• LUKA

1K 125 10
                                    

Tak lama, sosok devi muncul dari balik pintu kamar rawatnya. Afan yang tengah mencoba

mengenakan sweter hitamnya, menengok dan langsung tersenyum mendapati gadisnya di sana.

 
   "Sini aku bantu," ujar devi membantu afan mengenakan sweternya karena tangannya yang belum juga lepas dari gips-nya.

   "Bukannya pake baju dulu baru pake sweter. Di luar hujan tau."

Devi memasukkan sweter itu di kepala afan.
Tangannya yang masih sakit akibat jatuhnya

kemarin, membuat devi memelankan pergerakannya. Bahaya kalau sampai afan tahu.

   "Terus kenapa kalo ujan?"

Afan memandang wajah cantik gadisnya lekat, dengan wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti.

   "Kamu kan masih sakit."

   "Kalo kedinginan juga, ada kamu ini."

Afan mengerling nakal. Afan menarik lengan devi untuk semakin dekat dengannya.

   "Ssshh... aw!" Rasanya seperti kesetrum. Ya,

walaupun devi belum pernah merasakannya secara langsung, tapi memang seperti itu kira-kira rasa nyerinya.

   "Apanya yang sakit?

   "Hehe... enggak kok, pura-pura doang"

   "Yaudah yuk pulang, udah ditunggu sama Mang Udin."

Afan merangkul pundak devi lalu membawanya keluar ruangan.


                                          ****


   "Sayang" panggil afan." Devi yang asyik dengan ponsel afan di sofa,
lantas menengok ke sumber suara yang memanggilnya.

   "Bukain gips ini dong sekalian gantiin perban."

Afan berjalan dari depan pintu toiletnya ke sofa yang ada di samping meja komputernya.

   "Ih emang udah waktunya ganti perban?" Devi duduk, sambil menguncir rambutnya asal.

   "Aku gak betah kalo kelamaan gak ganti." Afan ikut duduk di samping gadisnya.

   "Gak usah ngaco deh."

   "Ck! Gak betah devv. Buruan ah!" Devi hanya menghela napas pelan, lalu menuruti perintah afan.

Kedua tangan devi sudah bertengger di bahu afan , mata afan memicing kala melihat luka di

tangan devi yang masih basah, sepertinya baru. Afan lantas mengambil tangan devi dari
pundaknya.

la melihat luka itu lagi dengan jelas. Devi langsung menarik tangannya dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.

    "Luka apaan tuh?" tanya afan.

    "Luka dikit doang."

   "Dikit? Liat sini!" Afan berusaha mengambil tangan devi ,  namun devi masih enggan untuk memperlihatkan lukanya pada afan.

    "Devi!" geram afan karena devi masih menyembunyikan tangannya di balik tubuhnya.

Afan lantas menarik paksa tangan devi, sampai ia meringis kesakitan. Afan dapat melihat

dengan jelas beberapa luka goresan di tangan devi yang putih itu. Hampir samar, karena

kulitnya yang putih kalau tidak dilihat dari jarak sedekat ini.

    "Semalem?" tebak afan , devi hanya mengganggukan kepalanya.

   "Kapan? Di mana? Kenapa gak bilang?

   "Tadi malem pas balik les," jawab devi.

   "Kok bisa? Mana aja yang luka?"

Afan meneliti tiap tubuh gadisnya dan mendapatkan luka yang sama lagi di sikut kanan devi.

   "Jatoh dari motor?!" tebak afan.

   "lya," jawab devi pelan.

   "Kok bisa?" cecar afan.

   "Bisa, orang kaget terus ngerem mendadak gegara kucing yang nyebrang jalan, Bukannya angkat tangan kek biar orang tahu."

Afan lantas memukul kepala gadisnya kesal. Sempat-sempatnya ia becanda. Afan langsung

bangun dari duduknya, ia lalu mengambil kotak P3K di laci meja komputernya.

   "Kamu marah ya?" tanya devi memperhatikan wajah afan yang tengah sibuk dengan kapas dan alkohol di tangannya.

   "Lurusin tangan lo," titah afan.

Devi hanya menurutinya, dari pada kekasihnya yang super protektif itu makin ngambek.

   "Awsh. Sakit. Pelan-pelan, ih!"
ringis devi dengan suaranya yang menggelegar di dalam kamar afan.

    "Gak usah cengeng, katanya cuma dikit lukanya,"

ujar afan masih sibuk mengelap luka devi pelan-pelan dengan kapas yang sudah dibasahi alkohol itu.

   "Ih, pelan-pelan apa. Sakit tahu! Udah tau masih baru!" rengek devi menahan rasa sakitnya.

   "Fann, sakiiittt!"

   "Ini udah pelan pelan, tahan aja."

Karin yang tak sengaja lewat di depan kamar afan Jadi masuk karena mendengar suara devi kesakitan.

   "Itu kenapa?" tanya Karin melihat luka di tangan devi.

   "Si ceroboh berulah, Bun," jawab afan menyindir halus. Devi lantas memukul paha afan gemas.

   "Bunda suruh Mang Udin dulu buat beli salepnya ya, kamu tunggu di sini."
Karin langsung pergi keluar dari kamar afan.

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang