"Aku cuma punya Bang haikal sama kamu saat ini.
Tolong janji sama aku, kalo kamu bakal sembuh sayang."
Devi mengecup telapak tangan afan yang digenggamnya.
Devi terdiam beberapa saat, lalu tangisnya pecah saat kesabarannya hilang
karena dari tadi ia terus saja bicara pada afan, namun tidak ada jawaban darinya
melainkan suara alat mesin yang terpasang di dekatnya.
Devi menyandarkan kepalanya di samping lengan kiri afan.
la menangis tersedu-sedu di sampingnya, dengan tangannya yang terus meremas jemari afan.
"Kamu jahat! Kenapa dari tadi diem aja? Katanya sayang sama aku.
Masa aku ngomong dari tadi dicuekin? Aku gak suka diginiin," racau devi dengan sesugukan di sebelah lengan afan.
"Banyak yang mau aku ceritain ke kamu. Bangun sayang, aku mohon bangun..."
Devi mengangkat wajahnya, lalu melihat wajah afan lagi.
"Aku gak suka diginiin, fan! Pokoknya awas aja kalo kamu pergi juga!
Aku gak bakal maafin kamu ya! Mama-Papa udah pergi dari hidup aku,
apa kamu gak kasihan sama aku? Setidaknya usaha lebih keras lagi biar kamu cepat pulih."
Devi diam sejenak untuk menetralkan rasa marahnya saat ini yang bergejolak di dalam dirinya.
Ia tidak mau keadaan afan bertambah buruk dengan dirinya yang terus mengomel.
"Kamu tidur terus dari tadi karena nahan sakit ya? Emang sakit banget fan?
Sini bagi ke aku rasa sakitnya, biar aku bisa ringanin rasa sakit kamu.
"Aku sayang banget sama kamu. Aku suka semua yang ada di diri kamu,
aku suka kamu yang jahil dan ngeselin itu. Semuanya aku suka,
sampe rasanya gak ada celah sedikitpun buat aku benci sama kamu.
Harusnya ya, aku benci sama kamu karena kamu gak bangun-bangun dari tadi.
Tapi aku gak bisa, aku terlalu sayang sama kamu.
"Aku harus apa fan biar bisa denger suara kamu lagi? Aku, aku kangen banget.
Sampe rasanya hidup aja kaya gak ada tujuannya..." Bahu devi bergetar hebat.
Suara tangis devi terdengar di ruangan yang sunyi ini.
Devi sudah tidak tahan lagi menahan semuanya.
Rasa kecewa akan orangtuanya dan rasa sakit melihat afan yang terbaring lemah tak
berdaya di hadapannya membuat tangisannya terdengar sangat menyayat hati.
la hanya butuh afan di saat keterpurukan yang menimpanya.
Hanya afan yang mampu mengembalikan senyumnya.
Tapi, afan hanya diam tak meresponsnya. Sudah kecewa dengan pisahnya kedua
orangtuanya, devi masih harus menerima kenyataan pahit lagi dari orang yang paling disayanginya.
Cukup lama devi menangis, hingga kini tangisannya mulai reda.
Tangan yang dari tadi masih dalam genggamannya,
ia angkat sedikit lalu tangan afan dibawa ke pipinya.
Devi ingin afan selalu ada saat ia menangis, agar afan bisa menghapus air matanya.
Punggung tangan afan mengelap air mata di pipi devi dengan bantuan dari tangannya sendiri.
Saat pipinya sudah tidak ada lagi air mata, devi mengelap punggung tangan afan yang basah karenanya.
"Maaf, Sayang, tangan kamu jadi basah. Kamu tau gak?
Aku agak lega selesai numpahin semuanya ke kamu.
Kamu emang tempat terbaik yang wajib aku datengin kalo lagi seneng maupun sedih kaya gini."
Devi menguap ngantuk. la sudah cukup lama menangis di hadapan afan, dan
sekarang ia mengantuk. Mungkin karena lelah akan tangisannya
Next? Vote and comen
Penulis cerita
Ig : Chelseamelaniputri_
Ig : defan_cbJangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFAN COUPLE GOALS
Teen Fiction*PROLOG* Perkenalkan , Ahmad afan khadafy dan Serli Artika sridevi , sepasang kekasih yang sering dijuluki couple goalsnya di SMK ANGKASA. Gaya pacaran mereka yang unik sering membuat orang orang disekitarnya merasa iri. Terutama para siswi SMK...