•PODIUM

3.1K 292 2
                                    

"Gue tau gue ganteng. Tapi sejarahnya tidak ada yang sampe bolot gini kayak lo!" Oceh cowok itu yang paham dengan raut wajah Devi. Hilang sudah respect devi. Hilih narsis amat nih cowok? Dengan pedenya dia bilang dia ganteng? Eh tapi emang bener sih.

"Woy malah bengong. Segitu terpesonanya ya sama gue?" Cowok itu mendelik kesal saat Devi masih melongo didepannya. "Lo gak denger, pertama MOS harus ke aula sekarang?!" Wajahnya sudah seperti ingin menelan devi hidup hidup.

Devi mengerutkan keningnya bingung. Yang ia tahu masih ada sepuluh menit waktu tersisa , apa jamnya salah? Lagipula , ia belum mendengar info apapun pagi ini.
"Kapan?" Tanya Devi.
"Lusa! Ya sekarang lah paul!" Ujarnya gregetan. Cowok itu menepuk keningnya sendiri, ia gemas sekali dengan cewek didepannya ini. Saking gemasnya ia ingin menjitak kepalanya.

Devi melihat seragam yang dikenakan cowok didepannya , sama persis sepertinya. Hanya saja ia tidak mengenakkan name-tagnya. Seragam OSIS disekolah ini diberi bet pada lengan kirinya, berbentuk segitiga kebawah dengan bacaan 'OSIS SMK ANGKASA' , memudahkan dalam pengenalan para anggotanya.

Tapi, cowok itu hanya mengenakan bet OSIS biasa di saku depan kemejanya , sama seperti devi. Berarti cowok ini murid baru juga seperti dirinya.
"Yaudah yuk bareng Lo kan anak baru juga," ajak Devi santai. Ia lalu memutar tubuh cowok itu, lalu mendorong punggungnya dari belakang sampai ditangga. Mereka sudah sampai ditangga lantai tiga, Devi ngos-ngosan lalu menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Hah gila banget , padahal libur tiga bulan kelulusan SMP. Tapi gue engap banget naik tangga lagi!" Keluh devi. Tangannya sudah mengelap keringat yang bercucuran di keningnya. O
"Lemah banget," cibir cowok itu.
"CK! Songong!"
"Ayo buru! Acara udah mau mulai." Cowok itu langsung menarik paksa ransel Devi.
"Et! Sabar ngapa! Lagi engap gue,"

Cowok itupun sudah hilang kesabarannya, ia langsung menggendong Devi layaknya karung beras. Sontak saja devi langsung terpekik kaget, lalu tangannya yang bebas mengudara ia pakai untuk memukul punggung cowok itu.
"Heh Bambang! Turunin gue!" Teriak Devi.
"Lo tau dari mana gue punya om yang namanya Bambang? Lagian, gue gendong biar cepet sampe, katanya engap."

"Turunin gue woyy,"
"Lo berisik banget, ini sekolahan!"
"Ih pelecehan ini namanya!"
"Apanya pelecehan!?" Cowok itu masih berjalan sambil menggendong Devi. Tak dipungkiri alisnya mengernyit bingung saat Devi menuduhnya melecehkannya. Devi memukul punggung cowok itu lagi. Dosa apa dirinya masih pagi sudah dihadapkan cowok yang ia sendiri bahkan tidak tau namanya.

Merekapun sampai di aula lantai empat. Disana , murid baru sudah berbaris rapi. Cowok itu menurunkan Devi didepan , samping podium. Devi sekarang sudah jadi pusat perhatian seluruh penghuni aula ini. Wajahnya memerah, lalu memukul keras lengan cowok itu.

"Sialan! Ngapain turunin gue didepan banget sih?!" Cowok itu hanya tersenyum meremehkan. Devi yang kesal dan malu, langsungg pergi ke belakang barisan dengan wajah menunduknya. Acara baru dimulai saat kakak OSIS berdiri di podium mengatur barisan yang sudah tidak rapi lagi. Saat barisan telah rapi, kakak OSIS itu langsung turun.

Diatas podium, tampak seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah kepala sekolah disini. Tidak ada suara sedikitpun saat kepala sekolah bicara, semua diam dan fokus dengan apa yang dibicarakan beliau. Tak lama, suara tepuk tangan menggema di ruangan aula. Pak kepala sekolah turun dari atas podium , lalu digantikan dengan murid yang katanya ketua OSIS disekolah ini.
Deg!!

Mata devi melotot sempurna saat melihat cowok yang tadi menggendongnya. Jadi, cowok itu bukan anak baru sepertinya, tapi dia itu ketua OSIS? Devi pun menepuk jidatnya keras sekali. Rasa panas akibat pukulannya, tidak membuat rasa malu nya hilang. Bagaimana bisa ia santai sekali bicara dengan ketua OSIS itu, ditambah ia menuduhnya melakukan pelecehan. Oh my God! Bela ingin pulang rasanya.

Next? Vote and comen

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Jangan lupa ikuti

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang