43.

2.6K 418 15
                                    

Ocean membaca surat Diane Leviathan pada Thalia yang ditulis sebelum kematiannya.

Saya meminta maaf.

Setelah kejadian itu saya tidak bisa menghilangkan perasaan hina dan rasa bersalah, namun saya akan tetap melakukan hal sama jika hal seperti itu terulang lagi. Seorang ibu adalah orang yang mengerikan Thalia. Ketika melihat Alysia duduk dan menangis disampingmu yang tertusuk pedang, yang saya pikirkan adalah Alysia tidak boleh menjadi pembunuh, karena itu saya yang akan mengambil alih dosanya.

Saya yang akan membayar semuanya. Saat pertama kali saya menyentuh jantung sihirmu, saya bersumpah akan segera menyusul kamu sesaat setelah saya memastikan Alysia bahagia. Lalu saya akan mendapatkan hukuman yang sudah saya tunggu baik itu darimu atau ibumu, apapun itu saya akan menerimanya.

Kamu begitu kecil dan begitu banyak yang belum kamu lakukan, namun saya begitu egois untuk anak saya. Mengantikan mu dengan penyihir air agar Alysia tidak disalahkan oleh hilangnya kamu dan agar saya bisa menunda hukuman untuk bisa melindungi Alysia.

Pertama melihatmu di rumah ini setelah kamu kembali mempunyai sihir, saya terus bertanya apa itu memang kamu. Melawan semua yang tidak mungkin dan kembali ke hidup yang saya rampas dengan paksa. Dan saat saya telah memastikan kalau ini memang kamu, kamu tidak tau bagaimana saya begitu lega.

Hidupmu telah saya ambil dengan tidak adil dan kembalinya kamu pada kehidupanmu adalah satu hal yang paling saya syukuri.

Akhirnya saya bisa mengatakannya pada mu.

Permintaan maaf yang telah lama saya simpan.

Namun saya ingin kamu tau kalau permintaan maaf ini bukan karena saya ingin dimaafkan dan menghapus kesalahan saya. Kesalahan saya begitu besar untuk dimaafkan dan saya tetap akan mengadapi dosa saya. Permintaan maaf ini saya sampaikan agar kamu tau kalau saya terus merasa bersalah dan akan terus membawa beban ini bahkan setelah kematian.

Kematian yang telah saya janjikan untuk menebus kesalahan saya. Kini kamu telah kembali ke kehidupan ini, saya yakin ibumu akan begitu benci melihat putrinya harus hidup dengan orang yang membunuhnya.

Jadi saya memutuskan untuk tidak menunggu kebahagiaan Alysia dan menebus kesalahannya padamu dengan hidup saya. Saya tidak berharap kamu memaafkan saya, tapi setidaknya tolong beri kesempatan pada Alysia.

Saya yang mendidiknya, saya yang bersalah atas perilakunya.

Saya tau kamu adalah penyihir jadi jiwa mu akan berkelana setelah kematian sementara saya mungkin tetap akan mati. Namun jika dikehidupan selanjutnya kita kembali bertemu, saya berharap kamu terlahir sebagai anak saya. Jadi saya bisa menebus dosa ini dengan menjadi ibu yang akan melindungimu dari apapun yang datang dan apapun kesalahanmu.

Selamat tinggal Thalia.

...

Di kamar Alysia.

Akaif kembali masuk kekamar ini setelah menampakkan wajahnya pada pelayat terakhir hari ini, dan seperti sebelumnya Alysia duduk memeluk lututnya sendiri dilantai.

Tanpa menoleh Alysia tau siapa yang masuk ke dalam kamarnya. Sejak kemarin hanya satu orang yang bisa masuk kekamarnya dan Alysia dilarang keluar dari kamar ini. Bahkan ketika dia mendapat kabar ibunya telah mati, Akaif sendiri yang masuk kekamar Alysia untuk menyampaikan kabar itu. Walaupun kemarin dia mengamuk padanya, ayahnya itu tetap mengenggam erat tangannya saat menyampaikan kabar tentang ibunya.

'Alysia, ada hal buruk terjadi pada mama. Papa takut kalau mama tidak bisa bertahan, Alysia sayangku mama sekarang sudah tidak bersama kita'

Ucapan itu terus berputar dikepalanya, seharian daripada diluar mengurus pemakaman ayahnya terus berada disampingnya. Bagaimana mungkin ibunya pergi setelah apa yang terjadi kemarin.

Seharusnya dia tetap disini untuk membelanya, lebih dari siapapun ibunya selalu membela dan mendukung semua yang dilakukan, lalu apa yang harus Alysia lakukan kalau ibunya sudah tidak ada.

Seharusnya seperti biasa dia akan melindungi Alysia, bukan malah pergi sendirian.

Seharusnya... dia mengajak Alysia pergi bersamanya.

Tidak mungkin ibunya pergi sendirian. Ini pasti adalah kesalahan, pasti seseorang membunuhnya.

Entah siapa Thyme atau Narendra atau mungkin Thalia. Semua orang itu begitu membencinya dan ibunya, mereka pasti ingin membalas apa yang telah Alysia lakukan.

Tapi memangnya apa yang telah Alysia lakukan? Ini bukan salahnya.

Thalia bahkan sudah hidup kembali dan Thyme mendapat semua dukungan kerabat untuk menjadi pewaris. Bukankah mereka telah mendapat semuanya dan Alysia sudah kehilangan semuanya.

"aku ingin keluar" ucap Alysia lirih, yang masih bisa didengar Akaif karena ruangan yang begitu sunyi.

"kamu akan tetap disini sampai ayah memutuskan hukuman yang tepat untukmu"

Air kembali membasahi mata Alysia, kenapa semua orang begitu jahat "mama baru saja meninggal, papa bahkan tidak membiarkan aku melihatnya untuk terakhir kali. AKU PUTRINYA!!"

Dalam sehari wajah lelah Akaif tambah berlipat, dia menatap Alysia dengan mata merahnya "papa pernah kehilangan satu putri dan bahkan tidak dibiarkan untuk tau atau setidaknya berduka. Bukankah hukuman ini begitu menyakitkan Alysia?"

Tidak ada suara apapun diruangan ini kecuali lolongan menyedihkan dari Alysia.

Hukuman ini sangat menyakitkan.

Tapi jika dia dihukum bukankah orang-orang itu juga harus mendapatkan hukumannya?

...

Hai. Aku tau cerita ini memusingkan.

Dan cerita ini sudah hampir mencapai akhir.

Sebelum berakhir aku ingin semua karakter menjemput karmanya. Seperti Diane, dia tau kesalahannya dan dia membayar kesalahannya dengan adil.

Dia tidak mendapat karma tapi menjemput karmanya sendiri. Dia memberikan hukuman layak untuk kesalahannya.

Selamat hari sabtu dan hujan disini. Semoga disana kalian tetap hangat

Anti Romantic QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang