• ASING

1.6K 228 15
                                    

Pukul 20.50

Sebagian murid sudah berkumpul di dekat api unggun. Api belum dinyalakan, karena belum memasuki waktunya.

Devi pun kini sudah bergabung duduk bersama Caca dan nayla Namun, tiba-tiba devi menangkap sosok afan yang tengah

menyiapkan speaker di seberang sana, la jadi murung saat mengingat afan yang marah padanya.

Hidupnya jadi hampa karena tidak ada afan yang menggodanya.
Devi pun pamit sebentar pada Caca dan Nayla karena ingin menghampiri afan.

   "Afan!" panggil devi. Afan berbalik dan meninggalkan grup teman-temannya.

  "Hei, kenapa kamu malah pergi ?!" kesal devi  Ia terus mengikuti afan yang juga sedang meminum teh di meja yang telah disiapkan disana.

    "Kamu masih marah? Maaf, Yang," kata devi sambil berdiri di sana samping afan.

Afan masih sibuk meminum teh hangatnya tanpa melirik devi sedikit pun.
    "Fan! Ya Tuhan, orang bilang itu dengerin dong.

Kalo ngga di dengerin itu dosa!" Devi dengan lembut memukul lengan afan, sampai dia berbalik.

Devi memberikan senyum terbaiknya saat afan melihatnya dengan wajah datarnya.
 
  "Gila lo?!" Senyum devi jadi tergantikan dengan wajah cemberutnya.

  "Resek! Lagian marahnya lama banget, kan aku udah cerita sama kamu. Terus yang aku bilang kamu lebay, aku minta maaf."

   "Emang gue maafin?"
    "Harus lah!"
    "Pede banget!" Afan mendorong pelan wajah devi, lalu pergi meninggalkan devi lagi.

Devi menghela napas kasar, lalu kembali mengejar afan-nya."

     "Gak boleh tau marah lama-lama, nanti cepet tua," ujar devi yang mengikuti afan di belakangnya.

Afan  duduk di tanah yang menghadap ke api unggun yang sudah dibakar.

Devi juga ikut duduk di sampingnya, dengan memegang pundak afan karena kakinya masih sakit.
 
   "Buat lo." Afan memberikan cup gelas yang berisikan teh hangat di tangannya pada devi.

Devi langsung meminumnya, rasa hangat menjalar di tenggorokan dan perutnya.

     "Udah aku minum, jadi jangan marah lagi ya," bujuk devi.
    "Kaki lo gimana?"

    "Makin sakit gegara lo!" Afan lantas menoyor kepala devi gemas.

Namun, devi tak marah, ia malah tersenyum karena bersyukur afan tak marah lagi padanya.

Mereka pun kembali bergabung dengan teman-temannya untuk menikmati acara api unggun di malam terakhir kegiatan kamping ini.

                                   ****

Begitu bus rombongan SMA ANGKASA memasuki pekarangan sekolah.

Seluruh murid pun langsung kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat.

Tak terkecuali, afan dan devi. Devi yang di jemput kakaknya langsung pulang ke rumahnya, sementara afan juga kembali ke Apartemennya.

Namun, saat afan baru melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya, ponselnya tiba-tiba berdering.

Ia melihat nomor asing di layar teleponnya. Ia pun berbicara dengan singkat dengan orang itu, lalu setelah menutup teleponnya,

afan  langsung menyambar kembali kunci mobilnya dan keluar dari apartemennya dengan wajah kesal.

Afan pun pergi ke sebuah tempat di mana ia akan bertemu dengan si penelepon, namun

sebelumnya ia sempat mengirim pesan ke grup chat teman-temannya agar mereka segera menyusulnya.

Orang yang akan ditemui afan adalah Dimas. Dimas mengatakan, jika harus menemuinya sendirian, dia tidak bisa pergi bersama teman-temannya.

Tapi afan tidak akan langsung menuruti perintah samar orang yang dibencinya.

Itu yang membuatnya bertanya pada teman-temannya untuk menyusul.

Sesampainya afan di sana, sudah ada Dimas seorang diri yang duduk di atas motornya sambil memainkan ponselnya.

Walaupun Dimas kakak kelasnya, tapi tidak membuat afan takut sedikit pun.

la malah merasa tertantang, akhirnya Dimas duluan yang menghubunginya.
     "Sorry telat," ujar afan basa-basi.
  
   "To the point aja langsung," balas Dimas dengan tatapan tidak bersahabatnya.
     "Lo kan yang ngeblokir nomor gue di hape-nya devi? Dan lo juga kan yang nikung devi dari gue?"

Benarkan? Pasti ini masalah devi. Tidak mungkin afan mau berurusan sama si Tiang Listrik ini, kalau bukan urusan gadisnya.
 
  "Itu hak gue, devi cewek gue. Dan untuk soal nikung, kayaknya gak ada yang nikung lo deh. Gue fair kok, murni deketin devi dari dia MOS.

Lo telat banget gini hari baru tanyain ini ke gue, pas gue udah pacaran hampir dua bulan sama devi," balas afan meremehkan.

   "Jangan banyak bacot lo!" Dimas, langsung saja membogem wajah afan hingga afan terhuyung ke belakang.

Afan tersenyum saat mengusap sudut bibirnya yang berdarah karenanya.

     "Jangan mentang-mentang lo Kakak Kelas. Justru bagi gue lo cuma sampah! Yang ngemis minta dibales chat-nya sama cewek gue!" Lagi, ucapan afan membuat darah Dimas mendidih.

   "Rara udah lo embat juga dari gue bangsat! Sekarang lo embat lagi si devi! Sok kecakepan amat lo?!"

Dimas memberi bogeman lagi di wajah afan, tapi serangannya kali ini dapat dihindari oleh afan.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang