Dengan wajah lesu pak Arka berjalan kearah ku yang masih duduk dengan tenang di sofa ruangan nya sambil memainkan ponsel milik ku, terdengar helaan napas berat yang membuat ku meneh kearah nya.
"apa benar jika tadi siang kamu bertengkar dengan Nadira?" tanya nya membuat ku jengah
"iya memang nya kenapa? Kamu mau belain dia?" kini aku yang bertanya kepadanya
"kenapa harus sampe membuat nya masuk kerumah sakit Alleta" ucap nya tanpa sadar menyebut nama ku secara langsung
Perasaan ku mulai tidak nyaman sekarang dan apa ia tau apa yang menjadi masalah nya tadi, bahkan wanita itu tidak terluka parah namun pak Arka malah membelanya di depan ku secara langsung
"kenapa kamu diam? Belum puas melihat perusahaan saya di ambang kehancuran?"
Entah dengan sadar atau tidak menaikan nada bicaranya yang berhasil membuat jantung ku berhenti sejenak hingga mata ku terasa memanas,
"apa kamu masih ingin membela nya?" tanya ku lagi
"memang nya dia salah apa hingga kamu melukai nya Alleta, saya tau kamu tidak menyukai nya tapi tidak dengan cara membuat nya masuk kerumah sakit seperti ini juga" ia kembali berucap yang membuat ku semakin merasakan sesak
"baiklah urus saja dia hingga sembuh, dan jangan datang kerumah saya sebelum semua masalah anda dengan nya selesai" aku beranjak meninggalkan pak Arka yang masih terdiam di tempat nya
Tak terasa air mata ku turun dengan deras, hingga di depan loby aku melihat Brian berjalan mendekat kearah ku dengan membawa sebuah kotak makan siang.
"sudah mau pulang nona?" aku hanya menganggukan kepala
Setelah nya aku masuk kedalam mobil dan bergegas pergi menjauh dari kantor milik pak Arka, sungguh menyesakan saat melihat jika ia lebih memilih wanita itu di banding aku.
"harus nya emang dari dulu aku gak boleh suka sama dia" ucap ku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah Maudy
Namun saat memasuki jalanan yang sepi aku merasakan sesuatu yang tidak beres dengan mobil ini membuat ku mencoba menepi dan mencari bantuan, tapi sayang nya pandangan ku mulai memburam membuat ku menabrak sebuah pembatas jalan, aku merasakan darah mengalir dari kening dan hidung membuat ku panik dan berusaha keluar dari dalam mobil.
Saat tengah sibuk mencoba keluar, sebuah mobil besar melajut dengan kecetapan tinggi dan menabrak mobil ku membuat ku yang masih berada di dalam pun ikut berguling beberapa kali hingga pandangan ku semakin memberat dan merasakan sakit di sekujur tubuh ku, saat detik terakhir sebelum menutup mata terlihat jika ada seorang laki-laki berlari kearah ku dengan wajah khawatir nya.
"Jovanka" ucap ku lemah dan akhirnya hanya gelap yang aku rasakan
Arka yang masih diam diruangan pun melirik kearah meja di depan nya dua buah kotak hadiah yang tadi ia siapkan untuk Alleta kini masih berdiam di tempat nya, ada perasaan bersalah karna langsung memarahinya tanpa bertanya lebih dahulu, tak lama masuk lah Brian membawa pesanan nya tadi
"kamu makan saja, Alleta sudah pergi sekarang" ucap Arka sambil berjalan keluar membawa jas nya
Arka pergi kerumah sakit dengan membawa beberapa buah tangan untuk menjenguk Nadira yang kata nya sedang berada disana, namun saat ia hendak menuju ruangan tujuan ia melihat beberapa perawat membawa pasien yang sudah ditutupi kain putih serta di ikuti beberapa orang di belakang nya yang mengenakan seragam sekolah.
"Sma Mega Bumantara" ucap Arka membaca logo itu
Hendak berbalik melanjutkan tujuan langkah nya terhenti saat melihat Gio dan Jovanka memasuki dengan raut wajah panik milik nya, yang semakin membuat nya penasaran adalah siapa yang menjadi korban kecelakaan itu hingga mereka harus menatap Arka dengan tajam.
"Gio, Jovanka siapa yang sakit?" tanya Arka menghentikan mereka berdua
"bukan urusan mu, urus saja jalang mu hingga sembuh" jawab Jovanka sambil melirik brankar yang di bawa mendekat kearah mereka.
Tanpa berucap Gio langsung melayangkan pukulan kearah nya membuat beberapa beberapa makanan yang ia bawa terjatuh, namun saat ia tertunduk brankar itu melewati nya membuat nya merasakan sesak sekaligus nyeri di dada nya, ia tidak tahu apa yang terjadi namun saat melihat tangan nya yang tak tertutup kain membuat nya syok.
'bekas luka itu' batin nya berucap
'tidak mana mungkin Alleta terluka, itu hanya luka yang sama saja' ua berusaha berpikir jernih
Dengan perasaan gelisah ia memasuki ruangan milik Nadira, saat ia membuka pintu terlihat jika wanita itu sedang asik memainkan ponsel nya dengan kening yang di tutupi plester, apa sekarang ia sedang di permainkan oleh nya? Ia bahkan tidak terluka parah namun mengapa harus memberi kabar jika ia mengalami pendarahan yang banyak.
Setelah pulang dari rumah sakit, Arka langsung pergi kerumah Alleta dan berharap ia akan memaafkan nya meski ia tau jika tidak mungkin akan di maafkan secara mudah oleh nya nanti, namun jantung nya bergemuruh dan berpacu dengan cepat saat melihat beberapa polisi sedang berdiri disana menunggu kedatang nya tapi yang membuat nya syok bukan lah hal tersebut melainkan karangan bunga yang terpajang dengan nama sang istri.
"turut berduka cita untuk nyonya muda Alleta Alvena ya pak" ucap seorang pembantu menghampiri nya
Tubuh nya melemas dan mata nya kini mulai memanas, saat Arka berjalan kearah mereka terlihat jelas jika pandangan beberapa pembantu sudah menangis dan kosong, apa yang terjadi hingga selama ia di kantor dan di rumah sakit.
"apa benar anda suami dari korban kecelakaan tunggal yang menyebab kan korban meninggal di tempat?" tanya seorang polisi mudah menghapiri nya
"istri saya tidak terluka mungkin kalian salah orang" jawab Arka mencoba meyakinkan diri nya sendiri jika Alleta baik-baik saja
"kami menemukan beberapa barang yang mungkin milik korban yang tertinggal di dalam kendaraan nya" polisi tersebut memberikan sebuah ponsel dan cincin pernikahan
Arka yang sudah lemas pun terjatuh sembari memegangi kedua nya, saat menyalakan ponsel terlihat walpaper tersebut adalah poto Alleta dengan jaket kesayangan nya yang tengah tersenyum lepas dengan memegang sebuah syal berwarna maroon.
Setelah nya, ia berjalan kedalam rumah di ruang tamu terlihat jika televisi menyala menampilkan kejadian kecelakaan tunggal dimana kendaran berwarna putih dengan plar nomor yang sangat ia hapal, terlihat syok saat mengetahui jika Alleta membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi namun mobil nya sedang memiliki masalah pada ac dan rem yang membuat nya merasa kantuk hingga berakhir kecelakaan mengenaskan itu.
Sungguh rasanya Arka ingin menangis dan menggantikan posisi Alleta sekarang, ia menyesal tidak mencegah nya pergi tadi dan malah memarahi nya karna membela wanita yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan nya, lantas apa sekarang ia sudah mendapat hukuman yang begitu berat dan menanggunya sendiran, ia bahkan tidak tau harus menjawab apa jika Wisnu bertanya tentang putri nya nanti yang kini sudah berakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETA ALVENA
Teen FictionKegabutan diwaktu libur semester "she is mine and she is my little wife" "gak masalah kamu gak mau balikan sama aku, tapi biarin aku jadi singa buat lindungin kamu" "gue gak butuh singa,karna gue bisa jadi landak tanpa bantuan lo" "he's mine bitch"