• MANGKAL

1.6K 243 22
                                    

"Siapa, Bro?" tanya hasby saat afan  memasuki kamar lagi.
    "Au gue lupa" jawab afan acuh.
 
  "Masa lupa?" tanya raka masih dengan fokusnya pada game di ponselnya.

    "Terus dia ngapain ke sini?" tanya Valen penasaran.    
    "Minta nomor hape," jawab afan kelewat santai.

   "Terus lo kasih?" tanya raka sambil membuka bungkus snack di tangannya.
 
   "Ya kasih lah! Gue kan dermawan," ujar afan membanggakan diri.

     "Jijik" ujar Valen melempar bantal ke wajah afan.
    "Wah, kalo devi tau seru, nih," sambung raka tersenyum penuh arti ke arah risky.

Raka yang mengerti arah pembicaraan risky, lantas meluncurkan aksinya.

   "Gila ya kalo devi sampe tau temen kita yang itu bakal diapain ya?" ujar risky melirik afan.

    "Gue paham ya sama muka lo berdua," ujar afan yang duduk di tepi ranjang.
    "Gue demen, nih. Langsung aja sebut mau di mana?" balas risky.

Yang lain hanya mendengarkan celotehan risky dan raka yang ujung- ujungnya pasti

akan meminta traktiran bentuk 'tutup mulutnya' agar rahasia afan tidak sampai diketahui devi.

Devi malam ini tengah berada di luar Vila bersama kedua temannya. Mereka keluar vila di jam delapan malam ini karena ingin makan jagung bakar yang letaknya dibawah sana.

Cuaca yang dingin membuat mereka merapatkan jaketnya. Mungkin karena posisi vila nayla sangat tinggi, menyebabkan suhu di sekitar sangat dingin.

Mereka memesan jagung bakar, sosis bakar, bahkan mereka kini tengah celingukan mencari tukang bakso yang lewat tapi nihil.

Berhubung tidak mendapatkan bakso, mereka memilih untuk makan mi rebus saja di vila nanti dan menyuruh Caca untuk memasaknya nanti.

  "Ya ampun lo kan tau, gue masak air aja
Sampe kering apa lagi masak Mie? Devi langsung menghela napas kasar.

Kenapa teman-temannya tidak berguna di saat seperti ini?
   "Belajar lah, biar eby makin cinta nanti," ujar caca membayar pesanan jagung mereka.

  "Eh, lo beneran sama eby?" tanya devi. la mulai tertarik akan topik pembicaraannya kali ini.

   "Gak tau. Ikut alur aja gue," jawab Nayla pasrah yang membuat devi dan caca gemas ingin menjitak kepalanya.

    "Coba tolong tanyain ke afan, si eby gimana sih sama gue?" tanya Nayla pada devi.

Sebenarnya ia juga menaruh harapan pada eby. Baru Devi ingin menjawab namun ponselnya berdering. Afan menelepon...
 
  "Tumben gak diangkat," ujar caca yang melirik ke ponsel devi.
     "Biarin aja lah," jawabnya acuh.

   "Oh lagi berantem ceritanya," sahut caca menyenggol bahu devi.
   "Males ngebahasnya," balas devi.

Afaannnn is calling
   
   "Angkat aja, sih. Noh kasihan telepon dua kali," ujar nayla. Devi membuang napas kasar, kemudian menggeser tombol hijau di layarnya.

  "Paan?!" tanya devi kesal.
   "Marah amat." Afan yang mendengar jawaban kesal dari devi hanya bisa menghela napas pelan.

Ternyata devi masih marah padanya.
   "Cepet gue sibuk!" ia malas mendengar suara afan saat ini.

  "Gaya banget ngomongnya gue segala." Devi diam tak meresponsnya, hingga suara afan terdengar lagi
di ponselnya.

  "Aku minta maaf. Jangan marah terus, sayang."
Devi memutar bola matanya kesal. Giliran seperti ini, baru minta maafnya tulus. Dari tadi ke mana saja afan.

  "Bodo" Biar tahu rasa afan malam ini. Siapa suruh genit di saat devi sudah menyandang status sebagai pacarnya.

  "Kan udah dibilang tadi tuh cewek nanyain toilet di mana. Masih gak percaya juga? Ngomong aja deh sama hasby biar jelas."

Afan sudah kehilangan akal saat ini. Devi benar-benar marah padanya.
   "Kenapa bawa-bawa orang lain?" kening devi mengerut bingung.

   "Ya habisnya kamu gak percayaan sih." Mau dijelaskan seperti apa pun, devi tetap memercayai video itu. Bukti nyata yang la lihat.

  "ya percaya."
   "Beneran?" wajah afan sudah sumringah mengetahui devu tidak marah padanya lagi.

  "Tapi boong!" Tak dipungkiri afan menghela napas kecewa. la jadi ikutan kesal karena maafnya dibuat candaan.

   "Hahaha... lucu banget sih anak ini. Pengen gue iket aja palanya kalo memenuhi."

Devi refleks menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ia menatap ponselnya aneh, seolah-olah itu adalah afan.

   "Udah sana lanjut dulu. Gue lagi tebar-tebar pesona ini. Lo malah telepon." Sekali-kall ia mau bikin afan kesal.

   "Lo lagi di mana?"Terdengar suaranya afan seperti orang menahan emosi. Devi langsung tersenyum bahagia.

    "Kamuu nanyaa?" Ekspresi wajahnya kembali normal, seperti afan dapat melihat ekspresinya saja.
    "Angkat vidcall gue!"

   "Gak mau," ledek devi. Memangnya enak dibuat panas?"
    "Devi, jangan bikin gue marah!" Dengan sangat terpaksa, devi mengangkat panggilan video dari Afan.

Terlihat jelas la tengah berada di luar, bersama teman-temannya.

   "Udah malem masih aja keluyuran!" omel afan saat melihat devi berada di luar Vila.
    "Gak ngaca!" balas devi sarkastis.
 
  "Ssst?" Alis afan naik satu. Devi ingin tertawa, tapi ia menahannya demi kelancaran balas dendamnya di awal hari.


Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang