• KANGEN

1.7K 235 13
                                    

   "Apa?" tanya Devi dengan wajah polosnya.  
   "Darimana mau ke mana?" Terlihat afan yang tengah menatapnya intens lewat layar ponselnya   

  "Dari vila mau mangkal." Wajah devi sangat konyol di mata afan.

  "Gue tombak dari sini mau?" Afan sudah melebarkan matanya. Sepertinya afan benar-benar marah padanya.

   "Uuu... gak takut tuh," ledek devi. Semakin afan menunjukkan ekspresi wajah kesalnya, devi semakin suka meledeknya.

Biarkan saja afan marah mencak-mencak di telepon.

   "Nantangin nih anak." Mata afan sudah menajam, sampai rasanya tatapannya itu mampu membuat layar ponselnya pecah.

   "Gak tuh," jawab devi acuh. Pandangannya ia alihkan dari layar ponselnya.

  "Ada ya, orang mejeng pake jaket hahaha!" Devi langsung menengok ke bawah dan melihat pakaiannya malam ini.

la lupa, kenapa bisa memakai jaket di saat dirinya sedang berbohong pada afan.

Harusnya afan tadi meneleponnya di vila, mungkin devi akan berpura-pura mengenakan baju ketat dipadukan hotpans-nya.

    "Lo aja yang gak tau, gue pake jaket juga gegara lo telepon. Padahal mah aslinya gue tadi pake bikini."

Devi bersorak dalam hatinya. Otaknya pintar juga untuk menjawab spontan pertanyaan afan tadi.    

   "DEVIIII!!!" geram afan. Terlihat afan yang bangun dari duduknya dan menjauh dari tempat dia duduk sebelumnya.

    "Apa?" tanya devi dengan wajah polosnya.
    "BUKA JAKET LO!" Devi mati kutu saat afan memerintahkannya membuka jaket.

Kalau jaketnya dibuka, afan pasti akan tenang di sana. Gagal deh. buat afan panas dan kepikiran semalaman di sana.   

    "Dih?" Devi sudah geleng-geleng kepala dan memegang seleting jaketnya, seolah tatapan afan mampu menurunkan ritseletingnya dari tempatnya.  

   "GUE BILANG BUKA!!!" Devi yang melihat aura menyeramkan dari wajah afan lantas menuruti perintahnya.

Ia membuka jaketnya dan memperlihatkan baju tidur bergambar Doraemon. Terdengar afan menghela napasnya' di ujung sana.

   "Itu yang namanya mangkal?" Afan terlihat tengah menahan tawa.

    "Puas? Kenapa sih jadi orang nyebelin banget?"
Tawa afan pecah seketika melihat wajah devi tengah menahan marah.
 
   "Aku bahkan tertawa lagi!" kesal devi. Rasanya seperti senjata yang memakanmu.

    "Aduh ya ampun. Punya pacar kok gemesin banget ya." Kalau saja afan ada di depannya langsung dan menertawakannya seperti itu, devi pasti akan langsung menjambak rambutnya.

  "Lagi sama siapa, Sayang?"
   "Au!!" kesal devi ia sudah menggigit-gigit kesal sosis bakar yang tadi dibelinya.

   "Ck! Paling Caca sama nayla." Caca dan Nayla yang merasa terpanggil lantas menoleh.

Mereka sedari tadi ada di dekat devi, tapi tidak berniat menguping. Mereka justru sibuk dengan ponselnya masing-masing.

   "Sotoy!" wajah devi dibuat-buat kesal di depan kamera. Agar kesannya devi memang kesal pada afan

  "Sayang, kangen!" Seketika alis devi mengerut geli. Apa-apaan afan ini, dengan lantangnya ia bilang kangen?

Tidak tahukah ia kalau saat ini caca dan nayla juga ikut mendengarnya. Mereka bahkan sudah memasang wajah gelinya masing-masing.

   "Dih? Jijik banget sih, fan," kesal devi. Bukan hanya kesal saja, tapi malu juga saat ini.

   "Hahaha... hampa banget hidup gue kalo gak bikin lo kesel." Devi memutar bola matanya jengah.

    "Iya semerdeka lo aja." Devi akui afan memang pandai menguras emosinya.

   "Wih bahasanya. Nanti aku telepon lagi. Jangan ngayap lagi, aku lagi pengen makan. Jangan lupa makan ya, cantik.

Jangan nakal juga di sana. Inget lo  gue! Bye love you!"
 
   Panggilan pun terputus sepihak, devi pun mengajak kedua temannya untuk kembali ke vila.

Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok mamanya, yang terlihat sedang bersama dengan anak kecil yang kira- kira usianya dua tahun.

Devi memejamkan matanya, takut salah lihat la menajamkan pandangannya lagi, dan yang dilihat sudah tidak ada di sana.

Gak mungkin Mama. Kan mama lagi di Singapura sama Papa, batinnya.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang