"tryphopobia"bisik ku di telinga Nasya membuat nya mematung dan mulai melirik ku
"apa lo suka sama hadiah gue?"
"apa mau gue sebarin kesemua orang tentang penyakit mental lo itu biar lo makin tersiksa"
"tryphopobia atau pobia pada banyak lubang kecil" saat aku mengucapkan itu Nasya mulai panik dan berucap tidak jelas
"apa lo inget gambar tangan dengan banyak lubang disana, apa mau gue tunjukin" ia dengan panik menggelengkan kepalanya dan menarik Arshaka agar membantunya
Aku menutup matanya dan kembali berbisik membuat nya semakin berteriak histeris, aku belajar mensugesti orang lain saat kelas 10 dulu dan ini kali kedua ku membuktikan kemampuan ku
"apa lo bisa liat sekarang di tangan gue, di tangan lo dan di tangan semua orang itu memiliki banyak lubang kecil, dan yang paling parah adalah diseluruh tubuh Arshaka" ucap ku lagi dengan nada dibuat sendu diakhir katanya seolah itu benar
"lo bakal lupa ketika lo bangun nanti" lanjut ku serta membuka mata Nasya
Kini Nasya seperti orang gila yang terus berlari dan berteriak kencang, setelah nya aku kembali berjalan dengan Maudy dan Gio tapi Arshaka lagi lagi menghentikan langkah ku
"gue mohon jangan bikin Nasya kayak gini Leta, gue mohon"
"maaf buat hal jahat yang pernah gue lakuin sama lo, gue bersedia balikan sama lo tapi jangan bikin Nasya kaya gini Leta gue mohon"
"cihh lo pikir gue mau balikan sama lo?"
"gue bukan orang yang suka ngulang hal yang sama apalagi harus balikan sama orang kayak lo"
"dia bakal sembuh kalo udah cape sama dirinya sendiri yang lari larian kayak gitu, dia juga bakal lupa ketika ia bangun"
"jangan berpikir jika gue ngelakuin ini karna lo, tapi karna gue gak sejahat lo" ucap ku kembali berjalan
Hari ini aku enggan masuk jam pelajaran dan memilih bolos dan berdiri di rooftop sekolah, aku berpikir sejenak apa perbuatan ku terlalu jahat atau aku terlalu keras terhadap mereka, tapi rasa sakit dari penghianatan mereka begitu besar kepadaku
Aku masih betah berdiri disana hingga membuat ku merasa jika ada seseorang yang menghampiri ku dari belakang dan menepuk pundak ku
"udah jangan dipikirin lagi, lo gak salah ko ngasih mereka pelajaran itu biar mereka bisa ngerasain sakit nya jadi lo" aku berbalik menatap Gio yang kini berdiri disamping ku
Mataku mulai berembun dan memeluk nya dengan erat, sambil berusaha menahan isak agar tidak menangis dihadapan nya
"gak papa kalo mau nangis, nangis aja jangan di tahan lo masih punya gue buat jadi tempat curhat lo"
"bentar lagi tugas gue selesai jagain lo, nanti bakal dijagain sama suami lo bukan sama gue lagi tapi kalo lo butuh bantuan gue dateng aja ya jangan sungkan, gue siap selalu jadi pelindung lo paling depan"
"gue harap meski pun lo nanti udah nikah jangan lupain gue ya siapa tau lo butuh bantuan gue"
"tugas gue jadi abang lo mungkin bakalan selesai nanti tapi lo tetep jadi adik gue ko gak ada yang bisa gantiin posisi lo gue janji"
"kalo sampe suatu hari nanti gue gak bisa nepatin janji gue lo bisa bunuh gue, gue rela demi lo adik kecil kesayangan gue"
"lo udah gede aja ya, gak kerasa cepet banget waktu perasaan masih kemarin lo masih sering gue gendong tapi sekarang lo udah mau nikah aja ngeduluin gue"
Gio memeluk ku dengan hangat ia juga mengusap punggung ku dengan penuh kasih sayang sungguh banyak hal yang tak terduga beberapa saat ini aku pikir aku hanya akan mendapat sedikit luka namun apa sekarang ternyata lebih banyak dari yang aku bayang kan
"sekarang kita ke uks ya, gue obatin luka lo abis itu kita perban lagi biar gak kena debu" ajak Gio sambil melepaskan pelukan ku
Kami berjalan kearah uks namun Gio pergi lebih dulu untuk memastikan jika disana tidak ada Arshaka, aku berjalan mengekori Gio yang sudah lebih dulu memasuki uks dan duduk saat Gio tengah menyiapkan p3k untuk mengobati luka ku
"cakar aja gue kalo masih perih ya" ucap Gio mencoba mengobati luka ku
"iya iya asal lo nya pelan pelan ngobatin nya"
Setelah selesai kami kembali kedalam kelas kini semua mata tertuju pada kami yang baru datang mungkin karna ini jamkos banyak dari mereka yang duduk berkumpul sambil membahas kejadian tadi mungkin, sedangkan Nasya justru semakin merapatkan duduk nya disamping Arshaka karna masih takut akan kejadian tadi mungkin
"apa lo pada liatin kita?" tanya Gio risih saat mereka terus memperhatikan kami
"punya masalah apa lo semua sama gue?" tanya ku dengan nada dingin
Ahh mungkin setelah ini aku akan semakin tertutup dan pendiam jika di sekolah, dari cara memandang saja sudah terbukti jika mereka sedang ingin menggunjing ku dihadapan ku namun mereka takut jika mereka akan berakhir sama seperti Nasya nantinya
"lo kalo punya masalah sama gue ngomong bukan malah ngeliatin muka gue sialan" ucap ku lagi
"kita gak punya masalah sama lo, lo nya aja kali yang ngerasa" jawab seorang siswi yang memakai riasan tebal
"muka lo aja jelek kayak badut pake riasan tebel gitu"
"apa mau marah? Ngaca bego mereka gak bilang sama lo karna mereka ngetawain lo di belakang coba tanya mereka sekarang apa jawaban nya?" tanya ku saat ia hendak protes kepadaku
"heh emang bener ya gue kayak badut?" tanya nya yang di angguki oleh beberapa teman Gio sisa nya diam
Dia pun keluar dengan tergesa dan yang lain nya kembali menatap ku yang hendak duduk di kursi samping Maudy, tak lama Nasya bersuara meski dengan ragu
"lo jahat banget sih Ta, kan kasian dia jadi malu" ucap nya yang ingin mendapat pembelaan dari yang lain nya
"dan lo semua lebih jahat biarin dia selalu jadi bahan bicaraan lo dibelakang dia, lo pikir itu gak jahat?" tanya ku membuat yang lain nya semakin diam
Sungguh bosan mendengar mereka yang selalu mengejeknya dengan cara memujinya dihadapan umum namun membicarakan nya di belakang, kalo saja aku tidak mengatakan nya sekarang mungkin ia akan selamanya dijadikan bahan ledekan
"lain kali lo gak usah pake riasan lagi, lo bagusan alami kulit lo juga udah bagus tanpa riasan kayak tadi"
"nanti kalo ada yang nyinggung lo bilang aja sama gue biar gue ngejelasin apa arti cantik sesungguh nya" ucap ku saat ia sudah kembali kedalam kelas tanpa riasan sekarang
Ia memang sudah cantik tanpa riasan sekali pun hanya saja orang di sekitarnya iri dan menyuruh gadis itu mengenakan riasan setebal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETA ALVENA
Roman pour AdolescentsKegabutan diwaktu libur semester "she is mine and she is my little wife" "gak masalah kamu gak mau balikan sama aku, tapi biarin aku jadi singa buat lindungin kamu" "gue gak butuh singa,karna gue bisa jadi landak tanpa bantuan lo" "he's mine bitch"