bab XIX

53 10 0
                                    

Tangisku semakin pecah saat Gio datang dan memeluk ku, tubuh ku di bawa menjauh saat beberapa polisi sedang menidentifikasi peristiwa kejadian, tak lama terdengar bunyi ambulan dan jenazah mereka dibawa pergi

Aku memberontak dipelukan Gio tak henti henti nya aku meraung menyrukan nenek dan kakek meski itu mustahil membawa mereka kembali namun aku tetap melakukan nya hingga suara ku serak, Gio tetap memeluk ku terdengar ia juga menangis sambil menenang kan ku

Gio membawa ku pulang kerumah malam ini juga tak ingin mengambil resiko berlalu lama di rumah nenek, bukan takut karna hal mistis namun polisi juga menyarankan supaya pulang lebih cepat agar mereka tidak datang kemari dan melakukan hal yang sama, diperjalanan aku masih sesekali menangis membuat Gio terus melirik ke arahku

"udah Ta, cape nangis terus mending lo istirahat aja deh perjalanan masih panjang"

Aku menganguk kan kepala karna memang terasa lelah juga, luka ku juga terasa perih mungkin karna tadi banyak bergerak dan memberontak dipelukan Gio, mungkin besok papa dan yang lain nya sampai di rumah sedikit pusing kepala ku saking lelahnya aku terlelap dan tidak menyadari jika kami sudah tiba

Ketika pagi menyapa aku terbangun dan sudah berada di dalam kamar mungkin Gio memindahkan ku ketika sampai tadi malam, terdengar lebih berisik pagi ini apa mereka udah sampai ya, pikir ku saat bangun tadi aku memilih membersihkan diri lebih dulu agar lebih fres meski terlihat bengkak sehabis menangis semalaman

"pagi semua" ceria ku saat menyapa mereka di meja makan

Terlihat sudah berkumpul bersama disana dan ada satu orang yang aku tidak kenali, seorang pria bertubuh tinggi duduk di samping ka Ayesa, tak lama datang kak Elora bersama kak Bisma suami nya

"pagi juga Alleta" jawab mereka

Aku berhambur memeluk seorang wanita yang menjadi panutanku yang kini sedang memasak, aku juga memeluk ayah yang tengah duduk menanti masakan dihidangkan dan kedua kakak ku begitu pula dengan keponakan ku yang begitu menggemaskan, aku terkaget saat ka Bisma mengendong bayi yang perkiraan nya baru berusia 1 bulanan

"ahh bayi siapa ini gemoy banget" ucap ku sambil mengunyil pipinya yang masih terlihat merah

"bayi gue lah, bayi siapa lagi" jawab ka Elora dengan tersenyum

"udah udah sini makan dulu" ibu meneriaki kami dari dapur dan aku pun langsung berlari kearah nya

Kami makan dengan khidmat dan hanya terdengar bunyi sendok yang beradu dengan piring, hari libur ku tinggal 2 hari lagi namun rasa malas tetap hinggap dibenak aku apalagi baru kemarin aku kehilangan nenek

"jangan ngelamu sayang makan yang banyak ya, nanti papa mau bicara sama kamu" ucap papa mengintupsiku

"iya pah, Alleta gak ngelamun ko cuman kepikiran hal kemarin aja segitu cepet nya mereka ninggalin"

"udah jangan nangis ya sayang"

"iya ma" jawab ku menganguk

Setelah makan kami pun duduk diruang tamu bersama anggota yang lain nya, aku memangku bayi mungil yang tengah tertidur pulas aku tersenyum saat ia juga tersenyum kearah ku menggemaskan sekali rasanya

"ehem" deheman ayah mengalihakan perhatian ku

"sebelum nya papa mau minta maaf sama kamu Alleta tapi papa gak punya pilihan lain lagi" terdengar nada menyesal dari hembusan napas nya

"papa mau ngejodohin kamu sama temen anak papa" nada nya gusar terlihat dari wajahnya terlihat bersalah

"tapi pa, Alleta masih sekolah"

"kak Ayesha juga belum nikah, Alleta gak mau ngelangkahin kak Ayesha" aku berusaha mencari celah agar hal itu tidak terjadi

"kamu gak bakal ngelangkahin kakak kamu, bulan depan kak Ayesha udah nikah ko" jawab papa membuat ku tidak bisa berkutik lagi

"maafin papa ya, tapi papa gak punya pilihan lain selain secepatnya menikahkan kamu"

"tapi kenapa harus Alleta pah, kenapa" tanya ku kesal bagaimana mungkin mereka menikahkan ku saat aku saja belum lulus sekolah

"besok mereka akan datang kesini, papa mohon kali ini aja ya" nadanya mulai parau terlihat matanya sudah memerah

Aku tidak peduli dengan ucapan papa selanjutnya, aku berlari memasuki kamar dan menangis dikasurku sungguh sakit saat baru kehilangan nenek dan sekarang mendapat kabar tentang hal tersebut, tak lama terdengar pintuku dibuka oleh seseorang dari luar aku yang sedang duduk pun mendongkak melihat papa memasuki kamar dan duduk di kasurku

"maafin papa ya, papa tau mungkin ini terlalu cepat bagi kamu" papa menghembuskan napas sambil mengelus rambut ku

"papa gak bisa jagain kamu dari deket kadang pula papa lalai hingga membuat mu berada dalam bahaya seperti kemarin"

"papa tau seharusnya papa gak ngelakuin ini, tapi bagaimana lagi saat papa tau kamu dan Arshaka sudah tidak bersama tak ada lagi harapan papa buat nitipin kamu"

"tapi masih ada Gio pa, Alleta gak mau menikah secepat itu apalagi Alleta tidak mengenal nya pa"

"Alleta gak mau pa" aku menangis semakin kencang dihadapan papa

Terlihat Wisnu juga sudah berusaha keras membendung air matanya apalagi ia baru saja kehilangan sang ibu dan ayah tapi ia harus berusaha menyelamatkan anak bungsunya dari mereka yang terus meneror keluarganya

Wisnu memeluk tubuh sang putri yang kini tengah bergetar hebat karna menangis, ia mengusap sudut matanya yang berair tak kuasa melihat sang putri bungsu menangis dihadapan nya sambil memohon seperti ini, tak pernah mengira ia akan mengambil jalan ini sebelumnya, hati nya remuk melihat sang putri begitu menderita setelah melihat kejadian kemarin dan sekarang di beri kabar akan hal ini

Kata maaf terus ia ucapkan dalam hatinya sesak hati nya melihat sang putri yang begitu tersiksa, ia memeluk dengan erat seolah tidak ada hari esok

Ke esokan paginya, aku bangun lebih pagi dari biasanya karna ibu menyuruhku bangun pagi untuk bersiap, aku menghela napas saat kedua kakak sibuk mendandaiku sejak tadi, tak lama ibu menyuruh kami turun karna tamu sudah di datang, saat kami tiba dilantai bawah aku terkejut saat melihat orang yang akan dijodohkan bersama ku

"bapak" ucap ku tepat pada saat itu ayah keluar dari kamar nya

"iya ini saya"

Mengapa dari banyak nya pria didunia ini mengapa harus dia, dunia terlalu sempit rasanya, tubuh ku terasa kaku saat ia menoleh dan berdiri saat ia akan berjalan kearahku papa berjalan lebih dulu menghampiri mereka dari raut wajah papa terlihat jika ia sedang marah, kenapa papa marah bukan kah ia adalah pilihan nya mengapa ayah terlihat marah dihadapan mereka

"apa kalian ingin bercanda dengan saya, apa maksud kalian dengan ini"

"Alleta pergilah ke kamar, papa akan membahas ini terlebih dahulu dengan mereka" aku pergi sesuai dengan perintah papa

"apa kalian ingin saya membatalkan semua ini, bukan ia yang kemarin saya lihat" papa terlihat murka dengan semua nya

"pak bisa bicarakan ini terlebih dahulu, ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan" jawab pria paruh baya seusia papa

Aku kembali ke kamar dan menghela napas, kenapa harus dia aku tidak berpikir akan pria itu yang akan di jodohkan dengan ku saat ini, aku duduk menghadap ke arah jendela dan merenung memikirkan semua yang terjadi begitu cepat

ALLETA ALVENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang