Arka duduk melihat Alleta yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, sesekali Arka menggeleng kan kepala saat teringat mimpi yang sangat menyeramkan itu bagi nya.
"kamu kenapa sih dari tadi geleng-geleng mulu? Kepala nya lagi disco?" tanya ku bingung sendiri melihat pak Arka yang terus melamun
"ehh enggak ko sayang, cuma gabut aja jadi geleng-geleng kepala" jawab nya yang pasti ngasal
"yaudah buruan sarapan, nanti keburu dingin lagi makanan nya" aku memerintah nya karna sedaritadi hanya diam
Kami melanjutkan acara makan yang sempat tertunda hingga beberapa menit, setelah selesai aku berpamitan pergi terlebih dahulu pergi ke sekolah. Kini hanya tinggal pak Arka sendirian di Apartemen milik nya, dengan segera ia ikut pergi menuju kantor perusahaan yang sedang ia bangun kali ini.
"jangan sampe mimpi itu terjadi, demi apa pun gue gak bakal sanggup" ucap Arka sembari mengendarai mobil milik nya
Saat tiba di loby Arka melihat siluet Nadira yang masuk kedalam kantor nya mengenakan pakaian yang selalu saja kekurangan bahan seperti yang Alleta katakan. Dengan cepat ia menelpon Brian agar mengusir wanita itu dari lingkungan kantor nya, ia tidak akan berdekatan dengan wanita mana pun selain Alleta dan ibu nya saja setelah ini.
"Brian jangan biarkan Nadira memasuki kantor terutama ruangan saya, atau gaji kamu saya potong" ucap Arka sembari menuju lift khusus menuju ruangan nya
"awas aja kalo berani-berani deketin saya lagi"
Setelah tiba di ruangan nya Arka memilih membaringkan tubuh nya di sofa dari pada memilih mengerjakan tugas yang harus segera ia kerjakan untuk mempersiapkan acara yang ingin ia adakan untuk merayakan keberhasilan perusahaan nya dengan orang sekitar.
"pak semua sudah siap sekarang hanya menunggu persetujuan dari bapak tentang semua rancangan acara minggu depan"
"hmm"
"bukan hmm hmm doang Arka, tanda tangan buruan elah" Brian semakin kesal dengan tingkah sang atasan yang semakin seenak nya
Sedangkan di lain tempat Alleta kini tengah berbincang dengan beberapa orang yang ia kenali dengan membahas acara kelulusan nanti nya, salah satunya adalah Jovanka selaku ketua Mpk di sekolah Mega Bumantara yang sering di jodoh-jodohkan dengan Alleta ya bagaimana pun mereka adalah Casanova di sekolah ini.
"jadi usulan dari lo gimana nih Ta?" tanya nya dengan nada lembut
Aku terkekeh dibuat nya, ini bukan pertama kali nya kami bertemu namun ia masih saja terlihat canggung di hadapan ku seperti sekarang ini, seorang Casanova kini berbicara lembut dan menjaga pandangan nya dari ku
"menurut gue sih ya anak-anak lebih suka-"
"jaelah anak-anak gak tuh" Gevan memotong ucapan yang belum aku selesai kan
"diem dulu Gev, Alleta belum selesai ngomong gak baik main potong gitu aja" jawab Jovanka melirik kearah Gevan yang tengah tersenyum jahil
"lanjutin lagi Elena Calista" ucap Jovanka membuat ku membeku
'nama itu' batin ku berucap dengan lirih
"ehh maksud aku Alleta" ia langsung membenarkan kalimat nya
"jadi saran aku lebih ke tema bebas aja sih, soal nya bagaimana pun mereka semua gak bakal satu pendapat sama aku" jawab ku mencoba menghilangkan rasa gugup
"makasih ya saran nya, nanti kita bahas yang lain nya pas ada acara rapat osis"
"tapi aku bukan anggota osis lo Van" jawab ku
"gak papa ko, kita juga butuh saran dari lo"
Gevan pergi terlebih dahulu bersama beberapa teman nya yang lain berbeda dengan Jovanka yang masih berdiri di hadapan ku, ia berusaha menatap ku namun selalu ia urung kan entah mengapa seolah memghindari sesuatu dari ku
"Elena Calista yang berubah menjadi-"
"Alleta Alvena"
"benar bukan?"
Mendengar nama masa kecil ku di sebut membuat mata ku memanas, bagaimana bisa ada orang lain yang memgetahui nama iti selain Gio.
"cantik dan akan selalu cantik"
"usia mu semakin bertambah tapi ingatan mu semakin memudar" ucap nya lagi di hadapan ku
"memang benar jika usia tidak bisa di jadikan patokan ingatan seseorang, bukti nya kamu melupakan ku bukan Ele" aku semakin tertegun dengan semua nya
"Jovanka Hafiz Aska Abasya" ucap ku di angguki oleh nya
Tanpa sadar aku memeluk tubuh itu dengan erat, entah lah rasanya rindu terhadap orang yang selalu menemani segala hal dan mengetahui tentang ku saat itu.
"kau mengenal ku?" tanya nya di depan ku
Aku menganggukan kepala setelah melepas pelukan dari nya, ia seseorang yang aku cintai di masa Smp dulu kini berdiri di hadapan ku.
"kau masih sama seperti dulu tidak ada yang berubah sedikit pun dari mu"
"dan kau masih sama tidak pernah membalas cinta ku" jawab ku jujur
"hahaha, ku dengar kamu sudah memiliki seorang kekasih bukan, lantas apa kau masih mengharap kan ku?"
"ya ya ya terserah kau saja mau berpikir dia kekasih ku atau suami ku juga tak apalah"
"senang bisa bicara langsung dengan mu Ele, aku harap setelah ini hanya bahagia yang kamu dapatkan"
Setelah nya Jovanka pergi meninggalkan ku sendirian di depan kelas yang kini telah kosong karna yang lain nya sedang beristirahat. Aku menghembuskan napas kasar, mengapa aku lebih sering bertemu orang baru yang berasal dari masa lalu ku dulu membuat suasana semakin canggung dengan semua nya.
"mending ke kantin dulu deh, udah laper juga nih perut" aku berucap pada diri sendiri sembari berjalan menuju kantin
Saat tiba di kantin aku melihat seorang wanita yang tak begitu asing di pandangan ku, Maudy yang menyadari kedatangan ku langsung menyuruh duduk dan bersembunyi di dekat mereka semua seolah dia adalah monster paling kejam di dunia
"lo diem disini sebentar sampe mak lampir itu pergi dari sini" bisik Nara di samping ku
"ini kenapa sih ko gue di suruh sembunyi gini" ucap ku tak mengerti situasi yang terjadi
"udah lo diem aja" Maudy ikut bicara membuat ku pasrah saja
Dengan kesal aku pun diam dekat kaki mereka sambil memakan bakso pesanan Gio sebelum aku datang tadi yang berakhir bersembunyi di kolong meja seperti sekarang ini. Disaat tengah asik menikmati bakso tersebut ucapan nya membuat ku geram dan keluar dari bawah meja membuat makanan yang lain tumpah di barengi loncatan membuat kursi juga ikut berbalik.
"dengerin gue semua ya bocah, jangan ada yang berani deketin Arka, karna gue itu calon istri nya" teriak wanita berwajah siluman babi itu
'ohh damn' batin ku sambil melompat
"he's mine bitch" jawab ku lantang sambil berjalan kearah nya
"ohh jadi lo cewek resek yang suka ganggu pacar gue" ucap nya sambil menunjuk wajah ku
Kesal di katakan cewek resek oleh wanita tersebut, dengan wajah tanpa ekspresi aku memegang telunjuk itu dan mulai memutarkan berlawanan arah membuat nya meringis dan mulai berkata kasar
"lepasin tangan gue sialan" wanita itu menarik paksa telunjuk nya
"jangan sampe gue aduin lo sama Arka, cihh paling abis ini lo udahan sama dia hahahha" ia tertawa lepas di depan ku
Sungguh muak mendengar tawa khas mahluk gentayangan setiap malam membuat ku menjambak rambut nya kuat dan menarik nya ke tepian, aku tersenyum puas melihat nya yang meronta meminta bantuan, dengan senang hati aku membenturkan kepala wanita itu cukup kuat hingga mengeluarkan darah segar dari kening nya, saat akan melakukan hal yang sama seseorang menghentikan aksi ku dengan kesal aku melepaskan nya meski tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETA ALVENA
Roman pour AdolescentsKegabutan diwaktu libur semester "she is mine and she is my little wife" "gak masalah kamu gak mau balikan sama aku, tapi biarin aku jadi singa buat lindungin kamu" "gue gak butuh singa,karna gue bisa jadi landak tanpa bantuan lo" "he's mine bitch"