• RESMI PACARAN

2.2K 263 6
                                    

  "Gak tau sejak kapan gue nyaman sama lo. Nyaman godain lo maksudnya, afan terkekeh lalu devi memukul pundaknya

keras Bisa-bisanya ia menjatuhkan devi, setelah dibuatnya terbang melayang akan pengakuannya itu.

  "Sekarang aku seratus persen yakin kita punya perasaan yang sama. Aku suka kamu dan kamu suka aku. Bukankah lebih baik pacaran saja kan?"

tanya afan menggoda devi. Devi kemudian memukul bahu afan lagi. Kata-katanya dari tadi, mampu membuat devi terharu.
 
  "Aduh! Gini loh Bella Serly artika calon pacarnya afan! Gue tuh bukan tipe cowok romantis.

  Yang nembak pake bunga atau lagu segala macemnya. Gue cuma bisa siapin ruang khusus buat lo di hati gue.

  Jadi, will you be my girlfriend?" ujar afan panjang lebar. Afan tidak tahu ucapannya dari tadi bisa di terima devi, atau malah terdengar alay?

  Intinya afan malu, tapi demi mendapatkan hati devi, apa pun akan afan lakukan karena dirinya sudah berada di ujung penantiannya.

  Sedangkan devi, ia sampai sulit berkata-kata lagi saat ini. Rasa haru, malu, bahagia menjadi satu malam ini.
   "Woy, malah bengong." Devi mengerjap."
   "Eh, iya apa?" tanyanya gugup.
  
  "Ck! Rusak suasana banget sih lo!" Afan melepaskan tangannya di pinggang devi. la memalingkan wajahnya dan melihat halaman depannya dari atas sini yang tengah terguyur hujan.

  Devi syok, saat afan memalingkan wajahnya. Aduh! Devi sudah Ingin menjawabnya, tapi kenapa afan seolah-olah mengalihkan pembicaraan. Devi jadi ikut diam,

  melihat hujan yang masih mengguyur dengan derasnya. Di samping afan berdiri, ada pot bunga yang bunganya sudah tumbuh agak tinggi sampai sepahanya.

   Walaupun bunganya tak terlalu banyak, tapi ada beberapa yang sudah mekar. Afan pun memetik bunga itu, lalu membalikkan tubuh devi menghadapnya.

  Tangannya menyampirkan rambut devi ke belakang telinganya, lalu menyelipkan bunga hasil petikannya di sana.
   "Gimana?" tanya afan menjurus ke obrolannya yang tadi.

  "Ini beneran?" tanya devi memastikan. Takut kalau afan hanya mengerjainya, namanya juga afan si biang usil. Tukang bercanda.
  
  "Ya, beneran lah. Lo lupa apa gue pepet terus dari pas MOS?" canda
   "Ish!" Devi memukul lengan afan. jawaban afan yakin kalau devi tidak akan mampu untuk menolaknya.
 
  "Iya, iya, serius nih, dev." Wajahnya sudah serius lagi.
  "Wajib banget dijawab sekarang?" Devi merutuki mulutnya yang bicara seperti itu. Menanti apa susahnya sih tinggal bilang,

   iya mau' kenapa jadi berbelit-belit begini? Bodoh! Bella bodoh! Makinya dalam hati.
   "Ya wajib lah, gue gak suka nunggu.

   Cukup kemaren-kemaren aja gue nunggu lo buat suka sama gue. Sekarang kan, lo udah suka bahkan kelepek-kelepek sama gue," ujar afan dengan pede-nya.

   Devi menggangguk malu-malu. Afan yang melihatnya gemas sendiri. "Jawab devi, gue mau denger langsung dari lo."

   Wajah devi sudah bersemu merah. Apanya yang bukan tipe cowok romatis? Justru bagi devi, afan romantis malam ini. la berani mengungkapkan semuanya dari awal secara detail padanya.

   Ya Tuhan! Devi merasa kupu-kupu di perutnya berterbangan menyenggol jantungnya, sampai membuatnya berdebar secepat ini.

  "Iya gue mau," ujarnya pelan.
   "Mau apa? Cium?" goda afan. Tak dipungkiri senyumnya sudah terpatri di wajahnya. Devi lantas berteriak,
  
   "lya gue mau jadi pacar lo, Ahmad afan Khadafy. Afan tersenyum mendengarnya, lalu menarik devi untuk masuk ke dalam dekapannya.
   
   "Nah, gitu dong! Tinggal bilang iya aja, lama banget. Padahal gue tau, lo naksir berat sama gue hehe. Btw, thanks and i love you," ujar afan.

   la menundukkan kepalanya, dan berbisik saat kalimat terakhir, yang ingin la sampaikan pada devi, lalu mencium puncak kepala devi. Devi yang malu, hanya mampu menyembunyikan wajahnya di dada afan.

                                    ****

Pukul 20.15

   Hujan deras telah berhenti, menyisakan gerimis-gerimis manja. Devi sudah merengek pada afan untuk mengantarnya pulang.

   Padahal afan memintanya untuk menginap malam ini, namun devi menolaknya dengan beribu alasan.

  Posisinya saat ini mereka duduk di bangku balkon, sambil menikmati
semilir angin malam selesai hujan yang membuat devi ngantuk.
 
  "Fann, ayo pulang!" rengek devi dengan tangannya yang memukul lengan afan di sampingnya.
  
    "Buru-buru banget." Afan menggenggam tangan devi dan mengelus punggung tangannya.
   "Keburu ujan gede lagi."
  
    "Yaudah ayo." Devi bersorak senang, lalu bangun dari duduknya. Mereka pun turun dan berpamitan pada Karin sebelum masuk ke dalam mobil.
  
    "Mau langsung balik atau gimana?" ujar afan sambil memasang seatbelt-nya.
   "Emang mau ke mana lagi?" tanya devi.
   "Ini kan malam Minggu, masa baliknya cepet, sih?"

   Afan melirik jam tangannya. la sudah menolak ajakan teman-temannya untuk ikut nongkrong,

   karena ingin menghabiskan waktu seharian dengan devi yang sudah resmi jadi pacarnya.
  
   "Gaya! Baru pacaran sejam yang lalu." Devi terkekeh.
  
  "Justru itu. Ini momen yang pas buat ngerayain hari jadi kita. Kira- kira, ke mana yang enak?" Devi memandang afan aneh. Kenapa jadi dia yang antusias?

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang