"bukan kita yang membunuhnya, kenapa kita yang repot" anak itu yang mengerutu dibelakangnya.
Aku mengabaikannya, terus berjalan melewati hutan salju."ayo pulang, cuacanya buruk, sebentar lagi ada badai salju" anak dibelakangnya masih tidak menyerah.
Aku merapatkan mantel bulu putih yang membungkus badanku "kamu penyihir es tapi takut badai? Itu menyedihkan""aku masih 9 tahun!" teriak anak itu padaku, aku berbalik dan mendongkak untuk bisa melihat matanya.
"kan aku sudah bilang aku bisa pergi sendiri"
"kamu masih 6 tahun, aku sudah dewasa dibanding kamu. Orang dewasa gak seharusnya meninggalkan anak-anak sendirian" anak itu menoyor kepalaku beberapa kali "pendek"
Dasar sialan, kalau ini bukan hutan utara yang dipenuhi satwa magis, kupastikan aku akan membekukan bokongnya. Tapi sayangnya kali ini mereka berada cukup jauh dari rumah, walaupun sudah biasa berada disini, itu tidak menghapus fakta kalau ini daerah berbahaya.
Saat itulah aku mendengar suara gemrisik, anak disampingku juga mendengarnya. Tanpa aba-aba kami mengambil posisi saling membelakangi, melindungi punggung satu sama lain dan mencari sumber suara.
Terbiasa hidup berdua di hutan paling berbahaya di wilayah kerajaan, kami tau apa yang harus dilakukan untuk bertahan hidup.
"suaranya dari arah selatan " ucap anak itu masih dalam posisinya.
Aku mengangguk "bau nya juga. Kita sudah dekat, ayo"
Aku berjalan melewati tanah salju yang tinggi, membuat sepatu putihnya yang terbenam di antara salju membentuk jejak kaki dalam.
Sepertinya anak itu benar soal badai, karena sekarang hujan salju mulai muncul menghiasi bahu dan rambut ungu milikku.Tak lama sampailah pada tujuan kami. Sebuah tubuh anak laki-laki yang tidak sadarkan diri di tengah salju. Tubuhnya ditutupi salju, membuatku bisa memperkirakan dia cukup lama berada disini tanpa bergerak.
Badannya semakin kaku dan rambut birunya tampak memudar. Aku mendekatinya, tampaknya anak itu masih sadar. Tubuhnya tak bergerak namun matanya yang cantik terus menatapku dengan marah.
Wajahnya cantik tidak sesuai dengan tubuh dan sikapnya.
Tunggu sepertinya aku mengenalnya, siapa dia. Kenapa aku berada disini?
"kita bawa dia keperbatasan lalu pulang" ucap anak yang tadi bersamanya.Dia siapa? Aku tak mengenalnya tapi tadi aku mengenalnya. Apa yang terjadi, apa aku bermimpi.
Aku siapa? Thalia atau Ocean. kenapa tubuhku kecil sekali.
"thalia"
Aku Thalia?
Kenapa aku ditubuh Thalia kecil.
Bangun
"Thalia!"
BANGUN
...
Ocean terbangun dari tidurnya dengan tubuh penuh keringat. Apa yang terjadi?
Kenapa Ocean memimpikan Thalia, anak yang bersamanya tadi, yang hampir tidak sadarkan diri di hutan salju. Ocean mengingatnya.
Ya. Wajahnya tidak berubah banyak dari yang sekarang. Selain rambut biru yang memudar dan tubuhnya yang lebih kecil. Dia Isaac, ditambah kemarin Isaac bilang mereka bertemu di hutan utara.
Sementara anak lainnya yang berjalan bersamanya mencari Isaac. Ocean tidak bisa mengingatnya lagi, bahkan bagaimana wajah dan warna rambutnya.
Kita semua pernah merasakannya, saat bertemu seseorang dalam mimpi tapi tidak bisa mengingat siapa itu. Itulah yang Ocean rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantic Queen
Fantasy"kamu itu milikku" ucap Narendra dengan pandangan tajam yang terpaku pada Alysia, tangannya menekan lengan alysia hingga dia sedikit meringis. Tak memperdulikan kerumunan yang memperhatikan mereka Narendra kembali menekan alysia lebih dekat lalu ber...