Aku berhenti di sebuah toko membeli sesuatu untuk ku makan diperjalanan nanti, sesekali aku mengabari Maudy dan yang lain nya bahwa aku sudah berangkat ke bandung mengunjungi rumah sang nenek
Aku sudah memberi tahukan guru yang lain nya juga bahwa aku tidak akan hadir ketika pembagian rapot nantinya, mereka sempat bertanya sebelum mengijinkan ku pergi berlibur lebih dulu
"huft, masih pagi jalanan udah macet gini apalagi nanti sore" ucap ku melirik sekitaran jalan
"bisa bisa nyampe sore kerumah nenek nya kalo gini"
Aku memainkan ponsel ku saat jalanan yang begitu padat ini begitu macet, saat aku bertanya kepada pedagang yang berjalan kaki disekitaran di tepian trotoar ada sebuah kecelakaan di depan sana, aku menghela napas saat terjebak macet dijalanan seperti ini sendirian
Setelah cukup lama aku di perjalanan akhir nya aku sampai disana suasana haripun sudah mulai sore namun udara masih tetap dingin apalagi rumah nenek berada di daerah puncak, pemandangan dari balkon kamar yang kini aku tempati terlihat jelas dan menyegarkan
"nek, nenek lagi apa?" tanya ku duduk di sampingnya sambil meletakan kepala ku pada pahanya
"nenek lagi ngerajut syal buat kamu soalnya disini dingin nanti kamu bisa kedinginan kalo gak pake ini" jawab nya sambil memberikan nya kepadaku
"waah bagus banget, makasih nek" aku langsung memeluk tubuh yang ringkih ini dengan erat
"iya sama sama, di pake ya nanti kalo kamu berpergian keluar" ia mengusap punggung ku dengan penuh kasih sayang
Aku kembali berbaring di pangkuan nya sambil menceritakan segalanya tentang ku, namun tidak dengan kejadian pak Arka
"si geulis kudu sabar"ucap nya dalam bahasa sunda
"nanti juga ada balasan bagi mereka yang berbuat salah" ia mengusap rambut sambil menatap keluar jendela
Aku hanya tersenyum mendengarnya, mungkin nenek ada benar nya aku harus sabar mungkin kedepan nya aku akan mendapat bahagia setelah ini, sungguh nyaman tidur di pangkuan nya apalagi dengan suasana dingin yang menjelang malam
Aku kembali ke kamar untuk beristirahat baru akan memejamkan mata terdengar pintu kembali dibuka oleh seseorang dari luar, aku lihat kakek berjalan kearah ku tadi ketika aku datang ia belum pulang dari perkebunan teh milik keluarga kami
"kakek" aku berhambur memeluk tubuh kakek yang sudah duduk dihadapan ku
"kapan sampai kesini?"
"tadi sore kek"
"kenapa gak ngabarin kakek kalo mau kesini"
"hehe"
Ia mengusap kepalaku, ia juga menanyakan keadaan ku di sekolah dan keluarga yang sedang saling berjauhan
"gak papa mereka cuma lagi berusaha mau ngejagain kamu dari jauh"
"jika nanti kakek dan nenek kamu gak ada jangan sedih ya"
Kenapa kakek berbicara seperti itu sakit nya melebihi kemarin saat melihat Arshaka bersama yang lain bahkan hati kecil ku menjerit menolak perkataan itu
"kakek kenapa ngomong gitu, Alleta gak mau denger kakek ngomong kayak gitu lagi ya"
"jangan tinggalin Alleta ya kek, nanti Alleta pulang kemana kalo kakek sama nenek ninggalin Alleta"
"Alleta gak punya rumah selain kalian, nanti kalo Alleta sedih gak bisa peluk kalian"
"jangan nangis dong, siap gak siap nanti pasti akan terjadi sayang"
Mendengar hal itu aku menangis dalam pelukan sang kakek, karna kecapean aku pun tertidur masih dengan hati yang gelisah tentang ucapan sang kakek tadi, ketika bangun pagi posisi ku sudah berbaring diranjang mungkin kakek yang membenarkan ku semalam
"Alleta bangun sayang sudah pagi, ayo turun kita makan bersama" teriak nenek dari lantai bawah
"iya nek bentar lagi Alleta cuci muka dulu"
Aku hanya membasuh wajah engan jika harus mandi pagi begini apalagi udara disini sangat dingin, sesampainya dimeja makan aku bergabung dengan kakek yang sedang duduk memperhatikan televisi yang berada di ruang tamu, rumah nya memang tidak terlalu luas hanya memiliki 2 lantai dengan 3 kamar, di lantai atas hanya ada 1 kamar itu pun yang kini aku tempati
