Meminta Bantuan

168 25 8
                                    

Sebuah ruangan yang gelap yang minim cahaya karena orang tersebut enggan membuka gorden rumahnya serta botol minum yang berserakan dimana-mana.

"Ah, sudah lama kalian pergi apa kalian tak mau kembali?, aku dijebak dan aku tak bersalah kenapa kalian semua tak mendengarkanku?". Ucapnya dan meneguk menimannya kembali.

Saat sedang meneguk minumnya kembali ia mendengarkan telepon yang masuk kedalam Hpnya. Karena geram ia mengangkat telepon tersebut.

"SUDAHKU KATAKAN KAU HANDLE MASALAH KANTOR AKU TAK MAU DIGANGGU". Teriaknya tanpa melihat siapa yang menelpon.

"JANGAN TERIAK PADAKU. BILA TAK SUKA AKU MENELPONMU KATAKAN SAJA". Teriak orang disebarang sana karena tak terima orang tersebut meneriakinya.

"Tunggu". Ucapnya dan melihat kontak yang menelponnya. Saat mengetahui nama siapa yang menelpon ia langsung melototkan matanya bahkan rasa pening dikepalanya serta rasa mabukpun langsung hilang seketika.

"Ya ampun Maafkan Daddy Injun daddyy..". Ucapnya terputus karena terikan orang disebrang sana.

"SIMPAN MAAFMU DAN BUKAKAN GERBANG UNTUKKU SEBELUM AKU MATI KEPANASAN".

"Baiklah Daddy akan turun kebawah". Ucapnya dan langsung saja ia berlari kebawah.

"Sial siapa yang membuat rumah sebesar ini". Ucapnya karena merasa ia berlari tak kunjung sampai gerbang depan, bodohnya ia tak menggunakan mini coper atau motor atau mobil.

Sesampainya disana ia segera membukakan gerbang untuk putranya menggunakan sandi disamping pos satpam.

"Bodoh kalian. Kalian ingin putraku kepanasan atau bagaimana?". Ucapnya memarai satpam tersebut.

"Maaf tuan kami kira dia hanya meminta sumbangan bukan tuan muda Mark".

"Dia memang bukan Mark dia Renjun". Ucapnya dengan masih memarahi anak buahnya.

"Sudah aku capek".

"Ayo nak, kita kembali. Dan kalian hafalkan muka putraku".

"Baik tuan".

Karena sudah malas berdebat Renjun melangkahkan kakiknya agar sampai didalam rumah yah walaupun ia harus berjalan kurang lebih 100 meter untuk kedalam rumahnya.

Sesampainya disana ia mengistirahatkan tubuhnya diruang keluarga lantai bawah rumah itu.

"Injun udah maafin Daddykan dan bakal tinggal disinikan?. Terus abang mana?. Bunda mana?". Tanyanya bertubi-tubi kepada putranya. Tak atau saja bapak dua anak ini kalau anaknya baru ngos-ngosan jalan kaki dijemur depan gerba pula.

"Sebentar kenapa biarin Injun nafas dulu". Ucapnya dan menyandarkan badannya dengan nafas terenggal-enggal.

Langsung saja Chanyeol menyetel pendingin ruangan agar lebih dingin dan meminta maid mengambilkan minum.

"Nah gini dong dikasih minum". Ujurnya saat maid menaruh minum diatas meja dan langsung saja ia meminumnya sampai tandas.

"Udahkan?. Sekarang mana bunda dan abang?". Tanyanya lagi karena ia hanya melihat anak bungsunya disini.

"Owh abang sama bund..".

"Ya ampun Renjun lupakan tujuan kesini mau ngapain". Ucapnya dengan menepuk jidatnya sontak saja berlakukan dan kekagetan Renjun jadi tanda tanya Chanyeol.

"Ada Apa Injun?".

"Renjun kesini mau minta tolong karena bunda dan abang dari kemarin enggak pulang, apa mereka sengaja ninggalin Renjun ya terus mereka pergi sendiri?". Ucapnya dan memaninkan tangannya.

The Drak (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang