Roe benar-benar pintar untuk membuat emosinya naik.
Jadi tanpa pikir panjang Ocean mencari keberadaan Narendra. Tapi sial, rumah ini besar sekali.
"belok kiri" teriak Roe dari belakangnya, seolah sengaja menyemangati Ocean untuk bertengkar melawan Narendra.
Dia menyebalkan sekali.
Dan disanalah dia, didepan ruangan berpintu hitam. Ocean langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk, sementara Roe tidak ikut masuk. Dia berjaga di luar setelah menutup pintu dengan rapat.
"baru sebentar kutinggal kamu sudah merindukanku?" Narendra yang duduk meja dengan ketas ditangannya.
"kamu" Ocean memberi jeda sebelum melanjutkan "sebenarnya apa yang kamu lakukan padaku?"
Narendra terkekeh pelan lalu berjalan mendekati Ocean "Roe anak itu pasti bicara macam-macam"
Mengikuti insting Ocean mundur ketika Narenda mulai mendekatinya.
"padahal aku ingin menceritakannya nanti ketika semua selesai. Roe sangat tidak pengertian"
"apa kamu yang membawaku kesini?" Ocean masih sulit mempercayainya. Dia telah mencari tau tentang ini berbulan-bulan, namun ketika penyebabnya didepan mata Ocean tidak bisa langsung menerimanya. "bukan di rumah ini, tapi di dunia ini?"
"ini mungkin agak terlambat, selamat datang di Asylium Thalia"
Ocean mendorong tubuh Narendra yang terus mendekatinya "sinting!"
Otaknya lelah memproses semua ini, yang bisa dia lakukan hanya marah "lo gak bisa se enaknya sendiri nuker jiwa orang lain. Lo gak bisa seenaknya sendiri bawa gue kedunia asing ini!"
"gue punya kehidupan disana dan Thalia punya kehidupan disini. Gue punya rencana, mimpi juga teman. Lo gak bisa ambil dunia gue, rumah gue, terus bawa gue ke tempat asing begini" nafas Ocean semakin pendek, matanya mulai berkabut. Dia benci harus menangis di depan seseorang yang mempermainkan hidupnya.
Bahkan setelah melihat Ocean yang mengamuk Narendra tidak kehilangan ketenanganya "kehidupan apa Thalia? Rumah apa? Perlu ku ingatkan kalau kamu anak tanpa orang tua yang tinggal di kamar sempit? Aku memberimu kehidupan ini, Keluarga, teman semua yang kamu inginkan"
Ocean merinding sejadi-jadinya. Pria ini tau segalanya tentang kehidupannya di dunianya, Ocean bahkan tidak mampu untuk membantah. Karena memang benar kehidupan inilah yang dia inginkan. Ocean tak bisa menahannya lagi, air matanya telah jatuh dan sekarang tidak mau berenti.
"jangan menangis sayang. Yang penting kamu sudah disini" Narendra menangkup wajahnya, melarikan jari-jari panjangnya untuk menghapus air mata Ocean. "dan kita akan bahagia bersama"
"kembalikan aku" ucap Ocean pada akhirnya.
"apa?"
"kembalikan! Gue gak mau disini! Tempat ini aneh, gue gak kenal siapa-siapa. Gue harus sekolah lagi! Harusnya gue di kos, main ke dojang, mulai cari kerja"
Mendengar itu Narendra hanya tertawa sinis "kamu tidak bisa membohongiku Thalia"
Ya pria itu tau isi hati Ocean. Ocean juga sangat tau kalau semua perkataannya bohong, dia tidak ingin kembali. Di dunia ini Ocean mempunyai semua yang hanya bisa diimpikan anak panti asuhan, ini adalah dunia dongeng tempatnya berlari dari kerasnya kenyataan.
Tapi dongeng ini harus berakhir. Ini bukan miliknya, mereka memanggilnya Thalia tapi Ocean tau yang mereka panggil sebenarnya bukan dirinya.
Bukan Thalia si anak panti asuhan yang tinggal di kamar kos sempit dekar kampus, tapi Thalia si penyihir es yang punya segalanya. Ocean tidak bisa hidup bahagia disini setelah mengambil kehidupan orang lain. Bahkan kalau itu artinya dia harus berpisah dengan semua yang berharga disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic Queen
Fantasy"kamu itu milikku" ucap Narendra dengan pandangan tajam yang terpaku pada Alysia, tangannya menekan lengan alysia hingga dia sedikit meringis. Tak memperdulikan kerumunan yang memperhatikan mereka Narendra kembali menekan alysia lebih dekat lalu ber...