Bangunan nya pun terbuat dari kayu yang sangat keras sehingga tetap berdiri kokoh meski usianya lebih tua dari umur ku, model nya tidak termakan oleh jaman karna dulu kakek adalah seorang arsitektur dan ia juga yang mendesain rumah nya sesuai ke inginan nenek, sedangkan nenek seorang wanita yang suka berkebun , karna itu lah mereka masih memiliki perkebunan yang luas
"makan Alleta jangan banyak melamun gak baik loh"
Aku melirik nenek yang sudah duduk dihadapan ku saat ini, aku tersenyum kearah nya dan kembali melanjutkan sarapan yang sempat tertunda tadi
Aku duduk dibalkon menyaksikan beberapa perkebunan milik warga disekitar sini daratan luas yang berwarna hijau menjadi pemandangan utamanya, sebuah notifikasi muncul menandakan pesan masuk saat aku melihatnya ternyata dari Maudy ia terus menanyakan kapan kepulangan ku
"Alleta lo kapan pulang nya sih"
"gue disini gak punya temen anjir"
"gabut gue gak ada lo"
"si Arshaka malah makin berulah pas gak ada lo"
"buruan balik elah gue kangen gibah sama lo"
Dan masih banyak lagi tentang keluh kesah tentang dirinya yang merasa kebosanan tanpa kehadiran Alleta disamping nya, sesekali mereka melakukan video call hanya untuk menanyakan kabar ataupun berkeluh kesah
Hari ini aku berencana ikut dengan kakek ke perkebunan milik mereka, ketika di perjalanan banyak yang menyapa ku dan kakek karna kamu hanya mengendarai motor tua kesayangan kakek, kakek bilang motor ini dulu selalu ia gunakan untuk mengantar nenek keperkebunan hingga saat ini motor nya tak pernah ia jual
Sungguh berkesan kisah hidup mereka tidak seperti ku yang harus menyaksikan orang yang aku sayangi malah bercanda dengan wanita lain
Sesampainya dikebun aku turun dan berlari ke pertengahan sesekali kakek meneriaki ku agar tidak pergi terlalu jauh karna cuaca yang dingin aku mengenakan syal pemberian nenek kemarin, ahh rasanya sangat nyaman apalagi mengenakan jaket kebesaran milik kakek
Awal nya mereka menertawakan ku saat pertama kali mengenakan jaket kakek yang sungguh menenggelam kan tubuh mungil ku, kakek juga sesekali tertawa ketika aku berlarian ditengahan perkebunan
"kamu udah kayak penguin aja, udah tubuh kamu kecil pake jaket kakek malah tertelan lagi" ucap nya saat aku kembali dari pertengahan kebun
"ahh kakek Alleta gak kecil ya, Alleta itu mungil bukan kecil" jawab ku menghentakan kaki
"hahaha udah terima aja kalo kamu itu kecil"
"kakek" rengek ku saat ia terus mengataiku kecil
Ahh sungguh menyebalkan sekali kakek, kami pun terus berkeliling dipinggiran perkebunan aku juga membeli makanan yang ada di sekitaran sini, ada banyak yang berjualan dengan berjalan kaki dan ada juga yang di dorong mengenakan gerobak,aku saja hampir membeli semuanya karna mungkin rasanya akan unik berbeda dengan yang ada dikota ku
"Alleta jangan mubazir sayang, itu aja belum tentu abis kamu udah pesan lagi" kakek mengingatkan ku agar tidak terus membeli makanan
"tapi Alleta mau cobain semuanya kek" rengek ku lagi saat ia melarangku membeli yang lain nya
"besok masih membelinya, kamu disini bukan cuma hari ini saja sayang, kapan pun kalo kamu mau kamu bisa membelinya selama kamu masih disini"
'ahh benar juga kata kakek, besok masih bisa lusa juga masih bisa'
"yaudah deh kalo gitu kita pulang aja yu kek kasian nenek nungguin kita sendirian dirumah"
Aku tersenyum puas saat melihat banyak makanan yang aku bawa pulang

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETA ALVENA
Teen FictionKegabutan diwaktu libur semester "she is mine and she is my little wife" "gak masalah kamu gak mau balikan sama aku, tapi biarin aku jadi singa buat lindungin kamu" "gue gak butuh singa,karna gue bisa jadi landak tanpa bantuan lo" "he's mine bitch"