu ulah mama?"
"soal pangeran mahkota bukan. Tapi soal Thalia iya"
Alysia mendekati ibunya, membuang semua bunga segar di tangan ibunya untuk mendapat perhatiannya. "dia bukan Thalia"
"memang bukan. Dan salah siapa itu?" Diane dengan tenang memunguti bunga yang berceceran di lantai.
"aku di tipu! Pria itu sengaja mendekatiku!"
"bagus untukmu Alysia. Seolah mama pernah mengajarkan untuk percaya pada laki-laki"
Mendengar sindiran ibunya Alysia berteriak kencang. "lalu apa yang mama lakukan kemarin!"
"itu sudah cukup! Berhenti Alysia"
"Mama yang berhenti! Mama bahkan tidak melakukannya dengan benar" Alysia menggertakkan kakinya kelantai. "apa aku yang harus turun tangan? Yang pertama memang sulit, tapi yang kedua akan mudah, kalau kedua mudah yang ketiga juga mudah"
Diane mendekat menankup wajah Alysia dengan kedua tangannya "kamu tidak perlu melakukan apapun. Mama yang akan mengurus semuanya. Thalia masih hidup, itu berati kamu bukan pembunuh. Lebih baik begini"
"Ini tidak adil kenapa dia terus mengangguku, apa salahku?" Alysia mulai menangis "kita harus kembalikan Thalia ketempatnya"
...
Bosan
Akhir-akhir ini tidak banyak drama di akademi. Narendra jauh lebih tenang dan tidak membuat drama dengan wanita manapun, Isaac yang sekarang sibuk menjadi pesuruh tidak lagi mengajak siapapun yang dia temui berkelahi, Igor tetap seperti Igor.
Thyme dan Alysia bahkan tidak terlihat dimanapun. Mereka lebih banyak membolos dari pada hadir di sekolah, apa ini bahkan diperbolehkan? Harusnya mereka sudah dipanggil kan.
Dengan malas Ocean melempar bilah es ditangannya seperti belati, membiarkannya menancap pada batang pohon"
"gunakan senjata asli kalau berlatih. Es dan besi punya berat yang berbeda, memangnya kamu mau sampai kapan bergantung dengan sihir" Isaac berjalan kearahnya, itu saran yang wajar dari seseorang yang telah kehilangan sihir.
Ocean tidak tau harus bersikap bagaimana setelah dia mendengar cerita Narendra. Sulit dipercaya pria cantik ini telah membunuh banyak orang.
"kudengar kamu banyak menghabiskan waktu dengan Narendra" tanya Isaac yang kini sudah duduk disampingnya. Ocean hanya mengangguk sebagai balasan.
"sepertinya dia banyak bicara tentangku ya"
Ocean menoleh dengan cepat, bagaimana dia tau?
"bagaimana aku tau?" tanya Isaac "kamu punya wajah yang jujur. Kamu boleh bertanya apapun padaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic Queen
Fantasy"kamu itu milikku" ucap Narendra dengan pandangan tajam yang terpaku pada Alysia, tangannya menekan lengan alysia hingga dia sedikit meringis. Tak memperdulikan kerumunan yang memperhatikan mereka Narendra kembali menekan alysia lebih dekat lalu ber...