• TAKUT

1.3K 192 5
                                    

dengan eby yang berdiri tak jauh darinya. Eby menatap pintu bercat cokelat di

depannya sebagai jawabannya. Devi berjalan pelan menghampiri

pintu tersebut. Tangisnya langsung pecah melihat afan yang terbaring

dengan berbagai macam alat bantu
medis di sekitarnya.

Tak lupa di dalam juga ada Karin, bundanya. Hasby langsung

menahan tubuh devi yang hampir jatuh. Devi memukul pelan dada hasby melihat

kondisi afan di dalam sana.
    "Udah devv, lo harus kuat. Gak boleh kaya gini.

Berdoa supaya afan baik-baik aja," ujar hasby sambil mengusap punggung devi.

Devi masih menangis tersedu-sedu. Bayangan akan afan dalam sana

yang tengah menahan rasa sakitnya bercampur aduk dengan bayangan mama

dan papanya. Kenapa semuanya terjadi secara bersamaan?

                                     ****

Sudah tiga hari devi bolak-balik rumah sakit dan rumahnya,

hanya untuk mengetahui perkembangan afan.

Namun, yang di dapat hasilnya sama saja. Karin, selalu memintanya

untuk masuk ke dalam ruangan afan dengan alasan agar devi

bisa merasa sedikit lebih tenang, tapi devi menolaknya.

la tidak sanggup untuk melihat afan dari dekat.

Dari jauh saja hatinya sakit, apa lagi dari dekat.

Dan pagi ini, devi sudah diantar haikal ke rumah sakit.

Haikal juga ikut masuk, ia kaget saat mendengar afan kecelakaan dan koma.

Makanya ia memutuskan untuk sekalian menjenguknya.

    "Mau sampai kapan kamu gak liat afan?" tanya Karin sambil mengusap telapak

tangan devi. Karin tahu, devi tidak sanggup melangkahkan kakinya ke dalam ruangan afan.

Tapi mau sampai kapan devi hanya berdiri seharian melihat afan dari

kaca pintu ruangannya. Karin yang melihatnya saja merasa sangat miris.

Semenjak ia mengetahui kabar orangtuanya yang telah pisah,

ditambah afan yang tengah terbaring lemah di dalam sana,

devi lebih cenderung banyak diam dan sering melamun.

Biasanya la sangat cerewet, hal tersebut membuat orang terdekatnya merasa prihatin dengannya.

Kemarin caca dan nayla datang mengunjunginya, ia sudah tahu akan

kabar orangtuanya yang pisah dari haikal. Haikal meminta caca dan nayla untuk

menemani devi karena haikal pergi kuliah. Makanya temannya datang

ke rumah untuk memberikan semangat dan dukungan juga untuk menemani devi.

Caca dan nayla merasa sangat sedih melihat devi yang seperti mayat hidup,

tidak ada tanda-tanda kehidupan di wajahnya. Hanya wajah datar dan murungnya yang terlihat akhir-akhir ini.

Devi  sebenarnya tidak ingin teman-temannya tahu akan masalah keluarganya,

tapi Haikal sudah lebih dulu memberi tahu Caca dan nayla.

  "Dek, mending lo masuk deh," saran Haikal dan diangguki oleh Karin.

Devi tetap diam dan masih memandang afan dari luar pintu, haikal sedih melihat adiknya yang seperti ini.

   "Kalo afan tau lo tungguin dia di luar terus, afan pasti marah sama lo," bujuk haikal.

   "Dia gak bakal bisa marah," ujar devi pelan dengan pandangan kosong ke dalam ruang rawat afan.   

  "Seenggaknya lo masuk dulu, lo kasih dia kekuatan di sana biar

bisa berjuang cepet pulih dan bisa kumpul lagi sama kita."

   "Gue takut, Bang."

   "Gak apa-apa, Sayang, kamu masuk gih. Afan pasti kangen denger suara kamu."

Karin ikut membujuk devi. Devi masih enggan untuk masuk ke dalam ruangan afan.

Karin dan haikal terus saja memaksanya dengan alasan apa pun. Dan dengan segala bayangan akan

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cb

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang