• TAKDIR

2K 235 19
                                    

  "Lo ngapain di sini? Masih pake seragam lagi," tanya afan yang memperhatikan pakaian devi dari atas sampai bawah.
 
   "Mejeng, masalah?" Devi sibuk mengecek keadaan ponsel kesayangannya. Kalau sampai rusak, devi bersumpah akan meminta ganti rugi.
 
   Afan menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan devi. Baru afan ingin bicara lagi, namun seseorang yang mengantre di belakang devi menyuruhnya untuk cepat maju.

   Devi yang mendengarnya langsung maju dan memesan makanan dengan afan masih di sampingnya.
   "Lo belom jawab pertanyaan gue."
   "Emang lo nanya apaan?"
   "Lo ngapain di sini? Mana masih pake seragam lagi."

   Afan melihat jam hitam yang bertengger di tangan kirinya. Sekarang sudah jam tujuh malam, tapi devi belum juga pulang?
   "Bukan urusan lo." Devi mengambil pesanannya dan langsung berbalik, menuju teman-temannya.
 
   "Inget permintaan kedua gue, lupa?"
   "Astaga, itu berlaku di sekolah aja ya. Di luar itu suka-suka gue." Devi berjalan meninggalkan afan di belakangnya.

  Soal permintaan kedua ini, begitu semalam devi mem-follback akun IG-nya, afan langsung mengirim DM yang isinya meminta devi untuk menurutinya dan tak bersikap ketus padanya.
 
"Selama lo lagi sama gue, itu berlaku."
Devi langsung menghentikan langkahnya, begitu juga dengan afan.
   "Dosa apa sih gue bisa ketemu lo di mana-mana?"
 
   "Itu namanya takdir, berarti kita jodoh," ujar afan santai, kemudian mengambil alih nampan yang dibawa devi karena terlihat berat.

  Ia hanya kasihan dengan devi, sudah tubuhnya kecil terus harus mengangkat nampan yang isinya penuh. Devi yang melihat afan berjalan menuju meja teman-temannya hanya diam saja.

  Lagi pula, mambantah afan tak ada hasilnya. Afan tipe cowok yang tak akan mengalah.
   "Eh, Kak afan? Ngapain di sini?" tanya nayla yang terkejut mendapati afan yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

  Devi memutar bola matanya malas. Nayla memanggil afan dengan embel-embel, Kak? Aneh banget.
   "Jemput Si Petasan Banting." Afan menunjuk devi dengan dagunya. Caca dan nayla saling pandang, kemudian melihat
devi meminta penjelasan.
  
  "Sumpah gue gak ngasih tau dia kalo gue di sini, lagian ngabarin lewat mana coba," ujar devi seakan mengerti arti dari tatapan kedua temannya..
   
  "Lo ada janji malam ini sama gue. Apa lo lupa?" ujar afan menatap devi. Devi yang tak mengingat janjinya apa, mengerutkannya kening lalu berucap,
    "Janji apaan? Gue gak ada janji sama lo ya!"
  
   "Eh, udah-udah. Kenapa jadi berantem, sih? Duduk devv, gak enak diliatin orang." Caca menarik tangan devi untuk duduk di sampingnya. Devi yang malas meladeni afan, lantas memilih diam dan mulai memakan makanannya.
  
   Setelah selesai makan, mereka memilih untuk langsung pulang. Dan, devi pulang dengan afan. Itu juga karena paksaan dari afan dan dukungan dari temannya. Devi hanya mengikuti afan yang tengah berjalan di depannya.
 
    "Katanya mau nyari kado buat nyokap lo, kok malah pulang?" Ya, janji devi adalah menemani afan memilih kado untuk bundanya.
 
  "Besok aja. Udah kemaleman, nanti lo dicari orangtua lo lagi." Afan memberi helm yang satunya lagi pada devi, dan hal itu membuat devi curiga.
  
  "Kok tumben lo bawa helm lagi?" tanya devi.
Afan yang tak hanya pintar di bidang pelajaran tapi juga pintar berbohong, menjawab tanpa ragu sedikit pun.
  "Kan gue emang niat mau jemput lo." Dasar penguntit!

      ****

Pukul 08.30

Devi masih bergelut dengan selimutnya. Efek semalam begadang nonton drama Korea kesayangannya. Devi janji pada dirinya sendiri setelah episode ini selesai ia akan tidur, mengingat jam juga sudah menunjuk angka dua dini hari.

  Tetapi setelah episodenya selesai, part bersambung itu membuat ia penasaran. Jadi lagi-lagi niat ingin tidurnya gagal, karena ia menonton satu episode lanjutannya lagi.

  Begitu terus sampai suara azan Subuh terdengar di kamarnya, barulah ia tidur.
  Untung saja mama dan papanya sedang dinas di luar negeri dan kemungkinan dua hari lagi akan pulang, itu pun kalau tidak diundur.

  Devi merasa bebas karena biasanya mamanya itu paling tak suka kalau devi bangun siang. Mamanya pasti akan menyuruh devi membersihkan rumah, atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

  Kata mamanya, anak gadis tak boleh malas. Begitulah cara Hana, mama devi, untuk membiasakan putrinya dengan pekerjaan rumah, kelak dewasa nanti sudah terbiasa.
  
   Hari ini, rumahnya lagi-lagi sepi. Semalam haikal pamit untuk berlibur ke Bandung karena libur kuliah seminggu, jadi ia memanfaatkan liburannya bersama teman-temannya di Bandung.

Devi jadi leluasa untuk bangun sampal siang nanti. Tapi semua itu hanyalah angannya saja, sebelum dering ponselnya memenuhi ruangan kamarnya.

drrt... drrt... drrt...

  "Emmm...." Devi berdeham sebagai sapaannya. Mata dan bibirnya sangat malas untuk terbuka saat ini.
  "Astaga lo belom bangun juga?"
Devi menjauhkan ponselnya, melihat deretan nomor yang tidak ia kenal di layar ponselnya.
 
"Ini siapa?" tanya devi dengan kening yang menerut dan mata yang terpejam lagi..
   "Prepare buru, gue jemput tiga puluh menit lagi."
Devi masih belum mengerti dengan ucapan orang yang meneleponnya ini. Apa salah sambung?
 
  "Apaan, sih?" Devi menggaruk kepalanya yang gatal. Sumpah demi apa, dirinya tidak bisa berpikir di saat nyawanya masih belum terkumpul,
   "Udah prepare. Gue otw rumah lo, nih!"

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasii

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang