sebuah ikatan batin

349 32 2
                                    

Disebuah halte terdapat banyak sekali orang yang menunggu hujan reda serta menunggu bis yang datang. Bahkan hujan yang sudah turun dari satu jam yang lalu seakan membuat enggan orang-orang untuk keluar rumah walaupun untuk mencari makan saja.

Dan keadaan itu tak berbeda dari seorang yang duduk disebuah halte yang baru saja pulang untuk mencari pekerjaan sampai tertahan hujan ditempat itu.

"Sudah berkeliling aku mencari pekerjaan akan tetapi aku belum mendapatkan juga, bagaimana ini ?, tapi tidak apa-apa besok aku akan mencari lagi semoga besok adalah hari keberuntunganku"

Saat melihat jam yang melingkar ditangannya iya melihat sudah pukul 20.30. Betapa kagetnya ia karena melupakan sesuatu.

"Gawat sudah jam segini kenapa bisnya belum datang juga". Lanjut batinnya.

Bahkan hujan sudah reda tinggal menyisakan gerimis kecil-kecil saja bis yang ditunggupun belum datang juga.  Pada saat ia akan mengambil handphonya untuk menghubungi seseorang tak sengaja dari ekor matanya ia melihat seorang pemuda berjalan dengan melamun akan tetapi bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya tapi pemuda tersebut berjalan dengan gontai untuk menyebrang tanpa melihat sekitarnya. Matanya membulat saat melihat sebuah mobil melaju dengan cepat.

Tanpa memikirkan gerimis serta bis yang baru saja datang tanpa memikirkan akan tertinggal bis tersebut ia berlari menuju pemuda.

*tinnn tinnnntinnnnnnnnnn*
Terdengar bunyi lakson yang sangat nyaring ditelinga.

Entah dorongan dari mana wanita itu berlari dan menarik tangan pemuda itu agar tidak sampai menyebrang kejalan raya.

"Awasssss". Teriak wanita itu sambil berlari untuk meneriaki pemuda ia. Yang ia harapkan semoga ia tepat waktu untuk menyelamatkan pemuda itu.

*bugh*.
Akhirnya ia berhasil menyelamatkann pemuda itu dari maut yang hampir menyerangnya akan tetapi nasnya mereka terjatuh ketrotoar jalan untung saja mereka hanya terkena luka goresan saja,  dalam hati wanita itu ia bersyukur untung saja datang tepat waktu kalau tidak mungkin nyawa orang pemuda tidak tertolong.

"Au". Ucap pemuda itu saat sadar dari lamunannya.

"Kau tidak apa?. ada yang sakit beritau tante". Ucap wanita itu entah mengapa ia sangat khawatir dengan pemuda itu apakah itu jiwa keibuannya yang mungcul ataukah karena ia memiliki anak yang seumuran dengan pemuda itu?. Entahlah ia tak mau ambil pusing.

"Saya tidak apa tante. Terimakasih telah menyelamatkan saya". Ucap pemuda itu sambil berdiri dan membungkuk hormat.

"Sama-sama lain kali hati hati jangan melalun berbahaya". Ucapnya namun atensinya berubah mengamati siku pemuda itu yang mengeluarkan banyak darah.

"Ya ampun nak sikumu berdarah maafkan tante yang terlalu kasar menarikmu". Lanjutnya dengan nada cemasnya yang terlihat jelas.

*deg*
"Apakah seperti ini rasanya dikhawatirkan seorang ibu andai saja bunda masih ada pasti aku juga akan merasakan ini setiap hari". Batin pemuda itu dengan senyum tipisnya.

"Ayo kita duduk dihalte sana untuk mengobati sikumu". Ajak wanita itu kemudian mereka berjalan bersama kesana sesampainya disana wanita itu membersihkan luka pemuda itu dengan telatennya untung dia selalu membawa tiessu, air minum dan hansaplas didalam tasnya.

"Rasanya hangat, apakah sentuhan bunda juga hangat seperti ini ya?, bunda Mark rindu bunda kapan kita bisa bertemu walau hanya mimpi bunda". Ucap batinya sambil memperhatikan wanita itu membersihkan lukanya.

sambil melihat wanita itu dengan telatennya membersihkan lukanya yang baginya itu hanya luka goresan kecil saja, bahkan ini hanya luka goresan saja kenapa wanita ini sangat panik entahlah.

"Nah sudah, sekali lagi maafkan tante ya". Ucap wanita itu yang membuyarkan lamunan Mark

"Terimakasih tante".

"Sama sama. Ingin bercerita dengan tante kenapa?".

"Aku bertengkar dengan ayahku karena aku bertanya tentang ibuku yang sudah lama tiada". Ucap Mark entah mengapa ia merasa nyaman berada disamping wanita itu sehingga ia menceritakan masalahnya terhadap wanita itu mingkin yang ia butuhkan sekarang hanyalah teman curhat.

"Mungkin ayahmu masih terpukul atas kepergian ibumu sehingga dia seperti itu, dan percayalah pasti ayahmu sangat menyayangimu". Ucap wanita itu sambil memegang bahu Mark yang ditimpali senyum oleh mark

Menang benar ayahnya sangat sayang padanya walaupun ayahnya selalu sibuk dengan bisnisnya tapi dia selalu memberikan apa yang dia mau bahkan tanpa melihat harga barang itu, tapi yang ia mau hanyalah dimana bunda dimakamkan bukan barang barang mahal yang diberikannya.

"Owh iya perkenalkan namaku Mark Park tante panggil aku Mark. Nama tante siapa?". Tanya Mark setelah memperkenalkan dirinya.

"Nama tante Son Wendy. Panggil tante Wendy saja". Ucap wendy dengan memperkenalkan dirinya.

"Bila kamu merindukan bundamu boleh jika kamu tidak keberatan kamu boleh memanggil tante bunda". Ucapnya entahlah mengapa dia merasa kasiahan terhadap pemuda itu.

"Apakah boleh?. Eemm maksudku apabila aku menganggil bunda anak tante tidak marah?". Tanya Mark dengan hati-hati.

"Tidak akan anak tante itu baik hati sekali sama sepertimu". Ucap Wendy sambil mengingat senyum Renjun

"Aaaa terimakasih Bunda mulai sekarang Mark akan menganggil tante bunda". Ucap mark dengan girangnya serta memeluk Wendy dengan eratnya

"Rasanya nyaman apakah pelukan bunda juga seperti ini? Bunda jangan marah diatas sana ya kalau mark panggil orang lain bunda juga". Batin Mark dan senyum diwajahnya.

"Kenapa pelukan pemuda ini sama hangatnya saat Renjun memelukku?". Batin Wendy sambil memeluk Mark kembali.

Saat asik berpelukan satu sama lain mereka dikejutkan oleh suara

"Ya ampuuuunnnn*

----

Kembali kecerita gabut ini yang entah kemana alurnya

Hati hati banyak typo bertebaran

👋👋👋👋

28_06

The Drak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang