akhir segalanya

193 19 4
                                    

Seorang wanita sedang berdiri didepan jendela kamarnya yang membatasi kamar dan balkon.

*grep*. Tiba-tiba terdapat orang yang menaruh kepalanya dipundaknya dan sontak saja ia menengokkan kepalanya karena kaget.

"Bunda kenapa diluar angin malam tak baik bunda apa lagi untuk adik".  kecilku". Ucapnya dan menikmati hempasan angin malam yang juga menerpa wajah tampannya.

"Tidak bunda hanya rindu". Ucapnya dan mengusap rambut sang anak.

"Bunda jangan seperti itu kami ikut sedih". Ucap anaknya yang baru saja masuk.

"Sudah lama dia meninggalkan kita, apa dia tak rindu kita". Ucap sang bunda dan melihat kearah depan guna melihat indahnya langit bertabur bintang.

"Kita do'akan yang terbaik untuk kedepannya saja bunda".

"Bunda menyesal kenapa bunda tak mendengar penjelasannya dan malah memilih pergi". Ucapnya bahkan ia sudah menitihkan air matanya.

"Tak apa bunda, daddy sudah mengikhlaskan itu semua dan kita harus mendo'akannya". Ucap sisulung dan menggengam tangan bundanya.

"Injun sudah memaafkan daddy". Ucap pemuda yang baru saja masuk kedalam kamar bundanya.

"Mari kita bangkit dan hidup bahagia. Jangan terus terpuruk bunda kami memperlukan kasih sayang bunda cukup 6 bulan ini bunda bersembunyi dan mengacuhkan kita". Ucap sang sulung untuk menyemangati bundanya.

"Bahkan bunda mengabaikan kandungan bunda serta Injun dan abang".

"Ya tuhan apakah itu kata hati kedua putraku dan maafkan bunda ya dek". Batinnya kemudian ia menghadap kearah kedua anaknya serta mengelus perutnya.

"Maafkan bunda ya kak, bang yang mendiami kalian bahkan melupakan adik kalian". Ucapnya dan memeluk kedua putranya.

"Mari kita bangkit dari terpurukan ini". Ucapnya kepada kedua putranya dan diangguki keduanya.

"Akhhh". Ringis Wendy saat memeluk kedua putranya.

"Bunda kenapa?".  Tanya Mark yang pertama kali mendengar ringisan bundanya.

"Sepertinya bunda akan melahirkan".

"Apa?". Triak Renjun dengan panik.

"Jangan panik oke anak bunda, cukup bantu bunda kerumah sakit dan bantu bawa barang laiinya".

"Kakak akan panasi mobil untuk barang bisa menyusul nanti".

"Bunda Mark gendong saja agar tak menguras tenaga bunda". Ucap sisulung dan mengendong bundanya menuju mobil.

Perjalanan membutuhkan waktu 15mnt sampai rumah sakit, dengan membawa mobil mengebut dan jalanan yang longgar Mark hanya memperlukan 8mnt untuk sampai rumah sakit.

Sesampainya mereka dirumah sakit Wendy langsung dilarikan keruang bersalin sementara kedua putranya menunggu diluar sana.

Didalam ruang bersalin mati-matian ia berjuang sendirian. Harapannya hamil kali ini adalah seperti saat ia hamil Minhyungnya yang ditemani suaminya disininya, akan tetapi keadaan yang mengubah segalanya dan hanya kedua putranya serta calon bayinya yang ada untuknya sekarang dan masih memperlukan ia untuk mememani tumbuh kembangnya.

"Atur nafas nyonya dan jangan kuras tenaga anda". Ucap sang dokter saat membantu persalinan.

"Akhh". Teriak Wendy, diambang kesadaran ia berjuang sendirian yang ia takutkan bagaimana ia tak selamat dan dia siapa yang akan menjaga ketiga anaknya.

Kerena tenaga yang ia miliki sudah terkuras dan  samar-samar bayangan hitam menerpanya serta teriakan seorang dokter dan perawat yang ia dengarkan.

*ceklek*. Terdengar pintu yang terbuka menandakan adanya orang yang datang.

The Drak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang