• LEBAY

1.6K 217 15
                                    

Afan diam dan menyimak cerita devi. Ternyata lagi-lagi rara yang berulah afan

masih diam dan kembali menempelkan botol minum yang sudah agak sejuk di tulang kering devi.
 
   "Udah gini doang responsnya? tanya devi merasa kesal saat ia sudah bicara panjang lebar, afan malah tidak berekspresi sedikitpun.

     "Kenapa gak bilang dari awal?" akhirnya afan buka suara. Walaupun la tidak mengomentari cerita devi

yang ucapannya itu sangat cerdas saat membalas rara, tapi mampu membuat devi dedikit senang

     "Aku sengaja gak mau kasih tau kamu. Kamu mah suka lebay marah- marah gak jelas, padahal memar doang."

Afan yang tadinya sibuk dengan lebam devi, kini menoleh dan mengerutkan keningnya kesal.

    "Lebay kamu bilang?" Kaki devi yang tadinya ada di atas kedua paha afan didorong dengan sekali hentakan.

Afan bangun dari duduknya, sedangkan devi sudah jatuh terduduk di tanah akibat perlakuan mendadak dari afan.

Devi meringis, tapi tak membuat afan berbalik badan dan membantunya untuk bangun.

Jangankan membantunya, menengok saja tidak. Devi tahu kalau afan sudah seperti ini pasti la marah padanya.

Devi buru-buru bangun dan meraih lengan afan yang mulai menjauh darinya.
 
   "Yaudah maaf. Jangan marah," ujar devi saat tangannya berhasil mencekal lengan afan.

Afan masih diam dengan pandangan yang lurus ke depan.  
     "Fann," afan belum juga meresponnya, ia malah mengempaskan tangan devi dari lengannya.

Afan keluar dari posko guru meninggalkan devi yang masih terus memanggil namanya.

Devi kesal dan juga sedih di waktu yang bersamaan. Apa kata-katanya terlalu menyakiti afan, sampai la marah seperti ini?

Devi masih terus melihat punggung afan yang semakin jauh dari pandangannya. Punggung itu hilang saat berbelok keluar tenda.

Afan yang sedari tadi sudah kesal dengan ucapan devi yang mengatainya lebay di saat ia mengkhawatirkannya, rara malah dengan sengajanıya menghalangi jalannya.

   "Minggir!" Afan mendorong bahu rara ke samping sangat keras Sampai la terdorong agak menjauh dan memberi jalan untuk afan.

   "Fann! Aku mau ngomong. suara rara membuat kakinya berhenti melangkah.
    "Kebetulan. Ada yang mau gue omongin juga sama lo" rara tersenyum dan menghampiri afan di depannya.

    "Kamu-," ucapan rara terhenti, saat afan menaikkan tangannya pertanda la harus berhenti bicara.

     "Gue gak suka lo sentuh devi," ucapan afan mampu membuat senyum rara luntur seketika.

Rara pikir afan sudah mau membuka hati untuknya, tapi ternyata afan hanya ingin membicarakan masalah devi?

Rara kesal, tentu saja Sulit rasanya mendekati afan yang dekat dengannya tapi terasa jauh untuk la gapai.

    "Aku Lagi, ucapan rara terpotong, saat afan menatapnya dengan tajam.
     "Ini pertama dan terakhir kalinya lo sentuh dia.

Semakin lo nekat jangan harap hidup lo bakal tenang!" ancam afan penuh penekanan rara sedikit takut dengan cara afan menatapnya.

    "Kenapa sih, gak bisa sedikit aja lo kasih ruang gue di hati lo? Gue sayang sama lo dari dulu.

Kenapa devi yang lo pilih?" Devi sudah hilang kesabarannya untuk bicara lembut di depan afan.

   "Gue udah bilang! Gak akan pernah ada lo di hidup gue! Jadi cewek gak usah terlalu murah!

Gue gak suka yang murah modelan kayak lo," ucapan afan mampu menohok hati rara.

    "Atas dasar apa lo berani sentuh devi di saat gak ada gue? Lagi afan mencecar rara dengan segala pertanyaannya.

la kesal dengan devi, tapi ia juga benci dengan Rara. Makanya sekalian saja, afan lampiaskan pada rara.

   "Karena dia, lo semakin jauh dari gue!" teriak rara dengan frustrasinya. Segala upaya telah ia lakukan untuk dekat dengan afan, tapi selalu afan yang menjauhkan diri darinya.

    "Ngaca! Sejak kapan gue deket sama lo! Cuma karena pas MOS gue bantuin lo dan nolongin lo dari gangguannya Dimas tiang listrik itu, terus lo baper sama gue sampe sekarang?!

Udah berapa kali gue nolak lo? Gue aja yang cowok, kalo nembak cewek sekalinya ditolak ya gue bakal cari yang lain.

Lah lo? Dari kelas sepuluh masih ngejar-ngejar gue!" ujar afan panjang lebar. Rara sakit hati dengan ucapan afan,

ia juga tidak tau kenapa bisa sampai segininya ia menginginkan afan jadi pacarnya.

    "Plis, kasih gue kesempatan buat deket sama lo."
     "Gak usah ngarep! Gue gak suka cewek jahat kek lo! Sekali lagi gue ingetin ke lo,

kalo sampe lo berani sentuh devi gue gak akan ngomong baik-baik kaya gini sama lo!" Afan pergi begitu saja setelah menumpahkan amarahnya pada rara.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang