"Hahaha hebat hebat," Rara bertepuk tangan memandang Devi remeh. "Adek kelas yang kayak gini namanya kurang ospek. Apa kita harus pertegas lagi peraturannya disini?!" Ujar rara pada kedua temannya.
"Jangan mentang-mentang kakak kelas, terus Lo pikir gue takut gitu? Halooo, Lo liat dong sikap Lo pantes gak jadi contoh buat anak baru disini?!" Ujar Devi sengit.
"Lancang ya Lo!" Rara melirik meja sudut kantin, dimana afan bersama teman temannya menontonnya disana.
"Fan, Lo liat anak baru ini? Apa perlu gue yang ambil alih mosnya?" Tanya rara pada afan yang duduk tenang di ujung sana bersama ketiga temannya.
"Lo siapa?" Ujar afan yang mendapat gelak tawa dari devi dan kedua temannya.
"Ya ampun... Miris banegt sih Lo. Niatnya mau nyari perlindungan tapi malah sebaliknya," ejek Devi sambil tertawa.
"OSIS gini amat! Dimana mana ya, OSIS itu merangkul murid baru, gak kek gini! Malah dilabrak. Kocak!" Celetuk Nayla.
"Udah pergi sana Lo, gak malu sama harga diri?" Usir Caca tertawa dan mendapat anggukan dari Devi dan Nayla.
Ketiga teman Rara sudah mengajak Tara untuk pergi dari sana, namun sebelum itu, Rara mengancam akan membalas mereka bertiga, terutama Devi. Setelah itu, barulah mereka pergi dari kantin.
Devi pun kembali duduk ditempatnya, matanya sengaja melihat ke arah afan. Namun, Devi malah mendapati senyuman smirk dari afan yang membuat ia salah tingkah.****
"Sisa empat lagi nih," keluh Nayla yang mulai lelah.
"Siapa lagi?" Tanya Caca sambil mengikat tali sepatunya.
"Sisa temannya afan semua," ujar Devi santai sambil membuka tutup botol dan meneguk habis sisa didalam botolnya.
"Anjir! Yang ganteng semua kali?" Tanya Caca senyum senyum membayangkan wajah ke empatnya yang tampan.
Baru saja mereka akan mencari afan dan teman-temannya di kantin, namun Devi melihat Eby salah satu temannya afan yang berjalan masuk ke gerbang depan sekolah, tangannya menenteng plastik hitam.
"Tuh eby!" Mereka bertiga pun mendatangi eby.
"Kak, maaf sebelumnya. Kita mau minta tanda tangan kak eby, kak afan, kak valen, dan kak hasby boleh?"pinta Nayla sopan.
Eby mengangkat sebelah alisnya, lalu mengibaskan tangannya "ikut gue."
Mereka bertiga pun membuntuti eby yang membawanya ke aula atas yang berada di lantai 5.
"Haduh tinggi banget ini sekolah, mau saingan sama Monas kali?" Ujar Devi sambil mengatur nafasnya.
"Tau ih bukannya pake lift aja." Sambung Nayla.
"Turun lagi aja, gue gak larang," ujar eby acuh, lalu meninggalkan mereka bertiga.
"Eh tunggu, kak. Ini udah terlanjur diatas masa kita langsung turun gitu aja." Caca menarik tangan kedua temannya yang sudah ingin menyerah.
Tak terasa mereka sudah sampai diruangan yang diyakini seperti gudang yang menyimpan jutaan debu didalamnya. Dari luar saja sudah terlihat itu ruangan tak terurus, tetapi saat pintunya terbuka. Devi, Caca, dan Nayla melongo melihat isi didalamnya. Ruangan ini seperti ruangan khusus yang diisi dengan TV, kipas , kulkas , kasur singel , dan sofa. Terlihat afan dan teman-temannya tengah bermain PlayStation.
"Gile Lo, by. Lo ke warung depan apa kemana? Balik bawa cewek cantik pula lagi!" Ujar Valen genit, ia yang kali pertama menyadari kedatangan eby.
"Ini mereka pengen minta tanda tangan makanya gue bawa aja kesini," jawab eby santai.
Devi dan ketiga temannya masih berdiri mematung didepan pintu, apa harus masuk atau tidak yang pasti mereka akan masuk kalau sudah diizinin sama yang punya lapak.
"Lo mau minta tanda tangan apa mau nontonin kita disana?" Tanya hasby.
Mereka bertiga pun langsung masuk dan menyodorkan buku serta pulpennya untuk tanda tangan keempat cowok itu.
"Lo yang tadi ribut sama si Rara kan?" Tanya Valen sambil meneliti penampilan Devi dari dekat yang terlihat menggugah selera.
Kulitnya putih bersih , mulus , rambut hitam yang panjang, bulu mata yang lentik , hidung yang mancung, wajahnya yang cantik dengan bibirnya yang berwarna pink alami, tubuh yang indah. Pokoknya sesuai dengan kriteria cewek idamannya.
"Berani juga Lo Ama dia," sahut hasby.
"Lo punya masalah apa emang sama dia?" Tanya eby penasaran. Tangannya mengambil alih buku bersampul biru milik Devi.
Nama Serly Artika Sridevi terpampang jelas di sampulnya. Eby membukanya dan melihat, sudah berapa banyak tanda tangan yang didapatnya.
"Gak tau, kenal aja enggak. baru juga lihat hari ini," sahut Devi malas.
"Untung Lo udah ditanda tanganin sama gengnya Rara, coba aja kalo belum. Abis Lo sama mereka." Eby terkekeh lalu membubuhkan tanda tangannya pada buku yang ada di pangkuannya.Next? Vote and comen
Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_
Ig : defan_cbJangan lupa ikutii
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFAN COUPLE GOALS
Teen Fiction*PROLOG* Perkenalkan , Ahmad afan khadafy dan Serli Artika sridevi , sepasang kekasih yang sering dijuluki couple goalsnya di SMK ANGKASA. Gaya pacaran mereka yang unik sering membuat orang orang disekitarnya merasa iri. Terutama para siswi SMK...