• PERGI

1.3K 215 8
                                    

"Harusnya lo di penjara dari dua tahun yang lalu! Apa lo gak sadar, lo parasit di bumi ini!

Lo numpang idup yang hanya untuk menguntungkan diri lo!"

   "Bajingan!!" Bogeman mendarat ke valen.

   "Woy setann" eby teriak yang lumayan jauh dari belakang tubuh valen dan devi.

   "Woy kampret!" Hasby ikut memanggil Langit, lalu berlari menyusul eby di depannya.

Langit yang merasa muak urusannya diikut campuri ketiga teman afan ini,

lantas berniat untuk pergi dari sana secepatnya.

Namun, sebelum itu, eby sudah lebih dulu memberinya bogem mentah.

Langit pun jatuh tersungkur ke tanah, sudut bibirnya bahkan mengeluarkan darah.

   "Bangun lo! Kalo aja gak ada hukum, gue langsung tebas pala lo pake kapak!" ujar eby kesal.

   "Jauh-jauh dari devi! Kalo lo masih mau hidup!" ancam hasby.

Inget tuh baik-baik tambah eby tak kalah emosi.

   "Hei hei! Itu ada apa di sana rame-rame?" tanya pak satpam sambil berlari

menghampiri mereka berempat yang ternyata sudah menjadi tontonan di sana.

Pak ini anak tukang cabul! Gak bisa liat cewek bening dikit,

langsung mau di sikat ama dia. Bawa aja pak ke kantor polisi!"

Hasby mengompori pak satpam agar Langit benar-benar dibawa ke kantor polisi.
  

                                    ****

Devi kini tengah berada di dalam ruangan afan.

la minta untuk diantarkan ke sini daripada pulang ke rumah.

Dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya,

devi duduk di bangku samping afan. Tangannya meraih tangan afan untuk digenggamnya.

    "Aku kangen, Sayang" ujar devi pelan. Telapak tangan afan ia

simpan di pipinya hingga terasa dingin di kulitnya yang baru saja dari luar.

    "Saking kangennya, aku sampe gak sadar tadi kalo aku ke aparteman kamu."

Devi mengecup telapak tangan itu. Coba aja tadi ada kamu,

mungkin sekarang aku lagi dimarahin sama kamu. Kamu tau gak?

Tadi Langit maksa nganter aku pulang." Devi menghela napas lelah.

Ingatannya kembali pada kejadian di depan Apartemen tadi.

    "Dalam hati, aku manggil kamu terus loh, Yang. Berharap kamu dateng nolongin,

eh ternyata kamu beneran dateng, ya walaupun lewat valen sama yang lainnya.

Ternyata rasanya beda kalo dijagain kamu sama temen-temen kamu."

    "Aku tau sekarang penyebab kamu kaya gini. Kenapa kamu gak bilang dari awal?

Aku marah sama kamu. Marah banget. Hal kaya gini kamu gak mau cerita ke aku,

giliran aku aja kamu paksa-paksa buat cerita."

Devi memukul lengan kiri afan pelan. Ya, di perjalanan tadi valen dan yang lainnya

menceritakan awal mula kejadian kecelakaan yang afan alami.

la juga tahu alasan Langit bisa sebenci itu dengan afan.

Walaupun sangat sepele sekali, tapi itu bisa membangun sisi jahatnya seseorang.

Hanya karena iri, Langit sampai setega itu pada afan yang sudah sangat baik padanya.

Sulit dipercaya, tapi memang itu kenyataannya.

    "Harusnya aku cubit pinggang kamu! Tapi aku gak tega." Devi mengelus pipi afan yang tampak kurusan.

   "Kamu gak capek ya, tidur terus kerjaannya? Bangun dong biar bisa ikut ujian bareng Valen dan yang lain.

Kamu sendiri kan yang punya niat kalo UN nanti kamu bakal nyontek-nyontekan sama

temen kamu karena absennya berurutan? Kalo mau nyontek sama valen, berarti kamu

harus bangun biar bisa UN sama mereka." Devi diam, ia tidak tahu lagi harus bicara apa.

    "Sayang..." panggil devi iseng.

    "Afann, Sayang...."

    "Afan sayang devi kan? Bangun dong kalo gitu."

    "Sayangku cintaku yang nyebelin..."

     Uhuk uhuk!!
Devi melotot terkejut saat afan batuk? Berarti apa afan akan sadar?

Secepatnya devi berlari keluar ruangan afan, ia berteriak terus memanggil dokter dan suster.

    "Dok, afan batuk-batuk!" ujar devi kepada sang dokter, lalu Dokter tersebut buru-buru ke ruangan afan.

Devi berharap ini keajaiban, doanya dikabulkan. Semoga afan memang benar-benar akan pulih.

                                  ****

Devi berlari ke ruangan afan, ia ingin mengetahui ada apa dengan kekasihnya itu.

Saat berbelok di lorong depan ruangan afan devi membelalakan matanya terkejut.

Yang tadinya langkahnya terhenti, kini berpacu lagi dengan langkah yang semakin

cepat, karena ia melihat sosok afan berdiri di depan pintu ruangannya,

dengan pakaian pasien rumah sakit. Devi langsung menubruk tubuh afan, la memeluknya sangat erat.

Menghirup aroma memabukkan yang menguar dari tubuh cowok itu.

     "Fan. Ini kamu, Sayang?" tanya devi tak
percaya masih memeluk erat tubuh afan.

Afan masih belum membalas pelukan itu,
lalu devi melepas pelukannya dan

menengadahkan kepalanya tepat ke arah wajah afan.

     "Kamu bohong ya selama ini kamu gak koma kan?

Kalo pasti kamu komanya cuma beberapa hari kan?" tuduh devi.

     "Fan Jawab!"

     "Gue lagi marah sama lo dev, jangan
diajak ngomong," sahut afan. Devi mengerutkan keningnya bingung.

     "Marah kenapa? Emang aku buat salah?"

    "Kan gue udah bilang, kalo ketemu Langit langsung pergi!

Kenapa lo malah pamit dulu baru pergi?" wajah afan terlihat marah.

Devi mengerucutkan bibirnya.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

Agakk panjangg dikitt hhi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang