• ORANGTUA

880 100 5
                                    

Dua minggu lagi ujian nasional akan berlangsung. Afan pun ikut mengikuti ujian

nasional tahun ini, karena tahun kemarin ia terlewat karena koma. Untungnya pihak sekolah

masih mau memberikan afan kebijakan, dan diberi mengikuti ujian tahun ini. Afan tidak malu

sama sekali, toh seantero sekolah tahu masalahnya. Siapa yang tak tahu akan kabar

sang most wanted Angkasa yang pada saat itu kecelakaan dan berakhir koma. Malah kalau

dipikir-pikir lagi, takdir memang menyuruh afan untuk selalu bersama gadisnya. Dengan mereka

mengikuti ujian nasional di tahun yang sama itu, berarti ia akan masuk kuliah di tahun yang sama

juga. Afan sebenarnya tidak peduli, akan kuliah apa nantinya yang ia pilih, la hanya ingin

mengikuti gadisnya. Kalau devi ingin kuliah di A la juga akan kuliah di A. Afan bucin? Tentu saja.

la akan menjaga jodohnya agar tak lepas. Devi pun semakin disibukkan dengan bimbelnya,

lalu sepulang bimbel ia belajar lagi dengan afan. Begitu terus selama dua minggu menuju

persiapan ujiannya. Saat ini, devi tengah bersama afan di dalam mobil. Afan baru saja

menjemputnya di tempat bimbelnya. Mereka kini menuju rumah devi untuk belajar lagi sampai

jam sebelas nanti. Akhir-akhir ini kegiatan mereka memang seperti itu.

"Sayang, kamu nanti mau masuk kampus mana?"

tanya devi memiringkan duduknya menghadap afan.

"Kamu maunya di mana?" tanya balik afan.

"Di tempatnya eby. Di sana bagus, aku udah lama banget pengen di sana,"

jawab devi antusias. Afan hanya tersenyum mendengar suara ceria gadisnya.

"Ya, berarti aku juga di sana."

"Kamu ngikutin aku?"

"Iya."

"Karena apa coba?"

"Kenapa emangnya?"

"Gak papa sih, tapikan aku mau lirik-lirik mahasiswa di sana siapa tau ada-"
devi langsung diam saat afan meliriknya dengan tajam.

"Hehehe..... enggak Sayang, aku becanda kok."

Lagipula ia hanya bercanda, sudah lama tak membuat afannya cemburu. Kangen juga.

"Alasan kamu mau kuliah bareng apa?"

tanya devi antusias. la hanya ingin mendengar kata-kata manis dari bibir afan malam ini.

"Emang mesti banget alasan?"

"Ya iya dong. Apa, Yang?"

"Mau ngawasin lo, biar lo gak ganjen di sana,"

jawaban afan membuat senyum devi luntur lalu wajahnya langsung cemberut.

"Yaelah, kamu gembok aja nih leher aku sekalian kalau takut."

"Boleh! Nanti aku gembok terus aku kasih nametag yang gede bacaannya 'pacar afan terus lo kalungin tiap ke mana pun."

"Masa gak percaya sih kalo aku cinta sama kamu? Aku gak bakal ganjen lah, Yang"

"Itu gak menutup kemungkinan devv, bisa aja lo khilaf di sana."

"Ya tapikan wajar lah kalo cuci mata doang mah."

"Oh wajar ya, oke deh gue juga boleh dong begitu," ujar afan kelewat santai.


****

Mereka sudah sampai di halaman rumah devi tapi mereka belum juga keluar dari mobil.

"Ayo turun," ajak afan , devi masih memonyongkan bibirnya ngambek dengan tangan yang ia lipat di depan dadanya

"Kenapa lagi nih anak, kesurupan?"

"Ih! Kamu gak boleh lirik-lirik cewek lain, fann! Bodo amat di mana pun kamu kuliah aku tetep ikut kamu!"

ujar devi dengan suara cemprengnya. Afan hanya terkekeh di tempatnya. Gadisnya sungguh menggemaskan.

"Good girl." Afan mengacak puncak kepala devi dengan gemas.

"Awas aja kalo sampe beneran lirik-lirik terus kenalan, terus tukeran nomor HP, terus selingkuh dari gue, gue botakin rambut lo!" ancam devi.

"Jangan dong, nanti kamu gak bisa bedain mana aku mana tuyul!" goda afan.

"Bodo amat. Gue gak peduli, gue bisa cari yang lain!"

****

Ujian nasional yang memakan empat hari itu akhirnya berjalan dengan lancar. Acara coret

menyoret seragam putih abu-abu pun dilakukan di lapangan SMA Angkasa. Walaupun belum

tahu hasilnya seperti apa, tapi mereka kompak merayakan keberhasilannya dalam ujian tahun

ini. Afan dan Devi selesai dengan acara di sekolahnya, ia bergegas pulang karena ternyata

orangtua devi tengah berada di rumahnya. Afan sudah tahu akan kabar pisahnya orangtua devi

saat ia masih di rumah sakit, devi sendiri yang memberi tahunya. Makanya devi sangat antusias

menyambut kedatangan mama dan papanya di rumahnya. Mereka memang telah memberi

penjelasan pada devi, dan devi pun menerimanya karena kedua orangtuanya berjanji jika kasih

sayang mereka pada devi dan Haikal tak berkurang sedikit pun. Mereka sampai di

halaman rumah devi. Devi membuka pengait helmnya, namun ga bisa.

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang