bab XX

51 10 0
                                    

Aku menghela napas saat melihat papa memasuki kamarku, wajah yang tadinya terlihat murka kin berubah menjadi teduh saat melihatku, ia menghampiri ku dan duduk disebelah ku saat ini ia memandang kosong pada bangunan yang terlihat menjulang tinggi dihadapan kami

"maafin papa ya, papa belum bisa jadi contoh yang baik buat kamu papa juga lebih sering mentingin pekerjaan papa dari pada kumpul sama kamu"

"maaf ya kamu harus tumbuh dewasa tanpa bimbingan kami"papa menunduk setelah nya ia juga mengusap air matanya yang sedari tadi sudah berlinang

"papa belum bisa jadi pemimpin yang baik buat kalian semua, bahkan papa gak bisa ngejagain kamu sampe papa hampir aja kehilangan kamu"

"maaf ya"

"sekali lagi papa minta maaf karna kamu harus menikah dengan orang yang mungkin tidak kamu sukai"

"mereka meminta kamu menikah 2 minggu setelah Ayesha menikah" papa semakin tertunduk dihadapan ku

Meski aku tidak menerima kenyataan yang begitu cepat ini namun melihat papa menangis dihadapan ku membuatku belajar mengiskhlaskan segala mimpi yang telah aku rancang sedemikian rupa dengan indah

"tapi kenapa harus dengan pak Adrian pa?" ucap ku masih tidak percaya dengan kenyataan ini

Bukan nya menjawab ia malah pergi dari kamar ku, huft sudah lah mungkin memang harus seperti ini kisah ku yang sungguh tragis, karna lelah aku memilih membaringkan tubuhku enggan untuk mandi kembali tadi saja baru selesai mandi

Aku tertidur cukup pulas hingga ada beberapa panggilan dari nomor tidak dikenal yang terus berbunyi sejak tadi, dengan malas aku mengankat panggilan tersebut masih dengan mata tertutup

"hallo" ucap ku saat berhasil ku angkat panggilan nya

"kamu kemana aja sih, saya hubungi sedari tadi kenapa tidak di angkat"

"memang nya anda siapa berani menggangu tidur nyenyak saya"

"sudah lah saya enggan bertele tele, siapkan dirimu kita akan bertemu di pelaminan 3 minggu lagi" ucap nya dari sembarng sana membuat ku kembali membuka mata, tak lama panggilan di tutup dari sana

"apa barusan pak Adrian ya, tapi dari suaranya mirip milik pak Arka" aku yang ragu pun melihat nomor tersebut namun tidak mengingatnya

Pagi ini aku kembali kesekolah bersama yang lain nya, aku tiba bersamaan dengan Maudy saat kami turun ia sudah memeluk tubuhku dengan erat, sebenarnya aku ingin mencertitakan tentang perjodohan ini namun aku belum yakin akan hal itu, ia juga mengucapkan turut berduka cita karna mendapat kabar tentang kematian nenek dan kakek ku

"gue turut berduka cita ya, gue dengernya kaget pas pertama dapet kabar itu, gue kira bercanda apalagi posisi lo juga disana"

"gue juga masih gak percaya sampe sekarang kalo nenek udah ninggalin gue sekarang"

"udah jangan terlalu larut ya sedih nya, abis ini lo pasti dapet bahagia yang lebih"

Kami berjalan kedalam kelas disana sudah ada beberapa teman sekelas kami yang sedang asik menceritakan libur panjang mereka masing masing, aku pun ikut duduk dengan Maudy tak banyak yang mengucapakan bela sungkawa kepadaku tentang kematian sang nenek

" ahh gue malah makin kangen sama nenek kalo gini"

"udah udah jangan di inget inget terus nanti yang ada malah makin sedih lagi" Maudy terus berusaha menyemangati ku

Aku hanya menganguk saja medengar ucapan Maudy yang tengah menghiburku, tak lama datang Gio menghampiri ku dengan tergesa aku tau apa yang akan dia bahas kali ini karna ia pasti diberi tahu sang ayah tentang perjodohan ku

ALLETA ALVENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang