Davin pov
Dengan menghembuskan nafas kasar, aku mulai membangkitkan tubuhku. Sebelum adzan shubuh tiba, sebenarnya aku ingin sekali menghabiskan waktuku walau sekedar berbincang dengannya. Namun sial! Lagi-lagi aku harus mengurungkan niatku, karena suara ketukan pintu itu.
Ceklekk
"Eh, Om Davin. Onty Kela nya ada Om?"
Sejenak dahiku dibuat berkerut. Mendapati tubuh mungilnya yang masih mengenakan piyama doraemon juga deret gigi putihnya yang menghiasi wajah chubby nya, membuatku lantas mengedarkan pandangan sekitar.
"Nala kok sendiri sayang? Abi dan Ummi dimana, hmm?"
Dengan kedua tangan yang memegang bahunya. Kini, tubuhku sudah ikut dibuat menyamai tingginya.
Bukannya bagaimana, se-ingatku hanya kamar Kayla lah yang terhubung dengan anak tangga. Dan rasanya, sangat tidak mungkin untuk Nala dapat sampai kemari. Kecuali—Nala berhasil lepas dari pengawasan keduanya.
"Sssttt jangan kelas-kelas Om Davin, nanti Abi dan Ummi dengal."
Dengan menggeleng pelan, aku berusaha menahan untuk tidak tertawa. Meski baru mengenalnya beberapa jam. Tapi, sikap gadis kecil ini—mengapa begitu menggemaskan sekali?
Hey, lihat saja! Dengan bibir mungil yang dimajukan juga jari telunjuk yang ikut ditempelkannya, membuat tanganku rasanya begitu gatal ingin menariknya.
"Begitu ya? Sekarang Om Davin paham, Nala pasti tidak izin sama Abi, Ummi yah?"
"Plisss Om Davin jangan bilang ke siapa-siapa yah Nala ada disini. Nala ada banyak cokelat, nanti Nala kasih Om Davin.... mmm belapa yah..."
"Semua deh, kalena kata Ummi Nala juga halus belenti makan cokelat."
"Hahaha."
Tak bisa untuk menahannya kembali. Kini, tawaku sudah dibuat pecah. Bahkan, rasa kesalku yang semula seperti sirna begitu saja, karena perilakunya.
Tapi, tunggu. Siapa yang mengajari gadis kecil ini menjadi penyuap?
Menyadari mata sipitnya yang mulai berkaca-kaca, karena sikapku yang berlebihan. Membuatku lantas menghentikan tawaku. Berganti membelai halus puncak kepalanya.
"Nala mau bertemu Aunty sekarang, hmm?"
Masih dengan senyum yang tak dapat ku tahan. Nala justru membuatku semakin terkekeh geli dengan matanya yang terlihat berkedip-kedip layaknya barbie.
"Mauuu. Plisss bolehin ya Om."
"Boleh."
"Makasih, Om."
Dan untuk kesekian kali, lagi-lagi aku hanya bisa terkekeh saat tubuhnya melesat pergi begitu saja. Apa Nala juga melupakan bahwa kamar ini sudah menjadi milikku?
💔💔💔
"Ontyyy."
Dengan sedikit terperanjak, sontak aku mengangkat wajahku. Bahkan, rasa kantuk yang semula menyerangku, kini bak sirna begitu saja. Berganti dengan dahiku yang berkerut.
"Nala?"
Belum sampai aku mengajukan pertanyaan mengenai kehadirannya yang tiba-tiba. Kini, tubuh Nala sudah lebih dulu menghambur dalam pelukanku.
"Nala mau sama Onty. Nala tidak ingin ikut Abi pulang."
Lagi-lagi dahiku dibuat berkerut. Tak mengerti, dengan sikap Nala yang seperti ini. Hingga tepat saat suara daun pintu itu terdengar tertutup sempurna, karena memang Davin yang melakukannya. Membuat netra cokelatku lantas berganti menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/242731601-288-k374826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernah Patah
Ficción General•••••• Aku tak bisa membayangkan betapa hancurnya hatiku nanti saat melihatmu mengucapkan akad dihadapanku, namun bukan diperuntukkan untukku. Wanita yang "Pernah Patah" dalam mencintaimu. 16/02/2019