Aku duduk di kursi ruang tamu sambil menonton televisi ahh seperti nya terbalik melainkan televisi yang menonton ku karna aku sibuk membalas pesan pak Arka, ia pergi dengan supir karna aku yang menyuruh nya bagaimana pun ia tidak boleh kelelahan apalagi ia akan pergi meeting di luar kota kali ini.
Dengan perasaan yang masih bercampur aduk aku mendapatkan pesan dari nomor yang tidak di kenal, pesan nya membuat ku semakin merasakan hawa di sekitar rumah mencekam apalagi ketika ia mengirimkan sebuah poto halaman rumah ku saat ini, dengan rasa khawatir aku berlari kedalam kamar dan berusaha menghubungi pak Arka namun ia tidak bisa di hubungi.
'ahh sial kenapa harus sekarang, gue gak tau harus ngapain'
'pak Arka pasti sekarang lagi di pesawat buat penerbangan'
'terus gue nyuruh siapa sekarang buat jagain, mustahil gue nge hubungin Arshaka yang ada gue jadi janda muda'
'ahh sial kenapa gak nge hubungin Gio aja sih' aku terus bermonolog sendiri di dalam kamar yang terkunci
Tangan ku mulai gemetar saat orang itu kembali mengirimkan poto yang menunjukan kamar ku saat ini, tubuh ku semakin berkeringat dingin bayang-bayang di rumah nenek kini hinggap di pikiran ku
"Gio gue mohon angkat telpon nya"
Namun saat aku akan memanggil nomor telpon Gio lagi, panggilan dari pak Arka yang terlebih dulu masuk keponsel ku dengan segera aku mengangkat panggilan tersebut dengan suara bergetar
"sayang kamu baik-baik aja kan? Papa kamu bilang di rumah ada yang tidak beres apa itu banar?" tany pak Arka saat aku mengangkat panggilan itu
Ahh aku lupa jika papa memang memasang keaman yang dikaitkan dengan seluruh alat elektronik nya, karna ia memang tidak ingin aku terluka
"i-iya di l-luar ada orang menakutkan yang terus mengirim poto halaman rumah juga mengirim pesan mengerikan" jawab ku terbata
"tunggu di sana dan jangan keluar kamar, suruh bibi dan penjaga untuk menginci pintu rumah dan menutup gerbang, aku akan kembali kerumah secepat nya" aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban nya meski pak Arka tidak dapat melihat hal itu
Sesuai perintah pak Arka tadi aku menghubungi beberapa pembantu untuk mengunci pintu dan tidak mengijinkan orang lain masuk kecuali teman-teman ku, masih dengan tubuh yang gemetar aku berusaha menghubungi Gio dan kali ini ia mengangkat panggilan ku
"bang gue mohon temenin gue di rumah, pak Arka lagi meetinh di luar kota dan ia mau balik lagi tapi gue gak tau masih lama atau nggak"
"gue takut sendirian, di luar rumah ada orang jahat yang terus gangguin gue" aku berucap sembari menangis
"tunggu gue disana, 10 menit lagi gue nyampe lo jangan kemana-mana"
"gue ikut"
"gue juga ikut"
Terdengar dari sebrang sana ada beberapa orang yang sedang bersama Gio namun siapa peduli jika mereka ikut bahkan itu mampu menjadikan nya alasan agar lebih aman bukan.
Hari semakin malam Alleta masih mengunggu kedatangan Gio dan pak Arka, dengan perasaan gelisah ia mengintip keluar jendela namun betapa terkejut nya ia saat mendapat pesan dari orang yang sama namun kali ini ia melihat diri nya yang tengah berdiri di dekat jendela
Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar dengan brutal membuat Alleta semakin cemas dan orang itu berkata dengan kasar namun bagaimana orang itu bisa memasuki rumah sedangkan ia sudah menyuruh para penjaga menutup semua nya
"kali ini kamu tidak bisa lari lagi nona, kamu sudah aku tangkap"
"jangan lupa untuk memberikan senyum indah mu saat berhadapan dengan ku nanti"
"sekarang buka pintu nya"
"buka pintu nya sialan"
"atau aku akan merusak pintu ini dan membawa mu secara paksa dari sini"
Alleta semakin ketakutan namun sesuai dengan ucapan nya Gio kini datang dengan beberapa orang yang mengikuti nya di belakang mobil milik Gio, membuat orang itu mengumpat dan berlari keluar dari rumah itu
"shit, kenapa mereka datang kesini" orang itu pergi entah kemana
'suara itu kenapa tidak asing di telinga ku ya'
"Alleta lo gak kenapa-napa kan" teriak Gio memasuki rumah ku
Aku berjalan dengan lemas untuk membuka pintu kamar dan menghampiri yang lain nya, dengan tertatih aku menuruni tangga namun saat tiba di lantai dasar aku melihat dua wanita berlari masuk kedalam rumah dan menuju ke kamar mandi yang tak lain mereka adalah Maudy dan Nasya.
"lo gak papa kan? Ada yang luka? Lo kenal siapa orang yang jahatin lo?" Gio bertanya berturut membuat Alleta semakin pusing
"gila ya lo bawa mobil udah kesurupan setan arena balap, ini kalo gue kenapa napa mau tanggung jawab lo hah" Nara berucap dengan emosi yang tak terkendali
"ngapain gue tanggung jawab? Emang gue perkosa sampe lo hamil gue harus tanggung jawab kan enggak"
"sialan ucapan lo" Nara semakim di buat kesal oleh Gio
"ya lo bawa mobil dari bascamp kerumah Alleta dalam waktu 10 menitan yang harus nya 30 menit bego" Maudy ikut menimbrung
Gio hanya tersenyum menampilkan gigi bersih milik nya itu membuat kedua wanita itu semakin geram, karna kesal aku memilih duduk di sofa namun saat hendak memejamkan mata sebuah notifikasi masuk menandakan pesan masuk, dari orang yang berbeda tapi ia juga mengirim poto sebuah tanyang berita yang menandakan sebuah kecelakaan.
+628562445****
"jika aku tidak bisa memiliki mu maka orang lain pun tidak boleh bersama mu termasuk dia"Setelah membaca pesan itu aku dengan perasaan semakin campur aduk menyalakan televisi dan benar saja kini semua saluran dipenuhi berita yang sama yaitu sebuah kecelakaan tunggal.
Di beritakan sebuah kecelekaan tunggal di jln. Makan harapan terus tanpa kepastian
itu mengakibatkan macet yang panjang karna polisi mengidentifikasi kendaraan itu milik seorang pengusaha muda bernama Arfadhia Riyu Kinza Alhanan.
Polisi mengatakan jika korban meninggal di tempat akibat kendaraan mengalami rem blong dan sempat terguling beberapa kali hingga meledak.Alleta seketika kaku di tempat, nama yang di sebut reporter tersebut sangat mirip dengan nama sang suami yang membuat nya semakin syok, Gio yang menyadari keadaan Alleta pun langsung menghampiri dan menatap mya dengan penuh rasa khawatir, baru saja ia mendapat trauma kini mendengar kabar yang mampu membuat nya semakin terpuruk.
"Alleta" panggil Gio yang berhasil membuat semua menatap nya
"ini bohongan kan bang" ucap ku berusaha menahan tangis namun Gio malah tetap diam membuat ku semakin merasakan sakit
"lo tenang dulu ya, nanti kita cari tau kebenaran nya"
Aku menggeleng kuat dan mulai menangis secara histeris, mengapa tuhan begitu menyayangi nya hingga memberi kan banyak cobaan diluar kemampuan nya baru beberapa bulan lalu ia kehilangan sang nenek namun sekarang ia harus mendapatkan kabar sang suami berada di berita yang belum jelas keadaan nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETA ALVENA
Teen FictionKegabutan diwaktu libur semester "she is mine and she is my little wife" "gak masalah kamu gak mau balikan sama aku, tapi biarin aku jadi singa buat lindungin kamu" "gue gak butuh singa,karna gue bisa jadi landak tanpa bantuan lo" "he's mine bitch"