"Mark". Teriak Wendy saat melihat anak sulungnya yang duduk didepan pintu IDG
"Bunda". Jawabnya dan langsung saja ia berdiri dari duduknya dan berjalan kearah kedua orang tuanya.
"Gimana keadaan adekmu?". Tanya Chanyeol setelah menyusul langkah sang istri.
"Belum ada kabar Dad, dokter sedang memeriksananya". Balasnya dan memeluk sang bunda yang menangis.
"Kenapa bisa seperti ini?". Tanyanya dengan menangis dipelukan sang bunda.
"Maafkan kami bunda, harusnya kami menahan Renjun saat itu". Ucap Jaemin yang berjalan kearah Auntynya yang ia panggil bunda.
"Apa maksud Jaemin katakan yang jelas".
Karena ragu untuk mengatakannya ia melihat kearah kedua sahabatnya dan kearah Sepupunya. Setelah mendapat anggukan baru lah ia menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi.
"Ya tuhann". Bukan, bukan Wendy yang mengucapkan tetapi ialah Chanyeol.
"Segitunya menderitanya kau nak, bodoh kau Chanyeol tak mengetahui penderitaan anakmu sendiri diluaran sana". Ucap batinnya dan mengguyur rambutnya kebelakang untuk mengurangi rasa setres dikepalanya.
"Bagaimana baru kau tahu Wendy karena keegoisanmu anakmu menjadi bahan bulyan temannya". Ucap batin Wendy dan mengangis lebih kencang dipelukan anak sulungnya.
Setelah merasa lebih tenang Chanyeol bangkit dari duduk dan berjalan kearah Wendy dan meminta alih tubuh sang istri dari anaknya. Tanpa menolak Wendy menerima pelukan itu dan semakin kencang menangis dalam pelukan itu.
"Maafkan akuu". Ucapnya dan memeluk erat sang istri.
"Renjunku, Renjunku yang malang. Seharusnya aku tak melakukan itu dulu". Sesal Wendy diselah-selah tangisannya.
"Sudah kita do'akan yang terbaik saja". Ucapnya untuk menenagkan sang istri.
Suasana kembali hening kerena menunggu kabar dari dalam sana. Bahkan ketiga sahabat Renjun masih setia menunggu kabar tentang Renjun begitupun Juga dengan ketiga sahabat Mark.
"Jenoo". Teriak seorang yang berlari kearah mereka. Dan langsung saja orang yang dipanggil namanya menengok kearah belakang dimana namanya dipanggil.
"Aduhhh". Keluhnya setelah mendapat serangan yang mendadak.
"Bagus ya buat mamih khawatir ya kamu". Ucap Irene dan menjewer kuping anaknya dengan keadaan menangis karena kabar Jeno dirumah sakit.
"Mamih lepasin sakitt, Jeno gakpp ini". Teriak Jeno karena jeweran maut sang mamih.
"Kamu gak tau sekhawatir apa pas kamu bilang dirumah sakit haa". Ucapnya dan menambah frekuensi jewerannya.
"Lagian mamih orang belum selesai ngomong dah main matiin telpon aja".
"Berani jawab ya kamu".
"Aduhhh lepasin mamih. Papih bantuin". Teriak Jeno dan meminta bantuan yang ayah.
"Sebenarnya papih juga mau nambahin, kamu gak tau paniknya papih pas nyetir Jen". Ucapnya karena masih emosi dengan anaknya ini.
Setelah puas menjewer telinga sang anak Irene langsung memeluknya dan mengusap jaweran ditelinga anaknya.
"Kakak besok lagi jangan gini mamih tu khawatir". Ucapnya dan menangis didepan anaknya dan Jeno langsung saja memeluk ibunya agar tak menangis lagi.
"Mamih udah ya nangisnya, Jenjen gakpp ini". Balasnya dan memeluk ibunya.
"Haechann". Teriak seorang dengan keadaan yang tak berbeda jauh dengan Irene.
"Mamah". Ucapnya dan berlari menuju orang yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Drak (END)
Romance"Kenapa kau kembali?" "Jangan ganggu aku lagii karena kita tidak saling mengenal" "Ternyata selama ini yang aku anggap meninggal ternyata selalu disampingku" "Orang yang membuat bundaku menangis adalah musuhku" ~~~~~ "Selamat tuhan telah mengabulkan...